CHAPTER 8

YOU ALWAYS IN MY HEART (PERTHSAINT VERSION)

PRESENT 


 

SAINT POV

 

20 MARET 2016

Entah kenapa terdengar kebisingan disekelilingku, aku mendengar suara seperti ada yang sedang menangis. 

 

(author note : saint masih belum sepenuhnya sadar karena dia masih pingsan)

 

Siapa??? Siapa yang menangis??? Apa yang mereka tangisi?? Apa yang sebenarnya sedang terjadi??

 

Aku mendengar seseorang yang sedang berbicara kepada orang lain. Suara seseorang tersebut terdengar samar-samar. Aku hanya mendengar beberapa potongan kata seperti pasien…. Ditolong…. Cuci darah…. Gagal …. meninggal...

 

Aku mencoba mencerna perkataan dari seseorang tersebut agar aku bisa mengerti maksudnya. Tiba-tiba ada satu hal yang mengingatkanku.

 

Tunggu!!! Cuci darah?? Hari ini, pasien yang melakukan pengobatan cuci darah hanya P’zee saja…. Tidak ada orang lain lagi.

 

Apakah maksud dari seseorang tersebut berkata kalau ada pasien yang telah melakukan cuci darah telah meninggal dunia??? Ataukah hanya aku saja yang salah menafsirkannya???Aku yakin aku salah karena semuanya terlihat baik-baik saja.

 

Tiba-tiba aku seperti melihat potongan-potongan film yang muncul di kepalaku sehingga membuatku semakin ragu.

 

Apakah terjadi sesuatu dengan P’’Zee??? Apakah pasien yang orang tersebut maksud adalah P’Zee??

 

Aku mulai merasakan kekhawatiran, ketakutan di dalam diriku mulai kurasakan karena aku tidak mau berpikir negatif tentang hal ini. Aku mencoba menenangkan diriku tapi tetap saja tidak berhasil. Apakah jangan-jangan semua asumsiku itu ternyata benar???

 

Ini pasti mimpi!!! Ini pasti hanya halusinasiku saja!! Bangun saint!! Ini hanya mimpi!! P’Zee  tidak mungkin meninggalkanmu!! Pernikahan kita juga sebentar lagi akan dilaksanakan!! Ini tidak mungkin terjadi!! Bangun saint!!! Bangun!! P’zee tidak akan mungkin meninggalkanku!!

 

Dia Meninggalkanku.

 

Dia Meninggalkanku.

 

P’Zee telah meninggalkanku.

 

P’Zee telah meninggalkanku untuk selamanya.

 

Tidak.

 

Tidak.

 

"tidak P’Zee!!!!!!!!!!" aku langsung teriak memanggil namanya dan saat aku tersadar ternyata aku berada di tempat tidur rumah sakit.

 

"saint!!!... saint!!" aku mendengar suara ibuku yang memanggil namaku.

 

"Mama ..... mama" aku memeluk ibuku dengan sangat erat.

 

"kamu harus sabar anakku...." kata ibuku. 

 

“Mama….. Apa yang sebenarnya terjadi??? Mohon jelaskan kepadaku” aku bertanya kepada ibuku dan Dia hanya menangis sambil mengelus kepalaku.

 

“Zee…. Dia…. dia telah meninggalkan kita semua” kata ibuku sambil menatapku.

 

“Apa maksudmu mama??? Aku tidak mengerti” 

 

“Saint……..” 

 

“Kumohon katakan padaku kalau semua ini hanya mimpi belaka. Aku mohon kalau ini tidak nyata…. Aku mohon mama” kataku yang tidak mau menerima kenyataan. 

 

“Kamu harus sabar anakku, kamu harus bisa menerima kenyataan kalau Zee telah tiada. Dia telah meninggal dunia” kata ibuku 

 

Aku hanya bisa menangis ketika aku mengetahui kalau ternyata kejadian ini bukan mimpi. Aku juga bermimpi tentang masa lalu disaat pertama kali aku bertemu dengannya sampai kami menjadi sepasang kekasih. 

 

END SAINT POV

.

.

.

.

 

Keesokan harinya, kedua keluarga serta beberapa teman dan atasan kantornya sedang menghadiri upacara pemakaman Zee. Mereka semua berduka atas kepergiannya, mereka juga berusaha untuk menghibur saint supaya dia bisa sabar dan mengikhlaskan atas kepergian sang kekasih. Saint hanya bisa menangis melihat batu nisan yang tertera nama kekasihnya tersebut.


 

Rest In Peace

ZEE METHANAN

LAHIR : 20 MARET 1988

MENINGGAL : 20 MARET 2016


 

Acara pemakaman selesai dilakukan sehingga beberapa kerabat sudah ada yang meninggalkan pemakamannya. Saint masih duduk dan menangisi batu nisan tersebut. Dia masih belum bisa untuk melepaskan P’Zee. 

 

Saint sangat yakin bahwa orang tuanya dan orang tua Zee merasakan hal yang sama dengan yang dia alami. Mereka mencoba membujuk saint untuk mengikhlaskan kepergiannya karena mereka tidak mau saint larut dalam kesedihan dan tidak mau membuat Zee bertambah sedih di alam lain.

 

Pihak keluarga Zee tidak menuntut apapun ke pihak rumah sakit karena mereka berpikir kalau itu semua sudah takdir dan kehendak tuhan yang tidak mau membuat Zee bertambah menderita akibat penyakit yang dideritanya. Semua orang sudah pergi meninggalkan pemakaman dan yang tersisa hanyalah saint saja yang sedang melihat nama kekasihnya yang terukir di batu nisannya.

 

Saint yang sedang terdiam, tiba-tiba dia merasakan seperti ada seseorang menarik bahunya dengan kasar dan ketika dia berusaha melihat siapa orang tersebut.

 

PLAK!!!

 

Saint merasakan sebuah tamparan di pipi kirinya. Dia langsung memegang pipinya yang terkena tamparan dari orang tersebut.

 

“Apa yang telah kamu lakukan saint!!!!”.

 

“Janistar…..” saint terkejut ketika mengetahui kalau janistar yang telah menampar dirinya.

 

“Aku … aku”.

 

“Kenapa saint!!! Kenapa!!!” kata janistar sambil dia mencengkram pundak saint dengan keras.

 

“Janistar…. Sakit…. Aku mohon lepaskan aku” kata saint sambil berusaha melepas cengkraman dari janistar..

 

“Kenapa kamu kejam melakukan hal tersebut kepada P’zee!!!”.

 

“Aku tidak melakukan apa-apa kepadanya, janistar!!” saint terkejut ketika mendengar perkataan dari janistar.

 

“Kamu menemani dia untuk pengobatan hanya dalam waktu beberapa minggu saja tapi kamu sudah menghilangkan nyawa dia!!!”

 

“Tidak!!! Janistar… itu bukan kesalahanku!!! Hal itu terjadi karena listrik di rumah sakit yang tiba-tiba mati disaat pengobatan P’zee lalu saat listrik sudah kembali menyala ternyata pengobatannya menjadi terhambat yang mengakibatkan kegagalan!!”

 

“Heehhh!! Kamu pikir aku percaya dengan ceritamu??? Kamu pasti berbohong!!” kata janistar mengejek saint..

 

“Aku tidak berbohong kepadamu, janistar!! Kamu bisa datang ke rumah sakit untuk membuktikannya sendiri!!!”

 

“Aku tidak butuh omong kosong darimu, saint!! Aku yakin kamu senang dengan kepergian P’zee karena kamu tidak akan menikah dengannya!!!!”

 

“tidak!!! “

 

“Aku yakin kamu pasti memiliki selingkuhan baru, iya kan!!!!” 

 

“Tidak!!!! Kamu salah!! Aku tidak mempunyai selingkuhan!!!” saint berteriak kepada janistar.

 

“Kenapa kamu tidak melepas topengmu saja saint??? Tidak ada siapapun disini jadi kamu tidak perlu berpura-pura kepada diriku” kata janistar sambil dia mendorong pundak saint lagi.

 

“Aku tidak berpura-pura janistar. Aku berkata serius kepadamu”.

 

“Heehhh…. Dasar pembohong. Aku terkadang melihat dirimu sedang bersama dengan orang lain, benar kan??”

 

“Orang lain??? Maksudmu plan???”

 

“Hahaha… aku tidak tahu siapa namanya”.

 

“Kalau yang kamu maksud seseorang itu adalah plan maka kamu salah karena plan adalah adik kandungku sendir!!i”.

 

“Hahahaha …. Dasar pembohong!!” 

 

“Aku tidak berbohong!! Kamu tahu janistar, selama ini hanyalah plan yang datang ke kampus atau ke kantor untuk menemuiku. P’zee juga mengetahui hal tersebut”.

 

“Heeehh… mungkin saja kamu selingkuh di luar kampus atau kantor tanpa sepengetahuan P’zee” kata janistar karena dia berusaha untuk terus menyudutkan saint. 

 

“Janistar, kamu kenapa berkata seperti ini kepadaku?? Kenapa kamu melakukan hal ini di hadapan makam P’zee??” tanya saint yang tanpa sadar air matanya mengalir kembali.

 

“Aku tidak akan terpengaruh dengan airmata palsumu, saint” 

 

“..................” saint hanya bisa terdiam

 

“Kamu harus ingat saint kalau aku akan melakukan hal apapun kepadamu. Kamu harus tahu betapa sakit hatiku atas meninggalnya P’zee karena ulahmu”.

 

“Janistar, apakah kamu tidak menyadari kalau akulah yang paling sakit dan menderita karena ditinggal selamanya oleh P’zee??? Dia kekasihku, dia calon suamiku… dia orang yang sangat berharga bagiku” 

 

“Sudah cukup saint, aku tidak mau mendengar kebohonganmu lagi”

 

“..................”

 

“Kamu tahu apa yang membuatku menyesal akan hal ini???”

 

“.................”

 

“Aku sangat menyesal kalau P’zee telah bertemu dengan dirimu karena kau adalah orang pembawa sial yang tidak tahu diri”

 

“................”

 

“Dengar baik-baik, dasar kau pembunuh!! kau jalang!!!” kata janistar sambil mendorong bahu saint lagi.

 

Janistar langsung pergi meninggalkan saint dan makam zee. Dia tidak bisa membalas perkataan dari janistar karena apa yang dia bilang mungkin ada benarnya. 

 

SAINT POV 

Aku memang menjadi penghalang untuk mereka. Aku juga sebenarnya mengetahui kalau janistar mencintai P’zee tapi aku tetap egois karena lebih mementingkan perasaan aku sendiri daripada persahabatan mereka. 

 

Aku juga mengetahui kalau persahabatan mereka mulai renggang dengan kehadiran diriku. Seandainya P’zee tidak bertemu denganku, seandainya dia tidak mencintaiku, seandainya dia tidak menjadi kekasihku dan seandainya dia tidak melamarku mungkin dia masih hidup sampai saat ini dan dia bisa hidup bahagia dengan janistar. 

 

Aku melihat kembali makam P’zee dan berkata “aku tidak tahu apakah aku bisa bertahan tanpa dirimu. Kau segalanya bagiku karena hanya kaulah yang telah memberikan warna untuk hidupku. Aku bisa merasakan senang dan sedih berkat dirimu”

 

Aku langsung memegang batu nisan P’zee dan berkata “Aku menyesal P’Zee .... Aku seharusnya menurutimu membeli kue untuk merayakan ulang tahunmu. Aku juga seharusnya menuruti keinginanmu untuk tidak melakukan pengobatan sehingga hal ini tidak akan pernah terjadi dan kamu juga tidak akan meninggalkanku selamanya”

 

“aku menyesal P’Zee ... aku menyesal.... aku mohon .... maafkan aku P’Zee" aku hanya bisa menangis tersedu-sedu sampai aku tidak mengetahui berapa lama aku berada disana. 

END SAINT POV 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet