Chapter 43

Never Let Me Go [Indonesian]
Please Subscribe to read the full chapter

Ketika aku sampai di rumah, Young Soo menyapaku di depan pintu. Aku merasa begitu lega ia sampai di rumah dengan selamat. Awal pekan ini, aku bertanya pada Mrs. Park, ibu dari teman sekelasnya yang tinggal di lingkungan kami, apa ia bisa menjemput Young Soo bersama dengan anaknya, kemungkinan kalau aku tak menjemputnya tepat waktu. Untungnya, Mrs. Park orang yang sangat baik, ia dengan senang hati setuju dan tidak mengajukan pertanyaan. Ia hanya memberiku senyum menyenangkan, memberi kesan bahwa ia pasti tahu, entah bagaimana, apa yang sedang dialami keluargaku.

Young Soo menunjukkan nilai tes yang ia juarai dan aku mengucapkan selamat padanya. Aku melihat ibu di atas sofa, ia sedang menonton TV. Ia mengalihkan tatapannya padaku ketika aku menutup pintu dengan bunyi debam lirih—matanya kuyu dan kosong dan ia tampak begitu ... lelah. Aku tersenyum padanya tapi ia hanya memberiku anggukan kemudian ia menoleh lagi ke televisi. Aku benci mengatakannya tapi aku mulai terbiasa dengan situasi ini, tapi aku telah membuat pilihan. Aku berpikir tentang mengantarnya ke seorang terapis tapi itu pasti akan mahal. Yang bisa kulakukan adalah berharap ia akan kembali ke dirinya sendiri. Young Soo membutuhkannya. Aku membutuhkannya.

Saat makan malam, ibu hampir tidak makan, lagi. Ia hanya memainkan makanannya kemudian ia pergi ke kamarnya tanpa berkata apapun. Young Soo tampak cemas, untuk sesaat, tetapi ketika ia menangkap tatapanku, ia memberiku senyum tertahan. Setelah aku menyelimutinya di tempat tidur, aku pergi ke kamarku dan mengangkat ponsel di atas meja samping tempat tidur.

Pesannya masih di sana—pesan dari Mrs. Kim. Pertama kali aku membacanya, beberapa jam yang lalu, jujur ​​saja kupikir aku sedang berkhayal tapi ternyata tidak. Ini nyata. Bahkan, ia mengirimiku pesan teks lain, ia mengatakan kami harus bertemu sepulang sekolah (ia pasti lupa aku juga belajar) dan ia juga mengatakan padaku untuk tidak menyebutkan tentang hal ini pada Jongin. Aku ambruk di tempat tidur, merasa lebih cemas dan membaca pesannya berulang-ulang, seolah-olah jika aku melakukannya, itu akan menghilang atau semacamnya.

Aku makan malam dengan Mrs. Kim. Hanya gagasan saja membuat perutku terkocok karena ketakutan. Aku ingat saat makan dengan mereka untuk pertama kalinya. Tentu saja, mereka semua begitu baik padaku tapi aku tidak bisa menyangkal fakta bahwa itu masih membuatku gelisah. Dan sekarang, ia ingin aku makan malam dengannya. Hanya kami berdua. Aku tahu Mrs. Kim itu tidak jahat, ia benar-benar menyenangkan. Tapi pasti ada alasan yang absah mengapa ia ingin makan malam denganku dan aku tidak berpikir mencoba menu restoran tertentu ini adalah salah satu dari mereka.

Selain itu, aku tidak yakin apa aku harus merespon pesannya karena pesan teks yang ia kirim tampak seperti sebuah pernyataan bagiku. Kemudian lagi, aku mungkin terlihat tidak sopan kali tidak membalas apapun. Kalau aku berada di posisinya, aku akan sangat menghargai jika orang yang kukirimi pesan itu membalasnya, sebagai tanda sopan santun.

Jadi aku melakukannya. Ragu-ragu, aku mengirimi Mrs. Kim pesan teks dan mengatakan padanya aku akan ke sana. Dengan enggan.

Oke, aku tidak memasukkan bagian terakhir.

Aku sangat ingin menelepon Jongin dan bertanya padanya tentang hal ini tetapi Mrs. Kim dengan jelas menyatakan aku tidak bisa menyebutkan tentang pertemuan ini pada anaknya. Itulah alasan lain mengapa aku merasa mual dengan pertemuan ini. Kenapa ia tidak mau Jongin tahu tentang hal ini?

-----

Bukan pertama kalinya, aku tidak bisa tidur malam dengan baik tadi malam. Pertemuanku dengan Mrs. Kim membuatku terjaga. Aku terus berpikir apa yang mungkin ingin ia diskusikan denganku. Sepanjang hari, anehnya aku menyadari ponselku berada di saku rok. Rasanya berat dan hangat. Ini benar-benar aneh.

Jongin tidak ke sekolah hari ini. Ia meneleponku pagi tadi dan mengatakan ia akan menghabiskan sepanjang hari ini di agensi dan ia berjanji ia akan kosong pada hari-hari yang akan datang. Aku hampir membahas pesan teks ibunya tapi aku bisa menahan diri. Jongin tampaknya tidak menangkap tanda tentang hal itu dan kupikir ia akan berlatih hari ini dan kalau aku menyebutkan itu padanya, setelah mengenalnya, aku yakin ia akan terganggu oleh itu. Jadi, aku bilang aku tidak sabar untuk menemuinya besok, sebagai gantinya.

Aku mencoba mengalihkan diri dengan menulis artikel tentang wawancaraku dengan Daehyun. Untungnya, aku bisa mendapat cukup informasi tentangnya yang kubutuhkan di artikelku. Ajaib sekali aku bisa menyelesaikannya cukup cepat. Aku pergi ke kantor dan menemukan Mi Young di mejanya. Setelah membaca sekilas artikelku, ia tersenyum bersyukur padaku dan mengatakan padaku ia harus membaca dengan cermat dan ia akan memberitahuku kalau aku perlu merevisi beberapa hal.

Jujur saja, aku berharap ia akan memintaku untuk tinggal setelah sekolah jadi aku punya alasan untuk Mrs. Kim mengapa aku harus membatalkan pertemuan kami tapi Mi Young terlalu sibuk dengan artikelnya  sendiri. Aku meninggalkan kantor dan menyadari bahwa aku tidak akan melarikan diri. Pada pelajaran terakhir, aku menatap lekat-lekat jam dinding yang menggantung di sisi ruangan. Aku tidak tahu, mungkin aku berharap aku tiba-tiba memiliki kekuatan super di mana aku bisa mengendalikan atau membekukan waktu karena sekarang adalah waktu yang tepat.

Bel akhir kelas menimpali. Terdengar terlalu keras di telingaku, seperti sedang mengejek. Aku mengerang dan sengaja mengumpulkan barang-barangku denga kecepatan lambat. Aku menyandangkan kembali ranselku ke bahu dan meninggalkan halaman sekolah.

Di bus, kupasang earphoneku, berusaha untuk mengistirahatkan pikiran tentang pertemuan nanti dengan mendengarkan musik, tetapi itu tidak berhasil. Jongin mengirimiku pesan, bertanya bagaimana hariku.

Oh, hariku baru saja akan dimulai, pikirku selagi menulis balasan untuknya.

Bus berhenti di halte dan aku turun bersama dengan penumpang lain. Sementara aku berjalan di trotoar, dalam perjalanan menuju restoran yang ia beri tahu, aku mencoba untuk mengingat apakah aku melakukan kesalahan, berpikir mungkin ini adalah alasan mengapa Mrs. Kim tiba-tiba ingin makan malam denganku. Aku berhenti di langkahku ketika sesuatu menyita pikiranku. Bagaimana kalau Mrs. Kim mengetahui bahwa Jongin dan aku benar-benar menghabiskan malam bersama di hotel malam itu? Pikirku dengan khawatir.

"Oh Tuhan, itu dia..." lututku mulai goyah. "Tidak mungkin baginya untuk tidak mencari tahu, maksudku, dia yang menjalankan hotel. Mungkin beberapa karyawan mengatakan padanya tentang hal itu... oh tidak... " kataku, cemas. Aku memandang ke depan, aku bisa melihat restoran yang Mrs. Kim bicarakan dari tempatku berdiri. Aku menatap ponselku, kemudian, berpikir apakah aku harus menelepon Jongin dan meminta bantuannya. Tapi Mrs. Kim dengan tegas mengatakan aku tidak bisa memberitahunya. "Ugh!" Aku mengerang frustrasi. "Tidak, tidak, tidak ... tenang, Hana. Tenang." Aku berkata pada diriku sendiri, mengambil napas menenangkan beberapa saat dan mengabaikan tatapan lucu dari

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
suthchie #1
Chapter 55: Akhirnya selesai juga...

Wahhh ngak nyangka lho kalo ceritanya bakal publish selama itu...
Bersyukur aku dapat rekomendasi ff ini udah selesai... Bahakan aku cuma butuh waktu beberapa hari buat bacanya...
Soalnya aku tuh tipe orang yang ngak berhenti untuk penasaran sama cerita kalo belum selesai...
Pokoknya terima kasih banyak buat temenku yang udah merekomendasikan ff ini...

Secara keseluruhan aku suka cara menyampaikan ceritanya, ngak terburu buru tapi juga ngak ngebosenin...
Apalagi cast nya si jongin...

Pokoknya terimakasih buat authornya
yang udah bikin cerita yang hebat
suthchie #2
Chapter 54: Akhirnya balikan juga...
Jongin orang baik. Hana sangat beruntung memilikinya
suthchie #3
Chapter 53: Kuanggap itu sebagai tanda balikan...
Semoga
suthchie #4
Chapter 52: Cobaan hana terlalu berat...
suthchie #5
Chapter 51: Semoga ibu hana benar2 menjadi baik
suthchie #6
Chapter 49: Minjee trtaplah berada di sisi hana...
suthchie #7
Chapter 50: Untunglah hana punya sahabat baik seperti minjee...
suthchie #8
Chapter 48: Kenapa kau mengambil keputusan iyu hana...
Aku yakin, jongin sangat hancur...
suthchie #9
Chapter 47: Yang aku kawatirkan akhirnya trrjadi...
Pasti daehyun memberi tau hal buruk pada jongin
suthchie #10
Chapter 46: Itu hal baik hana... Semoga