I Will Never Be You

Description

 

Title      :  Saigo ni Okurimono : I Will Never be You

Disclaimer :

White Labyrinth©Yumi Natsuko

Saigo ni Okurimono©Airi Ryanzi Yoshioka 

A Birthday Fanfiction for My Best Friend, Nacchii Hotaru Ogawa (Suzuki no Hime)

Author : Airi Yoshioka @airiner

Rated: T *aman lah pokoknya*

Length : Wansyuttttt

Genre : Romance, Family, Gaje, Sinetron banget

Warning : Typoo, OOC, Abal. I’m newwwwbieeee. Jadi, maaf kalo mengecewakan

Itadakimasu ^3^ Nyamm-Nyammm-Nyammmmmmmmmm *huwekk

Casts :

- Nacchii Hotaru Ogawa as Nacchii Akizuki

- Suzuki Akira as Reita Suzuki

- Sacchii (OC) as Sacchii Akizuki

 

Summary : Sejak kecil, semua yang kuinginkan diambil oleh Sacchii. Kali ini, boleh kan aku yang mengambilnya??

 

Flashback~

 

Festival Musim Panas

 

“Di sebelah ada mangkuk yang kosong, dan di sebelah lagi … eh, Nacchii belum dapat ikan satu ekor pun??” Tanya Sacchii

“ehm … yah”

“Karena Sacchii dapat banyak, Sacchii kasih ikannya buat Nacchii saja. Ini …”

 

Flashback end~

 

Nacchii’s POV

Yang bukan aku adalah Sacchii, dan yang bukan Sacchii adalah aku. Kami memang kembar dan sama secara fisik, tapi tetap saja kami adalah dua orang yang ‘berbeda’.

 

Sacchii dan Nacchii

 

Mungkin yang ada dipikiran orang-orang adalah si kembar Nacchii Sacchii yang bertolak-belakang. Sacchii yang cantik, ceria, dan rajin. Sedangkan aku? Aku hanya akan dianggap sebagai Nacchii, kembaran Sacchii yang tidak bisa apa-apa. Orang-orang akan mengingat Sacchii sebagai Sacchii si anak baik, dan akan mengingatku sebagai bayangan dan beban bagi Sacchii.

 

Saudara kembarku, Sacchii, sebulan yang lalu meninggal dalam sebuah kecelakaan. Sacchii yang enerjik, ceria, dan rajin sudah tidak ada lagi. Yang tertinggal hanyalah aku yang tidak bisa apa-apa.

 

Sudah sebulan berlalu, Sacchii yang populer masih melekat erat dalam hati setiap orang. Kenapa Sacchii yang bisa segalanya itu bisa mati? Kenapa bukan aku yang tidak bisa apa-apa ini?

 

AKU SEPERTI BARANG SISA

***

 

“Aku pergi dulu” pamitku pada ibu

“Nacchii mau berangkat sekarang?”

“engg, iya, temanku ada dibawah”

“oh, begitu. Hati-hati, ya. Tidak seperti Sacchii, kamu selalu bengong”.

‘bahkan ibuku saja menggapku begitu’ pikirku

“iya, aku akan berhati-hati. Aku pergi dulu”.

 

***

 

“Nacchii, kau mau kemana?”

“Eng, sensei menyuruhku untuk mengumpulkan tugas yang kemarin belum kukumpulkan” jawabku

“oh. Ini, aku pinjam buku ini dari Sacchii dan baru sempat kukembalikan sekarang”.

“baiklah, biar kubawa”

“maaf ya, aku jadi mengingatkanmu pada Sacchii”

 

***

 

“panitia? Festival sekolah? Hari ini?” tanyaku

“iya. Waktu kelas kita rapat, Nacchii tidak masuk sekolah” jawab Natsuko, teman sebangkuku.

“oh, waktu itu ibuku sedang tidak enak badan”

“jangan khawatir. Ini print-out mengenai rapat waktu itu.” Natsu memberikan print-out itu padaku

“terima kasih, kalau begitu, aku pergi du …”

 

Bukk !!

 

“aduh …”

“Nacchii? kau tidak apa-apa? Kalau begitu, apa sebaiknya aku temani saja? Nacchii kalau sendirian tidak bisa, kan?

Lihat, bahkan sahabatku juga berpikir aku tidak bisa apa-apa. Natsuko seolah-olah mengatakan ‘kalau sendirian, Nacchii tidak bisa apa-apa’

“iya, aku tidak apa-apa” ujarku sambil membereskan print-out dengan terburu-buru.

Aku akan terlambat datang ke rapat panitia.

 

***

 

“baiklah, kita mulai diskusi soal pementasan festival sekolah.” Setiap kelas secara berurutan mulai dari kelas A, silahkan berikan ide untuk  festivalnya.” Ujar Yamato, sang ketua OSIS.

Aku duduk sendirian di belakang karena aku sedikit terlambat dan hanya tersisa dua bangku. Rapat dimulai, aku memperhatikan kelas 2-A yang sedang presentasi. Namun, percakapan anak dari kelas 2-D mengusik perhatianku.

“hei, anak kelas 2-C belum datang juga, ya?” anak perempuan berambut pirang itu memulai pembicaraan.

“memangnya siapa yang jadi perwakilannya?” tanya anak yang satunya.

“Reita”

“Reita? Reita Suzuki? Mungkin dia masih shock karena kematian Sacchii. mereka dulu akrab. Kabarnya, mereka pacaran.”

“eh, begitu ya? Kelihatan kok. Mereka selalu ke sekolah naik sepeda sama-sama kan?”

“mungkin Reita masih sedih”

 

Reita Suzuki …

 

Flashback~

 

“Nacchii, kau mengenal Reita Suzuki anak kelas 2-C tidak?” tanya Sacchii.

“iya, aku tahu” jawabku

“belum lama ini, aku meminjam CD darinya. Oh ya, nanti aku mau mengundang dia dan teman-temanku ke rumah. Bantu aku bikin kue, ya?”

“iya, tentu saja”

Sacchii membicarakan Reita dengan semangat dan tersenyum bahagia. Dia, menyukai Reita.

Sacchii, seandainya kau tahu kalau aku juga menyukai Reita. tapi, mungkin aku harus memendam perasaanku. Aku tidak bisa bilang bahwa aku juga suka pada Reita. Itu akan membuat hati Sacchii hancur.

Flashback end~

“berikutnya kelas 2-B. silahkan presentasinya.”

“ah, iya.” Jawabku. Aku berdiri dan bersiap membacakan print-out yang tadi kutaruh dalam map, tapi print-outnya …

 

 

 

Hilang

 

Bagaimana ini? Apa jatuh waktu aku terpeleset tadi?

 

“bagaimana?” ketua OSIS menyadarkanku agar segera memulai presentasi.

Aku hanya bisa diam dan tertunduk. Padahal teman-temanku sudah capek-capek menyiapkannya. Lagi-lagi mengerjakan sesuatu yang sederhana saja aku tidak bisa. Bagaimana ini?

“anu …”

“aku Reita dari kelas 2-C. maaf terlambat.”

 

Semua orang menoleh pada Reita yang berada di pintu masuk

 

“silahkan duduk. Kelas 2-B, tolong lanjutkan.”

“anu … “ ucapanku terputus karena tiba-tiba Reita lewat disampingku dan menaruh selembar kertas yang terlipat. Apa itu … print-out yang jatuh?

“bagaimana?” ketua OSIS menanyaiku lagi.

“ah, maaf. Anu, ide yang pertama …” aku membuka lipatan kertas itu dan mulai membacakan presentasinya.

Setelah ini, aku harus berterima kasih pada Reita yang telah menolongku.

 

***

 

Sepulang sekolah …

 

“Reita!” aku menghampiri Reita yang berada di tempat parkir.

“iya.” Reita menoleh dan menjawab panggilanku.

“anu … tadi, terima kasih, ya. Itu print-out yang sangat penting.”

“aku Cuma memungutnya saja”

“anu … namaku Akizuki …”

“Nacchii, kan?” potong Reita “Nacchii Akizuki, adiknya Sacchii” lanjutnya.

Dia mengingatku sebagai ‘adik Sacchii’?

“waktu semester satu, kami semua pergi ke rumah Sacchii. Kita bertemu di taman rumahmu. Kamu tidak ingat?” Tanya Reita.

Waktu itu …

 

~Flashback~

 

“kamu sedang apa?”

“eh,” suara seseorang mengegetkanku ketika aku sedang berada di taman belakang. Reita, orang yang kusukai. Tidak kusangka dia akan mengajakku bicara. Aku hampir menjawab pertanyaannya namun urung kulakukan karena Sacchii yang tiba-tiba datang dengan membawa minuman dan makanan kecil untuk teman-temannya.

“Nacchii, terima kasih sudah membuatkan kuburannya”.

“kuburan?” Tanya Reita.

“iya, kemarin ikan masku mati. Nacchii membuatkan kuburannya” jawab Sacchii sambil tersenyum. “ayo masuk. Aku sudah buatkan kue, lho” lanjut Sacchii.

Melihat tanganku yang kotor, aku tidak bisa berkata apa-apa. Aku, hanya berusaha sebisanya menyembunyikan wajahku yang memerah.

 

~Flashback end~

 

Aku tidak menyangka, dia ingat padaku …

 

“aku masih ingat” ujarku

“kamu mau pulang sekarang?” Tanya Reita

“eh?”

“biar kuantar”

“antar?” aku masih bingung dengan ucapannya.

“naik sepeda. Aku sering mengantar Sacchii, jadi aku tahu rumahmu.”

Aku agak kaget dengan ucapannya. Sulit dipercaya, Reita mau mengantarku pulang.

“iya, terima kasih.” Jawabku.

 

Tidak apa-apa kan …

 

Aku ingat Sacchii pernah bilang padaku bahwa dia meminta Reita mengantarnya pulang, dan Reita bersedia. Waktu itu, dia dengan gembira menceritakan pengalamannya. Sacchii bilang, dia bisa memeluk Reita saat Reita memboncengnya.

Seperti Sacchii …

 

Aku melingkarkan lenganku ke pinggang Reita. Memeluknya, seperti yang biasa dilakukan Sacchii. Tidak apa-apa kan …

“panas” tiba-tiba Reita memulai pembicaraan.

“ah, aku bawa jus.” Kataku sambil mengeluarkan botol jus yang kumaksud dari dalam tas. ”tunggu ya, biar aku bu …”

Crashhhh

“ah!” pekikku. Saat botol jusnya kubuka, tiba-tiba saja isinya tumpah mengenai kepala dan punggung Reita.

“maaf, aku tak sengaja … aku cari sapu tangan dulu.”

Dengan panik, aku mencari-cari sapu tangan didalam tas. Ya ampun! Kenapa selalu begini …

“maafkan a…”

 

Crashhhh

 

Kali ini isi jusnya tumpah mengenai kepala dan rambutku. Tunggu … Reita? dia yang menyemprotkan jusnya …

“kamu sengaja, ya?” tanyaku heran “huwaaa!! Reita jahat! Aku kan sudah bilang tidak sengaja! Kenapa kamu membalasnya sih?”

 

Reita mengulurkan sapu tangannya padaku.

 

“ternyata kamu banyak bicara juga” kata Reita

“eh?”

“Sacchii sering bilang kamu itu pendiam, dan lamban”

 

Kata-katanya yang terakhir membuatku mengerucutkan bibirku.

 

“juga tidak bisa naiki sepeda”lanjutnya.

“memang! Aku tidak jago olahraga seperti Sacchii”

“kalau begitu, besok aku yang mengantarmu pulang.”

Tawaran Reita membuat pipiku merona dan jantungku berdetak begitu cepat.

“iya, terima kasih” hanya itu yang bisa kuucapkan untuk menerima tawarannya dan berusaha ‘sedikit’ mengurangi rasa gugupku.

 

***

 

Jauh didalam lubuk hatiku, aku … ingin menggantikan posisi Sacchii.

 

Aku mencoba menggerai rambutku yang biasanya kuikat rapi. Merubah modelnya menjadi seperti model rambut Sacchii. kalau begini, aku tidak akan bisa dibedakan dari Sacchii. Wajah kami benar-benar mirip.

 

Menggantikan posisi Sacchii …

 

Apa aku juga bisa bersama Reita seperti Sacchii dulu? Makan bekal siang sama-sama, nonton film, pulang bareng …

 

walaupun sedikit, boleh kan aku bermimpi?

 

***

 

“eh? Nacchii model rambutnya berubah ya?”

“aneh?”

“tidak, malah terlihat ceria. Seperti itu lebih cocok”

“oh, begitu ya?” kataku sambil tersenyum

“ssst, itu Akizuki. Manis, ya” begitulah tanggapan cowok terhadapku hari ini. Reita nanti bilang apa, ya?” pikirku sambil membayangkan bagaimana reaksi Reita nantinya. Sesuai janjinya, ia akan mengantarku pulang.

 

 

“cocok” begitulah tanggapan Reita

“itu saja?”

“apanya?”

“tidak … tidak apa-apa”

“mau pulang sekarang?”

“iya”

 

Kupikir dia akan mengatakan sesuatu. Tidak kusangka tanggapannya sedatar ini. Aku menginginkan lebih. Ini semua belum cukup.

 

***

 

Esoknya, aku mengganti semua barang-barangku menjadi seperti barang-barang Sacchii. mulai dari tas, buku, hingga cermin. Hidupku mulai berubah. Sikap teman sekelas yang dulu tidak peduli padaku, kini mulai ramah terhadapku. Tidak jarang juga cowok yang ingin bertukar e-mail denganku.

 

Sejak kecil, semua yang kuinginkan diambil oleh Sacchii. Kali ini, boleh kan aku yang mengambilnya? Dan aku, tidak akan menyerahkan Reita pada siapapun.

 

***

 

~Sepulang sekolah~

 

“Reita!”

“Ngg …” Reita tertegun dan memandangiku

“kenapa?”

“tidak, kamu kelihatan berbeda”

“aku menggulung rambutku. Aneh, ya?”

“bukannya aneh sih …” Reita menggantung ucapannya

 

Reaksi Reita, lagi-lagi dingin seperti itu …

 

“orang itu? Dengan Reita? Dia cuma jadi pengganti Sacchii, kan?” aku menoleh dan berhenti berjalan. Aku tahu mereka sedang membicarakanku, tapi aku berusaha untuk tidak memperdulikan mereka.

 

“Nacchii?”

“tidak apa-apa. Ayo, jalan. Hari ini mau mampir ke rumahku?” aku berusaha menutupi perasaanku. Walaupun perkataan mereka membuat hatiku sakit, aku bertekad tidak akan menangis. Bukan, aku bukan menjadi pengganti Sacchii. karena Sacchii sudah tidak ada lagi.

 

***

 

“kue ini aku yang buat” kataku sambil menyodorkan sepiring kue pada Reita “ingat tidak waktu kamu ke kamar Sacchii? waktu itu sebenarnya aku yang membuat kuenya” lanjutku.

“oh ya?”

 

Padahal aku ingin Reita bilang ‘kuenya enak’

 

“rasanya aku pernah melihat baju yang kau pakai. Waktu itu dipakai Sacchii” ujar Reita.

“iya, setelah mengganti gaya rambut, kurasa lebih cocok kalau seperti ini”

 

Hening

 

“ikan mas itu …”

“eh?” aku mengikuti arah pandangan Reita

 

Pandangannya tertuju pada akuarium kecil di belakangku.

 

“ikan mas itu, semuanya mati.” Ujar Reita

 

Ah, aku lupa memberi mereka makan.

 

“apa boleh buat kalau mati. Mungkin umurnya memang cuma segitu” aku menunduk dan tidak berani menatap mata Reita yang sedari tadi seperti menghakimiku.

 

“kamu tidak apa-apa, kan?”

“apanya? Ikan Sacchii juga mati, kok. Kuburan yang kugali waktu itu juga bukan untuk ikan mas peliharaanku. Itu untuk ikan mas Sacchii”

 

Aku tetap berusaha tegar walaupun air mataku sudah hamper mengalir. Aku harus menguatkan diriku agar tidak menangis di hadapan Reita. Yang meninggal dalam kecelakaan satu bulan yang lalu itu bukan hanya Sacchii. Nacchii yang waktu itu hanya bisa menangis juga ikut mati.

 

Kali ini, aku memberanikan diri menatap wajah Reita.

 

“kenapa ekspresi wajah Reita seperti itu? Kenapa?” tanyaku “apa Reita juga berpikir ‘harusnya yang mati dalam kecelakaan itu bukan Sacchii tetapi aku’? Aku memang lebih lamban dari Sacchii dan tidak bisa apa-apa. Dalam pertandingan olahraga aku selalu paling belakang dan tidak becus mengurus ikan mas. Tapi aku sudah berubah. Aku tidak akan kalah lagi dari Sacchii! aku juga …”

 

“Nacchii …” Reita memotong ucapanku. “apa tujuanmu hanya untuk mengalahkan Sacchii?” kata-kata Reita membuatku tertegun dan kaget. Tidak kusangka Reita akan menganggapku seperti itu. “didalam hatiku tidak ada Sacchii. hanya Nacchii sendiri yang salah paham. Kalau yang Nacchii pikirkan hanyalah bagaimana untuk menang dari Sacchii … pada saat membandingkan itulah Nacchii telah kalah”

 

“Rei …”

 

“Sacchii sayang pada Nacchii yang pintar mengurus ikan mas itu” Reita berjalan keluar meninggalkan aku yang masih tertegun dengan ucapannya.

 

Aku sadar aku harus mengejarnya.

 

Tetapi pada saat aku hendak melangkahkan kakiku ke luar rumah, pandanganku terhenti pada pintu kamar Sacchii yang sedikit terbuka. Aku melupakan tujuanku untuk mengejar Reita dan masuk kedalam kamar Sacchii. kamarnya masih seperti dulu. Bersih dan rapi. Hanya saja, terasa lebih sunyi. Barang-barangnya tidak jauh beda dengan milikku, karena ibu selalu membelikan dua barang yang persis sama. Untukku dan untuk Sacchii.

 

Diatas meja belajar Sacchii, ada sebuah buku yang menarik perhatianku. Bentuknya seperti diary. Aku mulai membuka dan membacanya.

 

Tanggal 11 Juni

Reita datang ke rumah

 

Tanggal 12 Juni

Aku tidak akan menyatakan perasaanku pada Reita. setelah lama memikirkannya, akhirnya aku mengerti. Kemarin Reita hanya melamun dan tidak memandangku.

 

Sejak bertemu Nacchii, dia terus begitu.

 

Waktu bicara dengan Reita, aku merasakannya.

Kupikir, dia pasti suka anak seperti Nacchii

 

Ikan mas yang aku dapat waktu festival musim panas lalu semuanya mati. Punya Nacchii masih tetap hidup. Waktu aku cerita pada Reita, wajahnya menjadi lembut

 

Dari dulu ibu bilang padaku, karena Nacchii sering bengong, aku harus mengawasinya. Aku tahu, Nacchii memang pendiam dan lembut.

 

Sejak kapan aku telah salah paham? Padahal banyak yang telah Sacchii berikan padaku. Padahal aku sangat menyayangi Sacchii.

 

Aku tidak kuat lagi. Betapapun kerasnya aku berusaha untuk tidak menangis, perasaanku tidak akan bisa berbohong. Malam ini, aku telah melanggar janjiku untuk tidak menangis lagi. Tapi aku bersyukur, Sacchii telah hidup dalam hatiku.

 

***

 

“Reita!”

“Nacchii? ada apa?”

 

“hanya ini yang terpikir olehku … yang penting bagiku bukanlah untuk menjadi Sacchii. aku ingin menjadi seperti Sacchii karena aku suka pada Reita” aku mengatakan semuanya sambil berlinangan air mata. Aku tidak peduli Reita akan semakin membenciku atau tidak. Yang penting, aku telah mengatakannya.

Di luar dugaan, Reita meraihku dan kemudian ia memelukku.

 

Aku janji. ‘Nacchii’ yang diakui oleh Sacchii, dan ‘Nacchii yang ditemukan oleh Reita, tidak akan pernah kuhilangkan.

Semua hal yang kuinginkan lebih dulu didapatkan oleh Sacchii, sebenarnya diberikan oleh Sacchii kepadaku.

Tapi aku tidak ingin kehilangan lagi. Reita … adalah hadiah terakhir yang diberikan Sacchii kepadaku.

 

“Sacchii akan menangkap ikannya untuk Nacchii … Nacchii juga harus menyayangi ikan punya Sacchii, ya?”

 

End~

 

Ending-nya sengaja dibikin gantung

Hehehehe :D

FF ini buat kado ultahnya Nacchii

Otanjoubi omedeto ya Nacchii. Semoga panjang umur dan sehat selalu. Maaf ya kalo kadonya kecepetan, kurang mewah dan nggak modal

Hahahaha XDDD

Silahkan komen. Kritik dan saran semuanya gratis !! tidak di pungut biaya apapun *korban iklan*

Foreword

Sejak kecil, semua yang kuinginkan diambil oleh Sacchii. Kali ini, boleh kan aku yang mengambilnya?

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet