Bingkai Jendela

Paper Mâché [Indonesian]

Disclaimer: I don't own anything. Story belongs to PurplePluto.


2.

 

Rumor tidak pernah benar. Kyungsoo benar-benar paham akan fakta yang satu ini. Menjadi murid baru, kau pasti mendengar cukup banyak rumor tentang dirimu. Masa lalu merupakan topik paling hangat di antara remaja-remaja bermulut ember itu. Dari mana dia berasal? Kenapa dia pindah? Seperti apa dia di sekolah lamanya? Di samping rasa penasaran orang-orang, tidak ada seorang pun yang berniat menujukan pertanyaan-pertanyaan itu padanya. Dia tahu mereka menikmati membuat cerita berdasarkan kesimpulannya sendiri dan Kyungsoo tidak merasa perlu untuk mengoreksi dan menghancurkan kesenangan mereka. Toh, kenapa harus dia? Itu bukan masalah baginya. Seperti mereka berarti saja baginya. Itu hanya hal yang sama yang diulang terus-menerus. Hanya berbeda tempat dan berbeda wajah.

Tentu, tidak semua rumor di sekolah berisi tentang Kyungsoo saja. Dia mendengar cukup banyak juga tentang Tuan Seniman Penyendiri Kai juga. Rumor tentang ke mana perginya Kai selama jam makan siang dan apa yang dia lakukan selama 60 menit adalah yang paling sering. Sejauh ini, semua desas-desus itu benar-benar salah sepenuhnya. Perkelahian antar geng? Apa, Kai berangkat ke pertarungan hanya dengan pensil dan notebook? Bagaimana dengan Kai hanya ingin tidur siang yang nyaman? Yah, Kyungsoo berharap yang satu itu benar. Dan bagaimana dengan mengadakan ritual setan? Sekarang, itu yang Kyungsoo namakan overactive imagination.

Jadi, ke mana Kai pergi selama jam istirahat makan siang dan apa yang dia lakukan selama itu? Dia pergi ke atap gudang lama dan menggambar sketsa sepanjang istirahat makan siang. Dan dia selalu melakukannya setiap hari. Sementara Kyungsoo duduk di dalam kotak yang gelap beberapa meter jauhnya dari dia dan menontonnya lewat lubang intip kecilnya itu. Demikianlah tempat bernaung pribadi Kyungsoo.

Kyungsoo berpikir bahwa mungkin dia dapat menemukan tempat baru dan pindah. Namun setelah mencari selama dua hari, Kyungsoo menemukan kenyataan pahit bahwa tidak ada tempat yang lebih baik. Jadi, dia beradaptasi dan memasukkan lampu baca ke tempat penyimpanan barang-barangnya untuk dibawa setiap jam istirahat makan siang. Meskipun dia merindukan sinar matahari, dia berkata pada dirinya bahwa dia dapat mengatasinya. Lagipula dia lebih membutuhkan kotaknya daripada sinar matahari.

Semua mulai berjalan lancar. Kyungsoo akan selalu datang jauh sebelum Kai (Kyungsoo pikir itu mungkin karena Kai berjalan seakan-akan dia memiliki semua waktu di dunia). Beberapa menit itu memberi Kyungsoo cukup waktu untuk duduk di dalam kardus dan melahap makan siangnya. Terkadang dia selesai menghabiskan bekalnya saat Kai tiba dan terkadang tidak. Yang mana pun, Kai pasti datang dan selalu mencuri pandang ke arah kotak sebelum duduk dan menggambar sketsa. Kemudian, Kyungsoo menyalakan lampu bacanya dan membaca sebuah buku menarik sampai bel berbunyi. Saat terdengar suaranya, Kai pergi tepat waktu dan Kyungsoo berlari menuju ruang kelasnya tidak lama kemudian. Hal itu sedikit melelahkan daripada rutinitas Kyungsoo biasanya, tapi itu bekerja. Kai tidak mengganggu kotak itu dan hanya itu yang Kyungsoo inginkan.

Yah, kelihatannya apa yang Kyungsoo inginkan bukanlah apa yang dunia siapkan untuknya. Pada suatu saat makan siang bersama, ada yang berubah. Kyungsoo benar saat mengatakan minat seniman itu mudah berubah. Kenapa? Karena daripada menggambar sketsa di bukunya seperti biasa, Kai memutuskan untuk melukiskan bakatnya pada sesuatu yang lain…sesuatu yang merupakan kotak milik Kyungsoo. Dia menggores kotak Kyungsoo dengan gambar.

Kyungsoo benar-benar ngeri.

Goresan pada kardus yang disebabkan oleh ujung pensil nyaris begitu menyakitkan. Suara napas Kai bergema dalam kotak, bersamaan dengan detak jantung Kyungsoo yang begitu cepat. Kyungsoo berada dalam kondisi waspada dan berusaha untuk sangat berhati-hati setiap kali Kai mendorong atau memutar kotak itu sedikit. Benar-benar sulit karena ia sangat tegang dan Kyungsoo menjadi marah. Benar-benar marah. Dia pikir dia siapa? Begitu saja… menggambar di atas sembarang kotak! Sungguh lancang.

Ketika bel jam makan siang akhirnya berbunyi, Kai bangun dan mengagumi hasil karyanya beberapa saat sebelum melenggang pergi dan menuruni tangga. Praktis, Kyungsoo melempar kotak itu dari dirinya dan menaksir seberapa besar kerusakannya.

Kyungsoo terkejut. Kai menggambar kotak tersebut seakan-akan kotak itu rumah. Dia menggambar sebuah pintu kecil di salah satu sisi dan beberapa jendela di sekitarnya. Tampaknya Kai belum selesai karena sebagian bata yang ia gambar (yang dikerjakan dengan sangat lurus dan tampak akurat) belum selesai. Tampaknya juga dia tengah menambahkan semak-semak di sekitar bagian bawah kotak. Dan di saat itulah Kyungsoo teringat bahwa dia masih ada pelajaran. Dia meletakkan kotak itu tergesa-gesa dan berlari.

Sisa hari-hari di minggu itu diisi dengan persoalan yang sama. Kai terus menggambar di kotak dan Kyungsoo terus menjadi orang yang gugup di dalamnya. Dia memutuskan bahwa membiarkan Kai menggambar di kotak tidaklah terlalu buruk. Gambar-gambarnya patut dia akui bagus, dan nantinya ketertarikan Kai akan beralih dari kotak itu, kan? Itulah yang sebenarnya terjadi, dan dapat terjadi lagi.

Dan Kyungsoo, lagi-lagi, memang benar. Selain bahwa dia sangat sangat salah pada saat yang bersamaan. Ada beberapa hal yang dapat ia biarkan oleh Kai tetapi, pada suatu jam istirahat makan siang, Kai bertindak terlalu jauh.

Kai berbicara untuk pertama kalinya sejak Kyungsoo ada bersamanya di atap. Kalimat pertama yang Kyungsoo dengar dari mulutnya?

“Aku ingin tahu seperti apa kelihatannya ini di tengah api….” Dan Kyungsoo melihat dari lubang intip saat Kai mengeluarkan pemantik dari saku belakang celananya. Beberapa kali ia menjetikkan ibu jarinya dan akhirnya menyala. Tangannya semakin mendekat dan mendekat ke kotak itu sampai—

“Tidak!” teriak Kyungsoo yang lalu mengangkat kotak itu dari tubuhnya, bertatap muka dengan Kai untuk pertama kalinya. “Kau!” Dia menunjuk ke arah pemantik api, “Jauhkan benda itu dari kotakku!”

Kyungsoo melihat bola mata Kai membesar untuk sesaat sebelum sebuah seringai terulur di bibirnya. “Jadi, akhirnya kau keluar juga.”

Mata besar Kyungsoo berkedip dua kali dan mulutnya membuka ke atas dan ke bawah dalam kaget. “…Maaf?”

“Aku ingin tahu kapan aku bisa melihat wajahmu. Apa? Kau sangka aku tidak memperhatikanmu?” Kai mundur dan memasukkan pemantiknya (terima kasih Tuhan) sembari tertawa geli sendiri.

Kyungsoo agak tertegun sebelum membalas, “T-Terserah! Itu tidak penting! Mana bisa kau begitu, begitu saja membakar karya senimu sendiri?” Kyungsoo menunjuk kotaknya dengan marah.

Mata Kai beranjak pada kotak yang terdiam beberapa kaki dari mereka sebelum mengembalikan pandangannya pada Kyungsoo, “Aku tidak sungguhan berniat membakarnya. Itu hanya tipuan untuk membuatmu keluar.”

“Ti-tipuan?” Kyungsoo tercekat lagi dan menekan telapak tangannya ke matanya dengan keras, rasa tidak percaya menyelimuti dirinya. Dia menjauhkan tangannya dan menyipitkan mata, “Selamat, tipuan kecilmu berhasil. Di sinilah aku. Sekarang, tinggalkan aku dan kotakku sendiri, dan aku akan menjaga rahasia tentang kegiatan makan siangmu.” Lalu Kyungsoo berbalik dan mengambil kotaknya. Meletakkannya melewati kepalanya dan membuka atapnya untuk pertama kali sejak pertama ia membuatnya.

“Tidak begitu adil, tapi aku pikir kita sepakat. Apa Tuan Kotak memiliki nama?” Kyungsoo mendengar suara Kai yang teredam lewat celah dinding kardusnya.

“Tidak.” Dia menjawab dengan kecut.

“Bagaimana kalau begini, aku Kim Jongin, kelas 3-1. Dan kau?”

Kyungsoo memutar bola matanya dan menatap dinding tempat Kai berdiri di baliknya. “Do Kyungsoo, kelas 3-2.” Ketika dia kira dia sudah menyingkirkan Kai (atau Jongin, karena sepertinya itu adalah nama aslinya), sebuah ketukan bergetar melewati dinding kardus. Kyungsoo tidak mengindahkan. Sebuah ketukan lagi. Tidak diindahkan lagi. Ketukan lagi berulang kali dan sumbu syaraf Kyungsoo meledak. “Apa!” Dia berteriak. Salah satu sisi kotak terangkat dan sebuah tangan muncul ke dalam.

“Senang bertemu denganmu.” Kyungsoo menatap tangan itu penuh kebencian. “Harusnya kau menjabatnya.” Kai berbisik.

Kyungsoo menendang tangan itu keluar dari bawah kotak dan berlari menjauh.

Yang bisa dia dengar selama sisa jam makan siang hanyalah tawa rendah Kai. Sebaliknya, Kyungsoo sama sekali tidak terhibur.

Ketika Kyungsoo berjalan pulang, dia memikirkan lagi kejadian yang menimpanya di jam makan siang yang tidak biasa itu. Kalau harus dikatakan, pada kenyataannya itu membuat Kyungsoo gelisah. Tidak seorang pun tahu tentang Kyungsoo dan kotaknya. Tidak pernah. Sama sekali. Selama dia ditransfer dan pindah rumah, tidak seorang pun tahu. Akankah itu jadi masalah? Kai memang terlihat seperti bajingan, tapi Kyungsoo meyakinkan dirinya bahwa mereka dapat bersepakat. Kyungsoo menyukai privasi yang diberikan tempat itu dan mungkin Kai juga merasakan hal yang sama. Mereka dapat membuat perjanjian. Kyungsoo hanya harus berpikir positif. Masalahnya? Kyungsoo bukanlah orang yang optimis.

Jadi, Kyungsoo tiba di rumah dengan hati terbebani dan perut kelaparan.

Apa? Dengan semua kehebohan itu, dia tidak sempat menghabiskan makan siangnya.


 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
amusuk
maaf, kalo ada notif apdetan, saya lagi nge-proofread ulang

Comments

You must be logged in to comment
darkpinkeu
#1
Chapter 15: Huwaaa endingnyaaa sweet lah walau aku pengen liat kelanjutannya wkwk merasa haus kalau tentang kaisoo tuh, nice buat authornim makasih sudah membuat cerita sebagus dan semenarik ini buat translator pun makasih banyakkkkkk sudah menyempatkan diri menerjemahkan ff ini dan membantu banyak orang supaya lebih mudahh membaca dalam bahasa sendiri hehe thanks bgt makasih banyak sukses selalu ya kalian
darkpinkeu
#2
Chapter 14: Huwaaa sweet nya wkwk lucu nya ayahnya kai akhirnya soo :')
darkpinkeu
#3
Chapter 13: Huhubu padahal hot tapi berujung kesedihan :'(
darkpinkeu
#4
Chapter 12: Yawlahh kaisoo sweet bgt sih bikin iri
darkpinkeu
#5
Chapter 11: Wahh kaisoo kaisoo abis yg nggak nggak nih wkwkk
darkpinkeu
#6
Chapter 10: Suka bgt sama adegan mereka pas berebutan sketch book yaampun manis
darkpinkeu
#7
Chapter 9: Huwaa kaisoo ku udah dewasa ya huhuhu
darkpinkeu
#8
Chapter 8: Kaisoo ih gemay yaampun
darkpinkeu
#9
Chapter 7: Yahh udah sweet sweet padahal ㅜ.ㅜ
darkpinkeu
#10
Chapter 6: Wahhh akhirnyaa kisseu jugaa ㅠ.ㅠ