Chapter 8

Mistake

“Kakek ingin dia dipindahkan ke divisi lain.”

“Tapi sejauh ini pekerjaan nya adalah yang terbaik kek.”

“Sebentar lagi, kau akan menikah dengan Suho dan aku tidak ingin gadis itu merubah keputusanmu menikahi Suho.”

“Apa maksud kakek.” Sepertinya Kakek Bae keceplosan.

“Bagaimana kakek bisa menyimpulkan kalau dia akan merubah keputusanku.”

“Aku tahu siapa dia Irene dan mengapa kau memperkerjakannya.”

“Tidak ada satupun yang tahu mengenai hubungan kami kakek, aku bahkan tidak pernah mengatakannya pada siapapun.”

“Irene, kakek tahu apa yang kau tidak tahu. Seharusnya aku mengirimnya jauh dan tak pernah lagi menemuimu.”

“Maksud kakek?” kakek Bae tak bisa menahan dirinya dan ia mengatakan apa yang terjadi dengan harapan Irene akan merasa bahwa Wendy hanya mementingkan uang, tapi sepertinya kakek Bae salah.

Sebuah surat pengunduran diri dan selembar cek Irene terima di mejanya, dan seorang pria yang telah menggantikan posisi Wendy. Irene berusaha menghubungi Wendy namun sama sekali tidak bisa. Ia meminta kepada stafnya untuk mencari alamat Wendy, dan segera ia meminta supirnya untuk mengantar Irene ke alamat yang ia tuju. Sesampainya di apartemen Wendy, pemilik apartemen itu mengatakan bahwa Wendy sudah pindah, dan ia tidak tahu ke mana gadis itu pergi. Namun Irene masih mengingat alamat rumah lama Wendy dan ia yakin Wendy pasti ada di sana.

Dari kejauhan Irene memperhatikan rumah itu, dan benar saja, ia melihat Seulgi dan Joy masuk ke sana dan ia yakin kedua sahabat Wendy itu pasti membantu Wendy untuk pindah. Irene merasa sedikit lega saat ia melihat Wendy keluar dari rumah, dan ia meminta supirnya untuk kembali ke kantor.

“Terima kasih, kalian sudah banyak membantuku.”

“Kami hanya membantu mengemasi barang Wendy.” Ujar Joy yang menyeka keringatnya.

“Lalu, apa rencanamu.”

“Aku akan membuka kembali toko roti ini, aku sangat merindukan saat-saat aku membuat roti bersama ibuku.”

“Tapi, bukankah pekerjaanmu di perusahaan Bae sangat memuaskan, kau bisa melamar di tempat lain dan aku yakin, kau akan secepatnya mendapat pekerjaan.”

“Mungkin tidak untuk saat ini, aku tidak ingin menyibukkan diri dengan pekerjaan. Aku ingin dengan santai mengelola toko roti ini.” Joy dan Seulgi hanya bisa setuju dengan keputusan sahabatnya itu.

“Maaf, tapi toko kami sudah tutup.” Wendy terdiam di tempatnya saat melihat Irene yang masuk dan berdiri di hadapannya.

“Hai.”

“Duduklah, kau pasti cukup lelah, aku akan membuat  minuman untukmu.” Irene pun duduk dan memperhatikan sekitar toko. Tak banyak yang berubah, ia melihat poto nyonya Son dan Wendy saat kelulusan, dan nyonya Son berada di kursi roda dengan tutup kepala. Setelah kejadian itu, Irene langsung pindah dari sekolah karena ia sama sekali tidak ingin melihat wajah Wendy. Namun sejak saat itu pula ia menutup hatinya untuk siapapun.

“Apa yang membawa mu kemari Irene?”

“Irene, tidak dengan miss Bae?”

“Well, kita tidak sedang berada di kantor, dan kita juga sudah saling mengenal, aku yakin kau tidak keberatan aku memanggilmu Irene bukan?”

“Yes, Son Wendy.” Keduanya tersenyum.

“Untuk pertama kalinya, aku melihat senyuman mu lagi Irene ah.”

“Ya, sudah lama aku tidak melakukannya dan itu karena mu.”

“Maafkan aku,”

“Berapa kali kau harus minta maaf, aku sudah bilang kan aku memaafkanmu.” Irene menyesap kopi yang disajikan Wendy untuknya dan membuatnya lebih relaks.

“Aku tidak melihat ibumu?”

“Omma telah meninggal 3 tahun lalu,”

“Maaf, aku tidak tahu.”

“Its ok.”

“Wendy ah.” Panggilan itu begitu lembut di telinga Wendy, ia tersenyum kecil mendengarnya.

“Kakek mengatakan kalau kau setuju untuk menjauhiku, karena kakek akan membayar semua biaya pengobatan ibumu, apa itu benar?”

“Kakek Bae mengatakan itu?” Irene mengangguk, sambil terus memandang ke arah Wendy.

“Ya, aku tidak punya pilihan lain Irene. Kakek mu menawarkan pengobatan ibuku, dan saat itu aku tidak punya uang sepesepun. Dan aku harus menjual cintaku demi uang.” Wendy menundukkan kepalanya karena malu.

“Wendy ah, seharusnya aku yang meminta maaf atas perbuatan kakek ku.” Irene meraih tangan Wendy, mata keduanya saling bertemu. Tak ada yang berubah, pikir keduanya, mata mereka saling mengatakan bahwa mereka masih mencintai satu sama lain.

“Setelah mengetahui semuanya apa yang harus aku lakukan Wendy?, apa aku harus membatalkan pernikahanku bersama Suho?” Wendy diam, ia tidak tahu apa yang harus ia katakan.

“Apa kau masih mencintaiku Wendy?”

“Tentu saja Irene ah. Tidak satu hari pun aku tak menicintaimu.”

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
Dhedhe0788
Hai... cerita ini sudah selesai.
Aku harap you guys enjoy it...

Comments

You must be logged in to comment
_SWenRene
#1
Chapter 11: Yeayyy thank you for this story. Happy ending!
_SWenRene
#2
Chapter 7: No irene no!! ㅠㅠ Wendy please fight and tell the truth
JeTiHyun
#3
Chapter 6: Woah! Ini pertama kalinya saya membaca rr wenrene yg menggunakan bahasa, selama ini sy hanya melihat beberapa sekilas tapi tidak baca. 😂😂
Penasaran crita selanjutnya nnti bgmn. 😂
_SWenRene
#4
Chapter 6: Cerita ini sgt bagus. I like this kind of story. Good luck otornim.
lalalland #5
Chapter 5: Waaaa bahagia ada cerita red velvet especially wenrene pake bahasa, ditunggu updatenya