Chapter 25

Never Let Me Go [Indonesian]
Please Subscribe to read the full chapter

Akhir pekan berlalu agak cepat. Aku menghabiskan sebagian besar hariku di toko dan kami menjemput Bibi Sora dari rumah sakit dan membawanya ke apartemennya. Aku mengatakan padanya bahwa ia belum bisa bekerja lagi. Tentu saja, ia tidak setuju sehingga aku harus merayunya yang akhirnya ia tanggapi meskipun terakhir kali aku menggunakan itu ketika aku berumur 12.

Pada hari Senin, aku melancarkan rencanaku untuk berbicara dengan Dae Hyun tapi aku tidak bisa menemukannya. Ketika aku melihatnya, ia sedang sibuk mengobrol dengan teman-temannya jadi aku memutuskan untuk mencari lain waktu.

Saat makan siang, Jongin hampir tersedak makanannya sementara kami sedang makan. Seseorang berambut hitam indah tiba-tiba muncul disamping meja kami, memasang senyum cerah. Ia bertanya pada Jongin apakah ia bisa bicara dengannya secara pribadi. Jongin setuju agak canggung dan mereka berdua melangkah keluar dari kantin.

Seseorang tidak harus menjadi Einstein untuk mengetahui bahwa gadis itu akan menembaknya. Aku harus memujinya, ia adalah satu-satunya gadis yang datang ke Jongin dan menembaknya tidak seperti beberapa gadis lain yang hanya meninggalkan surat mereka di lokernya atau kursinya. Baekhyun dan Yixing mengatakan padaku dan Min Jee bahwa Jongin telah menerima banyak pengakuan akhir-akhir ini. Min Jee, yang duduk di seberangku, mengangkat alis dan mendelik ke arahku dengan tatapan aku-telah-mengatakannya-padamu saat ia berhasil mengunyah makanannya. Aku hanya mengabaikannya tapi aku tidak bisa menyangkal perasaan miris tumbuh di perutku.

Di waktu luang, aku pergi ke perpustakaan untuk mengembalikan beberapa buku yang aku pinjam beberapa minggu yang lalu. Aku melihat Dae Hyun di suatu rak ketika aku sedang melihat sekeliling. Aku perlu tahu bagaimana ia tahu tentang ibuku, terlepas dari diriku sendiri, aku pergi dan berbicara dengannya.

"Bagaimana kau tahu tentang ibuku ?" Aku bertanya dengan suara rendah.

Dae Hyun melirikku acuh tak acuh dan kemudian kembali pada buku yang sedang ia lihat, aku langsung menyambar tangannya sehingga aku mendapat perhatian penuhnya. "Apa-apaan—" ia mulai.

"Jawab aku!" Aku mendesis padanya. " Aku tak pernah membicarakan … situasinya padamu."

"Kau tidak pernah membicarakan kehidupan pribadimu padaku." Kata Dae Hyun, terdengar agak terluka. "Kau hanya memberitahuku beberapa hal ketika aku bertanya tapi kau tidak pernah menceritakan hal-hal tertentu tentang keluargamu."

Aku tidak mengatakan apa-apa karena ia benar. Tapi pembicaraan ini bukan tentang aku. "Bagaimana kau tahu tentang ibuku?" Aku mengulangi lebih tegas kali ini.

"Aku melihat Ibumu sekali ketika aku pulang ke rumah beberapa minggu yang lalu." Katanya setelah beberapa saat. "Pada awalnya aku tidak berpikir itu adalah ibumu karena dia sedang mabuk, sangat mabuk, yang mengejutkan kemudian ia tiba-tiba memanggil namaku jadi aku pergi menemuinya. Dia mulai meracau, seperti—" ia melirik cepat padaku. "—betapa kau sangat kesal ketika aku putus denganmu. Dan kemudian dia mulai memberitahuku untuk tidak meberitahu pertemuan kami padamu."

Aku tidak melihatnya saat ia berbicara, aku mendaratkan mataku pada sampul buku di sebuah rak di belakangnya, hatiku berdebar gugup.

"Salah satu teman ibumu adalah teman ibuku dan dia mulai bercerita tentang ibumu yang sedang tertekan karena ayahmu yang juga—"

"Oke!" Aku memotongnya dengan jengkel. "Aku mengerti sekarang."

"Kenapa?" Tanya Dae Hyun ingin tahu. "Apa yang terjadi dengan ibumu? Dan pada ayahmu?"

"Tidak ada." Kataku dari jauh . "Itu saja yang ingin aku tahu." Aku mulai berjalan keluar tapi ia memegang lenganku dan membalik tubuhku untuk berhadapan dengannya.

"Kau selalu mengatakan itu," katanya menatap ke arahku. "Tidak ada. Kau tidak pernah berbagi apapun denganku."

"Itu tidak penting sekarang." Aku berdebat dengannya. "Kita telah berakhir."

Aku menggeliat keluar dari genggamannya dan bergegas keluar dari perpustakaan.

"Aku akan memberitahu mereka!" Dae Hyun memanggilku saat aku berjalan cepat-cepat menyusuri koridor.

"Apa?" Kataku terkejut saat aku berhenti dan menatapnya kembali, ia setengah berlari ke arahku.

"Aku akan memberitahu seluruh sekolah tentang ibumu," kata Dae Hyun menatapku muram. "Jika kau tidak kembali denganku, aku akan membiarkan semua orang tahu tentang rahasiamu."

Aku menatapnya sejenak kemudian aku menghela napas. "Lakukan apa yang kau inginkan." Kataku mencoba untu

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
suthchie #1
Chapter 55: Akhirnya selesai juga...

Wahhh ngak nyangka lho kalo ceritanya bakal publish selama itu...
Bersyukur aku dapat rekomendasi ff ini udah selesai... Bahakan aku cuma butuh waktu beberapa hari buat bacanya...
Soalnya aku tuh tipe orang yang ngak berhenti untuk penasaran sama cerita kalo belum selesai...
Pokoknya terima kasih banyak buat temenku yang udah merekomendasikan ff ini...

Secara keseluruhan aku suka cara menyampaikan ceritanya, ngak terburu buru tapi juga ngak ngebosenin...
Apalagi cast nya si jongin...

Pokoknya terimakasih buat authornya
yang udah bikin cerita yang hebat
suthchie #2
Chapter 54: Akhirnya balikan juga...
Jongin orang baik. Hana sangat beruntung memilikinya
suthchie #3
Chapter 53: Kuanggap itu sebagai tanda balikan...
Semoga
suthchie #4
Chapter 52: Cobaan hana terlalu berat...
suthchie #5
Chapter 51: Semoga ibu hana benar2 menjadi baik
suthchie #6
Chapter 49: Minjee trtaplah berada di sisi hana...
suthchie #7
Chapter 50: Untunglah hana punya sahabat baik seperti minjee...
suthchie #8
Chapter 48: Kenapa kau mengambil keputusan iyu hana...
Aku yakin, jongin sangat hancur...
suthchie #9
Chapter 47: Yang aku kawatirkan akhirnya trrjadi...
Pasti daehyun memberi tau hal buruk pada jongin
suthchie #10
Chapter 46: Itu hal baik hana... Semoga