Chapter 7

Trust

Wendy memperkenalkan Irene pada Jae In dan ibunya. Nyonya Son mengingat nama itu, dan ia berfikir Wendy sudah mau mulai membuka hatinya. Makan malam berjalan dengan sangat menyenangkan, Irene dapat diterima di dalam keluarga itu dengan sangat baik.

“Sering-seringlah kemari Irene, aku sangat senang jika kau mau menemaniku.”

“Kapanpun anda menginginkan kehadiran saya, anda bisa langsung menghubungi saya nyonya Son.” Irene berpamitan dan diantar oleh supir Wendy.

“Apa kau yakin dengan semua ini Wendy?” Tanya nyonya Son.

“Aku juga tidak yakin awalnya omma, tapi ketika aku menatap mata Irene, aku bisa melihat ketulusan seperti tatapan omma pada saat memandang ayah untuk terakhir kalinya. Omma tidak pernah berubah sedikitpun, omma masih mencintai ayah, walaupun setelah apa yang ayah lakukan pada kita.” Nyonya Son tersenyum pada anak gadisnya, ia membelai wajah Wendy dan mengecup dahinya.

“Omma tidak pernah berhenti mencintai ayah kan?”

“Ya, Wendy,”

“Karena itu omma tidak menikah lagi?”

“Sulit untuk omma mencintai seseorang selain ayahmu,”

“Mengapa omma begitu mencintai orang yang sudah melukai omma seperti itu?”

“Omma tahu, ayahmu melakukan kesalahan, omma pun merasa tersakiti akan sikap beliau, tapi hati ini telah memlihnya Wendy, omma tidak punya alasan untuk itu,” Wendy memeluk ibunya erat. Apakah ia bisa mencintai Irene?, ia tidak tahu pasti akan hal itu, namun satu hal yang ia tahu, ia tidak ingin berjauhan lagi dari gadis itu.

“Yaa, Wendy tunggu aku.” Wendy mengayuh sepedanya, sementara Irene berusaha untuk mengayuh sepedanya karena ia tidak terlalu pandai mengendarai sepeda, dan akhinya ia puun terjetuh. Wendy yang khawatir langsung membalikkan sepedanya dan menolong Irene untuk bangkit dan memastikan Irene tidak mendapatkan luka. Irene tersenyum melihat perhatian yang diberikan Wendy padanya. Meskipun keduanya belum resmi menjadi sepasang kekasih, namun mereka lebih sering menghabiskan waktu bersama. Terkadang, nyonya Son yang meminta Wendy untuk membawa Irene ke rumah mereka untuk sekedar memasak atu menemani nyonya Son berbelanja di mall.

Irene mengetahui tentang kepergian tuan Lim dan bagaimana Wendy mengambil perusahaan itu. Irene juga cukup diterima oleh Jae In, setelah Jae In berbincang beberapa kali dengan Irene, dan Jae In memberikan persetujuan jika Wendy kembali dekat dengan Irene, walaupun Irene mendapatkan beberapa peringatan dari Jae In, Irene yakin ia tidak akan menghianati kepercayaan yang diberikan oleh nyonya Son dan Jae In padanya.

“Apa ini?,” Tanya Wendy yang sedikit kebingungan pada Irene yang memberinya sebuah kotak kado, padahal hari ini bukanlah hari ulang tahunnya.

“Bukalah.” Ujar Irene sedikit bersemangat. Wendy pun membuka kotak itu dan melihat sebuah kalung perak yang berbandul huruf I. Ekspresi Wendy datar sehingga membuat Irene sedikit kecewa.

“Apa kau tidak menyukai nya?” Tanya Irene ragu.

“Mmm. Bagaimana ya, aku tidak terlalu suka dengan model rantainya, menurutku terlalu besar.”

“Benarkah, kalau begitu, aku kembalikan saja.” Irene ingin mengambil kotak itu, namun Wendy menahannya. Ia mengambil kaluung itu dan mengeluarkan bandulan itu dari kalungnya.

“Kenapa kau mengambil bandulan itu.?”

“Aku tidak menyukai rantainya, tapi aku menyukai bandulan ini.” Irene tersipu malu.

“Apa kau mengenakan kalung ini dengan inisial ku?” Tanya Wendy dan Irene mengangguk sambil mengeluarkan kalungnya.

“Aish bukan kah kalung itu terlalu besar, aku tidak menyukainya.” Wendy mempoutkan bibir nya dan terlihat sangat lucu di mata Irene.

“Baiklaj aku akan melepasnya, karena kau tidak menyukainya” Wendy menahan tangan Irene.

“Apa kau menyukai kalung itu?”

“Aku juga merasa ini sedikit terlalu besar.” Ia tersenyum pada Wendy.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet