Chapter 2

Never Let Me Go [Indonesian]
Please Subscribe to read the full chapter

Dancing Machine. Begitulah mereka memanggil Kim Jongin.

Sejujurnya, aku tak pernah mengerti mengapa teman sekelasku, atau bahkan seluruh penghuni sekolah, selalu membuat kehebohan tentang tariannya.

Bagiku, Jongin hanyalah orang biasa yang terkadang bisa sangat kekanak-kanakan. Hobinya ketika di sekolah yaitu menepuk bahu seseorang dan berpura-pura dia tidak melakukannya ketika seluruh kelas kami mengetahui hanya ia satu-satunya orang yang suka melakukan hal itu. Dia melakukannya sekali padaku meskipun hubungan kami tidak terlalu dekat. Dia juga seseorang yang sedikit pamer. Ada desas-desus tersebar di sekitar sekolah bahwa dia akan segera memulai debutnya dan suatu waktu, guru kami memintanya untuk menampilkan beberapa gerakan tariannya. Jongin menghindar pada awalnya dan kemudian ia berubah pikiran. Ia pergi ke depan kelas dan melakukan tarian krumping dan gerakan hip-hop. Teman sekelas dan guru kami sangat menikmatinya.

Sekarang, saat ini, aku akhirnya mengerti mengapa sebutan Dancing Machine hampir identik dengan Kim Jongin. Caranya menari, itu berbeda. Ada sesuatu saat ia menggerakan tubuh, lebih dari sekadar tarian untuknya. Hal lain yang mengejutkanku adalah ekspresinya di atas panggung. Berbeda ketika dia didalam kelas, dia sedikit konyol dan suka mengolok-olok teman-temannya. Di atas panggung, ia tampak seperti orang yang sangat berbeda, bagaimana dia membuat kontak mata dengan penonton, bagaimana membuat mereka terhanyut olehnya dan teman-temannya dengan suara ketukan musik. Aku tidak bisa percaya aku mengatakan ini tapi aku terkesan. Mungkin ini sisi Jongin yang tidak mengherankan bagi mereka yang pernah melihat ia tampil sebelumnya, sebenarnya ini pertama kalinya aku melihat ia menari.

Min Jee dan aku menonton di sisi panggung, bersama dengan staf, penyelenggara dan siswa lain yang terlibat dengan pemain lainnya. Baekhyun benar, kami memiliki pandangan yang jelas dan indah kearah para pemain di tempat ini. Kami juga bisa melihat bagaimana penonton begitu liar dan bergembira. Mereka mengangguk-anggukan kepala mengikuti musik, kamera dan ponsel mereka terangkat, mencoba mengambil video dari para pemain –mungkin pada Jongin, sehingga mereka dapat menghasilkan uang dari hal itu.

"Lihat Jongin." Kata Min Jee padaku, matanya terpaku pada Jongin. "Ya Tuhan, dia terlihat begitu keren, ia seharusnya tidak nyata."

Aku tertawa tapi aku tak bisa menjawab kecuali menyetujuinya. Jongin mungkin bukan lelaki tertampan di sekolah kami tapi dia pasti mempunyai daya tariknya sendiri. Dia tampak begitu bersemangat dan memiliki seringaian khas di panggung, membuat para perempuan di bangku penonton menjerit dalam hiruk pikuk. Ponselku tiba-tiba bergetar, bibiku yang menelepon.

"Hei," aku menepuk bahu Min Jee ringan dan mengangkat ponselku. "Aku akan menerimanya, oke?" Ketika Min Jee mengangguk, aku menyelinap keluar dari tenda dan menemukan sedikit tempat tenang dimana aku bisa menerima panggilan. "Bibi Sora?" Kataku ke seberang telepon, menuju bagian belakang tenda yang kosong. "Ya, Bibi, aku sampai di sini dengan selamat." Aku memainkan ujung rambutku, menatap sekilas ke atas panggung. Jongin dan teman-temannya selesai, kelompok lain kini sedang tampil. "Aku mungkin akan pulang agak telat, bisakah Bibi memberitahu ibu? Aku mencoba meneleponnya tapi dia tidak mengangkat. Dan juga, aku perlu melakukan wawancara yang sangat penting untuk majalah sekolah. Aku akan menelepon Bibi ketika aku pulang. Terima kasih. Aku mengerti. Bye. Aku juga mencintaimu. "

Tepat setelah aku menutup ponselku dan keluar dari tenda kosong, aku berjalan melewati tiga orang.

"Sialan!" Salah satu dari mereka berkata dengan kasar. "Dia bahkan mendapat dua pertunjukan solo!"

Pria tinggi lainnya mengejek. "Itu karena dia seorang trainee." Katanya. "Jongin selalu mencari perhatian dan dia mencintai sorotan berada pada dirinya."

"Toh dia akan lulus." Kata seorang pria gemuk. "Kita akhirnya akan menyingkirkannya."

"Itu benar." Si pria tinggi menyetujui, "Aku ingin tahu apakah ia mengetahui berapa banyak haters yang ia punya?"

Mereka bertiga tertawa dan aku buru-buru berjalan kembali ke tenda kami.

Aku tidak percaya bahwa Jongin benar-benar memiliki haters. Mungkin karena sebagian besar orang yang aku tahu—khususnya perempuan—tergila-gila padanya dan mengaguminya untuk menjadi penari hebat. Aku lupa bahwa tak peduli seberapa berbakat orang itu, ia belum tentu diterima oleh semua orang.

"Siapa yang menelepon?" Tanya Min Jee segera setelah aku melangkah kembali ke dalam tenda.

"Bibi Sora." Jawabku. "Dia—"

"Hana! Hana!" Sehun memotong masuk, tiba-tiba muncul di depanku dan meraih tanganku. "Apa kau melihat aku menari? Apa kau melihatnya?" Dia bertanya padaku dengan semangat.

"Ya, aku melihatnya." Kataku, terbahak-bahak, "Kau melakukannya dengan hebat."

Sehun tersenyum lebar. "Kalian mendengarnya, kawan?" Katanya berbalik ke teman-temannya, menonton adegan yang ia ciptakan. "Hana bilang aku hebat."

"Apapun, kawan." Yixing berkata, mengabaikannya dan duduk di samping Jongin yang memasang tampang sebaliknya ketika ia di atas panggung.

Jongin bersandar ke kursi di depannya dengan kepala bersandar di lengan. Dia sesekali melirik Yixing yang sedang berbicara dengannya. Dia tampak sedikit terganggu dan jelas ia sedang berusaha keras untuk tidak meringis.

"Apa dia baik-baik saja?" Aku akhirnya bertanya pada Baekhyun yang sedang meneguk air di sampingku.

Baekhyun melirik ke tempat Jongin duduk. "Kelihatannya?" Katanya, menempatkan gelas kosong di atas meja. "Tidak. Dia telah berlatih dengan keras akhir-akhir ini. Kami punya perasaan ada sesuatu yang terjadi dengannya tapi ... dia tidak mengatakan apapun. "

Aku menatap Baekhyun, ia tampak benar-benar khawatir pada temannya. Aku ingin menanyakan padanya tentang mereka yang mengganggu Jongin. Tapi aku menahan diri, aku tak akan menanyakannya lebih dulu. Aku terkejut juga bagaimana aku begitu khawatir tentang Jongin yang begitu tiba-tiba.

"Pokoknya, setelah pertunjukan, datang dengan kami ke rumah Yixing." Kata Baekhyun, tersenyum padaku sekarang. "Pesta setelah pertunjukan."

Min Jee berseri-seri menatap Baekhyun. "Ada pesta setelah pertunjukan tahun ini?"

"Tentu saja." Yixing mengikuti. "Ini tahun terakhir kita di SMA, kita harus merayakan dan bersenang-senang."

Baekhyun dan Sehun menganggukan kepala mereka penuh semangat.

Aku ingin mengatakan aku tidak bisa pergi bersama mereka tapi kemudian seseorang menerobos dalam tenda. Kami berbalik menatap seorang gadis dengan rambut panjang bergelombang.

"Hei, kawan!" Kata gadis itu dengan suara sengaunya. "Apa kalian melihat Jongin?" Tanyanya pada Baekhyun, Yixing dan Sehun, dia berse

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
suthchie #1
Chapter 55: Akhirnya selesai juga...

Wahhh ngak nyangka lho kalo ceritanya bakal publish selama itu...
Bersyukur aku dapat rekomendasi ff ini udah selesai... Bahakan aku cuma butuh waktu beberapa hari buat bacanya...
Soalnya aku tuh tipe orang yang ngak berhenti untuk penasaran sama cerita kalo belum selesai...
Pokoknya terima kasih banyak buat temenku yang udah merekomendasikan ff ini...

Secara keseluruhan aku suka cara menyampaikan ceritanya, ngak terburu buru tapi juga ngak ngebosenin...
Apalagi cast nya si jongin...

Pokoknya terimakasih buat authornya
yang udah bikin cerita yang hebat
suthchie #2
Chapter 54: Akhirnya balikan juga...
Jongin orang baik. Hana sangat beruntung memilikinya
suthchie #3
Chapter 53: Kuanggap itu sebagai tanda balikan...
Semoga
suthchie #4
Chapter 52: Cobaan hana terlalu berat...
suthchie #5
Chapter 51: Semoga ibu hana benar2 menjadi baik
suthchie #6
Chapter 49: Minjee trtaplah berada di sisi hana...
suthchie #7
Chapter 50: Untunglah hana punya sahabat baik seperti minjee...
suthchie #8
Chapter 48: Kenapa kau mengambil keputusan iyu hana...
Aku yakin, jongin sangat hancur...
suthchie #9
Chapter 47: Yang aku kawatirkan akhirnya trrjadi...
Pasti daehyun memberi tau hal buruk pada jongin
suthchie #10
Chapter 46: Itu hal baik hana... Semoga