Chapter 3

Kos-Kosan Ceciwi

Momo emang maestro dalam hal makanan dan cara mendapatkan makanan.

 

Walaupun antriannya panjang bukan kepalang, MiMo cepat sekali mendapatkan makanan yang mereka mau dan kembali ke meja mereka dengan waktu singkat.

 

“Gila! Cepet banget!” Celetuk Nayeon heran.

 

Momo membusungkan dadanya sembari duduk di sebelah Mina. “Ho ho ho, gue gitu loh.”

 

Mina tertawa, tapi tawanya dengan cepat terhenti ketika pandangannya jatuh kearah gadis yang tak terlihat asing di matanya.

 

“D-Dewi?”

 

Tak lain dan tak bukan, gadis yang duduk di sebelah Nayeon adalah Sang Dewi yang baru saja tadi sore ia tabrak. Saling bertabrakan mungkin lebih tepat.

 

Nayeon dan Jeongyeon melongo, lalu tertawa.

 

Sang Dewi makin merah pipinya.

 

Chaeyoung ngakak. Sewaktu turun tangga tadi, Mina sempat tanya ada nggak cewek yang cantiknya bak dewi yang tinggal di Kos-Kosan Ceciwi. Chaeyoung, si Maung Tengil ya santai aja jawab kalau semua penghuninya itu nggak, nggak cantik. “Tapi lo cantik kak, soalnya lo masih baru,” katanya tadi. Mina, si anak kalem, langsung main pukul.

 

“Namaku bukan Dewi,” Kata Sang Dewi malu-malu. “Aku Jihyo. Namamu Mina kan?”

 

“Er, ya, tapi kamu cantiknya melebihi bidadari.”

 

Tzuyu meringis. “Woi cukup woi gua nggak suka romance.”

 

NaJeongMoSa melotot. 

 

“Gue kira Kak Mina ini kalem, tapi ternyata greasy juga ya kek Kak Byulyi.” Kata Dahyun sambil mengunyah potongan kentang ovennya. “Mungkin pas pertama kali lihat kita emang kelihatan cantik-cantik ala bidadari gitu, tapi ntar lama kelamaan kusut-kusut sendiri kok sumpah.”

 

Sana ngangguk. “Dulu gua mikir Mak Rene cantik bat, tapi sekarang malah 11-12 ama Mak Lampir.”

 

Momo nepuk-nepuk pundak Mina, si doi masih aja liatin Jihyo tanpa malu. “Rapopo, ini fase. Oh ya, kalian juga sama-sama SMASAL kan?”

 

“Keknya Kak Mina sama Kak Jihyo seangkatan.”

 

“Hati-hati cinlok.”

 

“Cinlok itu bagus lah Chew,” Omel Jeongyeon. “Kalo Bapak lu dan Emak lu gak ketemu di college juga lu gak bakalan ada.”

 

“Pertemuannya bagus, tapi kalo nanti pisah kan ya gimana gitu,” Tiba-tiba Sana menambahkan, suaranya lirih. Semua yang ada di meja langsung bersimpati. Kecuali Mina dan Momo. Mina karena sibuk makan dan memandangi Jihyo, Momo karena dia sibuk makan.

 

Setelah selesai makan dan berbincang-bincang, Nayeon menawarkan Mina untuk berkenalan dengan bocah-bocah dan mbak-mbak (serta mak-mak) lain yang tinggal di Kos-Kosan Ceciwi. Dibandingkan teman satu lantainya yang lain, Nayeon-lah yang paling dekat dengan penghuni yang lain.

 

Mina diseret ke meja yang tempatnya deket banget sama meja buffet.

 

“Gais!”

 

“Nayeonnie!” Lagi-lagi, Mina melongo melihat cecan-cecan yang katanya tinggal di lantai paling atas. Salah satu dari mereka, gadis yang bentuk matanya mengingatkan Mina akan kucing, langsung memeluk Nayeon manja.

 

“Ini kenalkan, Myoui Mina salah satu Minionku.”

 

Minion?

 

“Calon, woi, calon,” sergah gadis yang berambut pirang yang dengan segera menyuruh Mina dan Nayeon duduk di kursi yang masih kosong. Jennie masih aja meluk Nayeon. “Kenalin! Gue Lisa Manoban, Minion no 1 Teh Jisoo!”

 

Minionnya Jisoo? Berarti dia positif sewaras Jisoo – nggak waras.

 

Mina melirik si rambut merah yang menyanyi di panggung kecil bersama dua perempuan yang nggak dia kenal.

 

“Hai, aku Rosé!” Seharusnya Mina sujud syukur gitu akhirnya ada yang kalem selain Jihyo, tapi kok melihat tingkah laku temen-temennya… Mina nggak yakin si Rosé ini sewaras dirinya yang notabene belum terekspos keabsurdan lingkungannya.

 

“Gua Kim Jisoo,” gadis yang dari tadi berusaha menyeimbangkan botol di pundaknya akhirnya berbicara. “Lisa itu minion utama gua. Panggil gua Jichu kalau lu gak mau panggil gua Jisoo.”

 

“FYI, kita panggil Kak Jisoo yang itu,” Lisa menunjuk si manajer Kos yang lagi berbincang-bincang dengan Irene, “Dengan sebutan Panda Merah atau ce Ziya atau Ziyi atau Zizi.”

 

“Jiya?”

 

“Ziya.”

 

“Jiya!”

 

“Terserahmu,” Lisa melotot lalu tertawa. Mina menyeringai.

 

“Aku Jennie!” Si gadis yang masih aja memeluk Nayeon manja itu memperkenalkan diri. “Mina, kamu SMASAL kan?”

 

“Iya, apa kalian juga?”

 

“Yoi! Kita bertiga anak Soshum,” jawab Jennie bangga. “Jisoo disini satu angkatan sama Nayeonnie, tapi dulu murtad.”

 

“Murtad?” Mina mengernyitkan alisnya. Istilah apalagi itu?

 

Rose akhirnya menjelaskan. “Maksudnya Teh Jisoo itu dulunya ambil Saintek, tapi sewaktu ujian masuk PTN dia malah ambil Soshum.” Topik kemudian berganti ke kehidupan SMA dan suasananya. Mina heran karena untuk SMA yang digadang-gadang terbaik sedunia, SMA Negeri 9 Ini cukup santai pembelajarannya. Sulit, tapi nilai mereka bagus-bagus tanpa katrol nilai dari guru-guru.

 

“Guru-gurunya masih pada lumayan muda sih,” Jisoo menjelaskan. “Kalau misalnya nilaimu kurang gitu, guru yang bersangkutan pasti manggil kamu terus dikasih tambahan. Nggak lama, paling 30 menit.”

 

“Memangnya efektif ya, 30 menit?” Tanya Mina heran. Seumur-umur, dia cram school memakan waktu berjam-jam.

 

“Dulu aku mikir 30 menit dapat apa, tapi ternyata bisa kok,” Lisa tersenyum. “Semua guru disini udah pada S2 semua, lulusan dari macam-macam. Intinya, sudah sangat qualified mendidik anak-anak.”

 

Sebenarnya Mina ingin tanya lagi tentang SMASAL, tapi Nayeon sudah menyeretnya untuk bertemu para penghuni lantai 3A. Saat mereka sampai di meja, keenam perempuan penghuni 3A masih ribut berebut makanan.

 

“Repot ya punya anak-anak nakal.” Nayeon berdecak sambil menepuk pundak perempuan yang menurut Mina mengingatkannya akan Aphrodite karena kecantikannya.

 

Si anak-anak nakal nggak terima. “Kita nggak nakal, kita hiperaktif!” Seru anak yang paling tinggi selain si Aphrodite.

 

“BETUL TU BETUL!” Anak nakal #2 mengiyakan sambil ngunyah udang goreng yang emang – enak banget.

 

“Semua, DIAM.” Si titisan Aphrodite berteriak dan sejenak para anak nakal terdiam, sadar kalau ada orang asing yang duduk di sebelah Nayeon. “Maaf Nayeon, Mina.” Aphrodite meminta maaf. “Aku Sojung atau Sowon, mahasiswa ITSM. Sekali lagi maaf ya, mereka habis makan cake tadi siang dan sugar-rushnya belum selesai.”

 

“Tidak apa-apa kok, Kak Sowon,” Kata Mina sambil tersenyum. Para anak nakal kembali berulah.

 

“Akwu Ywewrwiwn!” Yerin menelan makanannya. “Calon Maba ITSM!” Serentak, bocah-bocah yang ada di sampingnya mengamini.

 

“Aku Eunha! Mau naik kelas 2 SMA!”

 

Oh ini toh si Kecil kata Chaeyoung. Memang sih, Eunha terlihat sangat kecil jika dibandingkan dengan Sowon. 

 

“Aku Yuna, codename Yuju! Mak Jihyo itu teman padusku!”

 

“Eunbi siap berkenalan! Aku dan Yewon akan masuk SMA Juli nanti!”

 

“Aku Yewon, codenamae Umji!” Si mochi yang duduk di sebelah Yuju memperkenalkan diri. Dilihat dari interaksi barbar mereka, Umji terlihat sebagai yang paling waras.

 

Mina tak bisa berlama-lama berbincang dengan penguin 3A karena Nayeon kembali menyeretnya untuk berkenalan dengan penghuni lantai 2 yang akhirnya duduk. Kata Nayeon, kelima penghuni itu selalu saja jalan-jalan dan jarang banget duduk.

 

“Hai Mak Rene!” Mina dan Nayeon menyapa bebarengan. Irene melotot.

 

“Halo Nayeon, Mina,” Seulgi menyapa ramah. “Mina, kamu belum berkenalan dengan tiga anak ini kan? Ayo, ayo berkenalan!”

 

Midget yang duduk di sebelah Seulgi memutar bola matanya. “Seul, kalau kau tidak ingin sebutan Bapak atau Akang melekat di dirimu, lebih baik kau diam saja.” Dia mengalihkan perhatiannya ke Mina setelah mempersilakan Mina dan Nayeon untuk duduk. Nayeon segera berbincang-bincang dengan Irene. Dua anak yang Mina belum tahu namanya pergi mengambil minuman dulu, jadinya Mina diajak berbicara dengan si Midget ini.

 

“Aku Seungwan, tapi disini dipanggil Wendy,” Wendy tersenyum charming. “Kudengar kau memanggil Jihyo dengan sebutan Dewi, ya?”

 

Wendy terkekeh ketika kedua pipi Mina memerah. Dia langsung melirik kearah meja penghuni 3B.

 

“Jihyo sendiri yang bilang,” Wendy tersenyum. “Kau tahu? Jihyo itu pacarku.”

 

Kedua mata Mina membesar, mulutnya tak bisa berkata apa-apa karena panik.

 

Senyum Wendy melebar. Diraihnya gelas yang ada di depannya dan ditengguk habis isinya. Mina tak yakin apa isinya. Gelap dan harum – mungkin wine?

 

“Cola, cuman cola,” jawab Wendy tenang. “Tidak apa-apa kok, Mina, aku tidak membencimu. Jihyo memang seorang Goddess, yeah?”

 

“Kecantikannya laksana Dewi,” Mina mengangguk karena ia yakin, Wendy pasti tahu kapan dia berbohong. Karena kalau tidak salah, kata Seulgi, Wendy adalah mahasiswa Psikologi UNIYG. Dia

 

“Kau orang yang jujur.”

 

“Tidak juga.”

 

Wendy terkekeh. “Aku suka gayamu. Sebenarnya tak apa kau mengakui kecantikan Jihyo, tapi jangan rebut dia dariku, yeah?”

 

“Tidak akan,” Mina berjanji. Lagipula, manusia semacam dia tidak cocok bergandengan dengan Dewi seperti Jihyo. “Omong-omong, kenapa… cara bicaramu sangat berbeda, Kak Wendy?”

 

“Panggil aku Mbak Wan!”

 

Mina berkedip. Soalnya sebutan itu menurutnya agak... aneh.

 

Serius orang ini mau dipanggil dengan nama makanan??

 

“Maksudku… Mbak Wan?”

 

Tak disangka Wendy malah ngakak nggak karuan. Seulgi dan Irene juga tertawa kecil. Kalau Wendy sudah menyuruh siapapun untuk memanggilnya ‘Wan’, berarti dia salah seorang yang benar-benar menarik perhatiannya.

 

Kalau Wendy sudah dipanggil Wan, dia akan berbicara normal – dengan logat medok Timurannya yang kental. Mina ngangguk-ngangguk aja sewaktu Wendy sudah mulai bercerita panjang lebar, sambil mengenalkan Joy dan Yeri, si Duo Setan rival School Meals Club.

 

Si Duo Setan itu kemudian menyalami Mina dan berjanji untuk memanggilnya dengan embel-embel Teh. Irene takjub. Mina bingung. Seulgi kemudian menjelaskan kalau dia harus sangat hebat untuk bisa dipanggil dengan sebutan Teh. Mina mengiyakan saja.

 

Mina kan orang asing walaupun Bahasa Nasional Itu-nya lancar, jadi nggak tahu. Menurutnya, Kak, Mbak, Mas, Teh, Bang, dan Akang, itu sama – jadi kenapa beberapa dari mereka harus dipanggil Kak dan beberapa harus dipanggil yang lain?

 

Selesai berkenalan dengan penghuni lantai satu yang notabene isinya orang sedeng semua, Mina akhirnya memberanikan diri tanya ke Nayeon sesuatu.

 

“Kak Nayeon –“

 

Nayeon melotot. “Mbak coy, saya nagh Timuran”

 

Mbak Nayeon, di sini ada yang lulusan Sastra Bahasa Itu, tidak?”

 

“OH! Nggak ada.”

 

Mina putus asa.

 

“Okay.”

 


 

Sebentar ya genks saya hiatus doeloe, mo ngambil mandiri ni minggu depan

wish me luck!

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
gks-palel
"Mba ini mimo wenhyo moments nya mana ya"
Ditunggu wahai mimo wenhyo shippers, Mina masih anak kecil yang tak tahu apa itu cinta

Comments

You must be logged in to comment
RTomato
#1
Chapter 6: Not @ Joy but.... moSHi MOshI kEIsaTSU dESU kA????
RTomato
#2
Chapter 5: Naon XD
RTomato
#3
Chapter 4: Akwkwkwkwkwkwk
Anak IPA 6 XD
Kleeee kelasnya samaan dong cuyyy
RTomato
#4
Chapter 3: TEH MINA EUYYY
RTomato
#5
Chapter 2: Akwkwkwkwkwkwk
YAALLAH NGAKAK BACA INI
raevitaae #6
Chapter 6: Gue baca universitas rbw malahan jadi unbr*w anjir...
Syn061 #7
Chapter 6: Anjay w baru sadar ada mbak Seha pemilik kosan wkwkw
Akhirnya mamamu muncul juga hahaha, mbak(atau mas?) moonbyul kek biasa menjijaykan emang.
Irene: beliau wkwkw mantaap, ngakak pas membeberkan fakta bahwa Jihyo itu yg posesif sama yg bagian joyri astagaa beneran harus halo pulisi inimah wkwkkw
momomoguring
#8
Chapter 6: Wah ga nyangka tiba2 diupdate wkwk
Makasih udah buat aku ngakak malam2 XD