Chapter 36

Never Let Me Go [Indonesian]
Please Subscribe to read the full chapter

Selasa sore, hampir seminggu sejak pertengkaranku dengan ibu, aku menerima surat dari bagian administrasi yang mengingatkanku tentang biaya terakhir sekolah yang masih perlu kubayar. Saat aku menatap amplop putih dengan tulisan rapi si petugas, ingatan ketika aku melemparkan uang kembali pada ayahku melintas di benakku. Aku tidak memerlukan apapun darinya, pikirku. Aku masih punya cukup uang dari hasil bekerja di Spines tapi itu tidak cukup. Aku juga tidak bisa meminta pada ibu.

Ia bahkan tidak berbicara denganku atau menganggap aku ada. Ia tidak keluar dari kamarnya sejak pertengkaran kami. Ia hanya keluar ketika aku memanggilnya untuk makan malam, ia makan sedikit dan semakin kurang setiap hari, kadang-kadang ia tidak makan sama sekali. Aku juga baik dalam berbohong karena ibu. Young Soo telah menyadari perilaku anehnya dan aku harus berbohong lagi. Ibu juga telah melewatkan pekerjaan hari ini. Perusahaannya baru saja menghubungi ke rumah kami semalam menanyakan tentang ia dan aku harus berbohong kepada mereka juga, mengatakan kepada mereka ibu sangat sakit dan bahwa ia akan kembali bekerja segera setelah ia pulih. Aku tidak bangga dengan itu.

Satu-satunya kesempatan yang aku miliki adalah bekerja dua kali lipat di Spines. Aku sudah membuat cerita bohongan ketika Bibi Sora bertanya kenapa aku bekerja pada hari-hari sekolah. Aku mengatakan padanya ada acara wisata sekolah yang selalu ingin aku ikuti dan aku harus menabung untuk itu. Untuk sesaat, bibi Sora tampak sedikit tidak yakin tapi ia akhirnya berhenti bertanya dan, akhirnya, ia tampak percaya. Ia juga mengingatkanku bahwa aku tidak harus bekerja terlalu keras karena aku harus fokus pada pelajaranku. Aku hanya menganggukan kepala meskipun faktanya aku menjadi sedikit tidak fokus pada banyak hal beberapa hari terakhir.

Ibu benar-benar sangat kacau beberapa hari terakhir ini. Aku takut ia mulai memiliki gejala depresi lagi. Jika benar, ia akan semakin parah. Jika ia tidak memaksakan diri, ia pasti akan kehilangan pekerjaan—lagi—itulah kenapa aku harus memasang wajah bahagia ketika aku sedang berbicara dengan Bibi Sora. Ultimatumnya berdering di belakang kepalaku setiap kali ia akan bertanya tentang ibuku. Tapi ibu tidak membantu dirinya sendiri—matanya merah karena menangis dan ada bayangan gelap di bawah matanya setiap kali ia keluar dari kamarnya. Ketika aku akan bertanya padanya, ia hanya akan menganggukkan kepala lemas dan ekspresi kosong yang ia miliki di wajahnya dan jauh terlihat kosong di dalam matanya. Ia tidak berbicara padaku ataupun Young Soo. Aku mengerti bahwa ia masih kesal atau marah denganku tapi mengapa ia harus mengabaikan Young Soo? Adikku telah menghindari ibu sekarang, aku mendapat kesan ia mulai takut padanya. Menyebalkan karena ulang tahunnya yang ketujuh semakin mendekat.

Pada pagi hari di ulang tahunnya, aku menyapanya dan memberinya hadiah ulang tahun yang sangat ia cintai. Sekitar sore hari, aku pergi ke kamarnya untuk memeriksa dan hanya menemukannya menangis diam-diam di atas tempat tidurnya.

"Youngie, apa yang terjadi?" Aku bertanya cemas saat aku duduk di sampingnya. "Hari ini kan ulang tahunmu. Kenapa kau menangis?"

Young Soo mendengus dan menyeka air matanya dengan punggung tangannya. "Apakah ibu marah padaku, Hana?" Ia bertanya pelan, "Ibu. Apakah dia marah padaku?"

"Tidak, tentu saja tidak." Jawabku, mengerutkan kening sedikit. "Kenapa? Apakah dia berbicara denganmu?"

Young Soo menggeleng sedih. "Tidak," katanya. "Aku mencoba untuk berbicara dengannya tepat setelah aku terbangun. Dia berjanji sebelumnya bahwa dia akan membawaku ke mal dan menonton film baru pada hari ulang tahunku."

"Benarkah?" Aku bertanya, menyeka air mata lain yang bergulir di pipinya.

"Ya." Jawab Young Soo. "Dia bahkan mengatakan kami akan pergi dengan ... ayah." Ia mengatakan kata ayah dengan cemberut sedikit seolah-olah itu adalah kata asing baginya. Mungkin memang begitu.

"Young Soo... kau ingin bersama ayah?" Tanyaku dengan ragu-ragu ketika aku tersadar bahwa aku tidak pernah menanyakannya pada Young Soo sebelumnya tentang ayah. Aku sedikit khawatir ia mungkin benar-benar ingin bertemu dengan  ayah tetapi karena apa yang aku lakukan, ia mungkin tidak akan melihatnya lagi.

"Aku sudah bertemu dengannya beberapa kali." Katanya, mengerutkan kening sedikit. "Tapi ..."

Aku mengangkat alis dan menunggu. "Tapi apa?"

"Aku akan mengatakan kata yang sangat jahat." Kata Young Soo.

"Oke." Kataku, menahan tawa.

Young Soo mengambil napas dalam-dalam. "Aku tidak menyukainya." Dia tergagap.

"Kenapa tidak?"

"Dia ... tidak benar-benar berbicara denganku." Ujarnya tampak lebih penasaran daripada kecewa. "Dan dia terus memanggilku Yong Hwa. Aku mengoreksi dan dia mengatakan baiklah tapi dia terus memanggilku dengan nama itu lagi." Tambahnya. "Apakah kau menyukainya, Hana?"

Aku mendesah dan membenarkan rambutnya. "Young Soo, kadang-kadang, orang berubah. Entah baik atau buruk." Kataku. "Ayah menjadi yang terakhir."

Young Soo merajutkan alisnya bingung. "Kau akan mengerti ketika kau beranjak besar." Aku mengatakan padanya, mengacak-acak rambutnya. "Jadi, kau mau pergi ke mal hari ini? Kita bisa menonton film yang kau bicarakan." Aku berkata padanya dengan senang hati saat aku memegang tangannya.

Young Soo akhirnya meretakkan senyuman dan menganggukan kepalanya. "Ya! Ya! Apa kita benar-benar akan pergi, Hana?" Ia bertanya sambil mulai melompat-lompat penuh semangat di tempat tidurnya.

"Ya." Ucapku sambil tersenyum. "Sekarang pergi dan bersiap-siap." Kataku, berdiri di kakiku.

"Hana." Young Soo berkata, meraih tanganku saat aku turun dari tempat tidurnya. "Apakah ibu pergi dengan kita?"

Untuk sesaat, aku tidak tahu apa yang akan aku katakan padanya. "Aku akan bertanya padanya apakah dia ingin ikut." Kataku, menyunggingkan senyum. Young Soo mengangguk dan kemudian aku meninggalkan kamar tidurnya.

------

Setelah aku berpakaian, aku mulai merenungkan apakah aku harus pergi dan berbicara dengan ibu. Ia bahkan tidak mengakuiku, apalagi berbicara. Tapi aku melakukan ini demi Young Soo maka dari itu aku mengetuk pintu dan karena pintu terbuka aku hati-hati berjalan masuk.

"Ibu?" Aku memanggilnya saat aku melayang-layang di dekat pintunya. Ibu sedang berbaring di tempat tidur, punggungnya kearahku. "Hari ini ulang tahun Young Soo." Kataku. Masih tidak ada komentar. "Aku akan mengajaknya untuk menonton film. Apakah Ibu ingin ikut?"

Ada keheningan dan kemudian—"Kau harus pergi bersamanya." Kata ibu datar. "Aku hanya akan membuat kalian bosan. Pergilah bersamanya." Katanya tanpa berpaling padaku. Suaranya tebal jadi aku pikir ia menangis lagi secara diam-diam.

"Baiklah." Kataku mendesah. "Jika ibu lapar, di lemari es ada makanan." Ponselku, kemudian, mulai berdengung di saku jins sementara aku menutup pintu kamar ibu. "Jongin." Kataku pada si penerima saat aku berjalan menuruni tangga.

"Hai." Sapanya dan aku mendapati diriku tersenyum. "Aku tidak yakin jika kau menerima teleponku tadi malam."

Sangat baik bisa mendengar suaranya lagi. Kami belum bertemu satu sama lain beberapa hari terakhir karena ia sudah sibuk dengan latihan dan ia melakukan audisi kemarin.

"Aku tahu," Kataku ketika aku sampai di ruang tamu kami. "Tapi aku belum sempat membalasnya karena aku tertidur. Maaf." Aku menambahkan sungguh-sungguh. "Bagaimana audisimu?"

"Aku masuk." katanya. Ini aneh tapi aku bisa membayangkan ia tersenyum. "Aku diterima, Hana!" Ulangnya lebih bahagia.

Aku tertawa. "Itu sangat mengagumkan!" Kataku. "Selamat!"

"Terima kasih." Jongin berucap. Ada jeda di seberang telepon, seperti suara pintu mobil ditutup. "Hei, kita harus merayakannya hari ini. Aku akan menjemputmu, oke?"

"Tunggu!" Kataku cepat. "Aku tidak bisa—maksudku, aku bisa pergi tapi ..."

"Tapi apa?"

"Hari ini ulang tahun Young Soo." Aku mendesah. "Aku telah berjanji aku akan membawanya ke mal saat ini."

"Baiklah, kalau begitu, kita pergi bersama-sama." Kata Jongin ramah.

Terkejut, aku membuka mulut untuk mengatakan sesuatu ketika Young Soo tiba-tiba datang berlari menuruni tangga. "Apa kau yakin?" Aku bertanya pada Jongin.

Please Subscribe to read the full chapter

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
suthchie #1
Chapter 55: Akhirnya selesai juga...

Wahhh ngak nyangka lho kalo ceritanya bakal publish selama itu...
Bersyukur aku dapat rekomendasi ff ini udah selesai... Bahakan aku cuma butuh waktu beberapa hari buat bacanya...
Soalnya aku tuh tipe orang yang ngak berhenti untuk penasaran sama cerita kalo belum selesai...
Pokoknya terima kasih banyak buat temenku yang udah merekomendasikan ff ini...

Secara keseluruhan aku suka cara menyampaikan ceritanya, ngak terburu buru tapi juga ngak ngebosenin...
Apalagi cast nya si jongin...

Pokoknya terimakasih buat authornya
yang udah bikin cerita yang hebat
suthchie #2
Chapter 54: Akhirnya balikan juga...
Jongin orang baik. Hana sangat beruntung memilikinya
suthchie #3
Chapter 53: Kuanggap itu sebagai tanda balikan...
Semoga
suthchie #4
Chapter 52: Cobaan hana terlalu berat...
suthchie #5
Chapter 51: Semoga ibu hana benar2 menjadi baik
suthchie #6
Chapter 49: Minjee trtaplah berada di sisi hana...
suthchie #7
Chapter 50: Untunglah hana punya sahabat baik seperti minjee...
suthchie #8
Chapter 48: Kenapa kau mengambil keputusan iyu hana...
Aku yakin, jongin sangat hancur...
suthchie #9
Chapter 47: Yang aku kawatirkan akhirnya trrjadi...
Pasti daehyun memberi tau hal buruk pada jongin
suthchie #10
Chapter 46: Itu hal baik hana... Semoga