Chapter 3

Tercipta Untukku

Kewarasanku memaksa untuk menghentikan semuanya, menyerah dan berusaha mengikhlaskan. Semua berbanding terbalik dengan hati kecil yang seolah mengatakan bahwa Soojung adalah miliku. Kami ditakdirkan bersama itulah yang ingin selalu ku yakini.

Lalu apalah arti perjuangan yang selama ini kulakukan jika pada akhirnya kami tidak bisa bersama. Enam tahun bukanlah waktu yang singkat untuk mengatakan bahwa rasa yang ada di hati ini hanyalah perasaan semu semata. Soojung adalah segala hal yang selama ini aku cari untuk mengisi kekosongan hati.

Bagiku tidak ada yang salah dengan apa yang kulakukan saat ini. Kami saling mencintai, namun Soojung terlampau takut hanya untuk berjuang lebih keras. Konflik yang terjadi diantara Ayahku dan ayah Soojung seolah berimbas pada kami yang bahkan tidak tahu menahu apa yang terjadi sebenarnya.

Mereka tidak menjelaskan apa alasannya, hanya melarang dan meninggalkan kebingungan serta rasa sakit. Hatiku terlampau tak dapat melepas Soojung begitu saja. Kebersamaan yang telah kami lewatin tidak akan semudah itu lekang oleh waktu.

Soojung gadis pertama yang membuatku jatuh cinta hingga membuat lupa diri. Sungguh menjadi tidak waras asalkan bersama Soojung tidak masalah bagiku. Empat bulan tidak bersamanya atau bahkan mengetahui kabaranya membuatku sadar bahwa hidupku tidak berarti tanpa Soojung.

Mataku beralih pada sosok gadis yang kini membuat hati sedih tak terhingga. Ke sempatkan mengecup keningnya sekilas sebelum pergi mengurus beberapa berkas untuk kebutuhan administrasi rumah sakit. Rasanya tidak tega meninggalkannya barang sedikit dalam kondisi seperti ini.

"Tuhan jika kau berkenan memberikan kebahagiaan untukku, tolong sadarkan Soojung, buatlah dia pulih seperti sedia kala"

Kembali ku kecup kening gadisku sekali lagi. Sebisa mungkin kuulas senyum walau rasanya sulit. Berharap jika Soojung tahu jika semua akan baik-baik saja.

Namun tanpa aba-aba pintu ruangan Soojung terbuka cukup keras bersamaan rasa sakit yang mendera pipi kananku.

"Bajingan kau Oh Sehun"

Kulihat Jung Yunho didepan mataku, memasang wajah marah dengan emosi yang membeludak. Kufikir aku akan babak belur jika saja tidak ada seorang pria bermata sipit yang menahan pergerakan ayah Soojung.

"Kau benar-benar persis seperti ayahmu"

Aku hanya dapat terdiam, tidak ada yang dapat kukatakan, seolah bibirku terkunci bahkan untuk mengucapkan kata "ya".

"Tenanglah sayang"

Kulihat ibu Soojung masuk dengan nafas yang hampir habis dan langsung memeluk suaminya. Wajah ibu Soojung tidaklah bisa dikatakan baik-baik saja. Matanya bengkak dengan lingkaran hitam serta kantung mata.

"Bagaimana aku bisa tenang, dia menculik Soojung kita. dan sekarang kau bisa lihat, Soojung masuk rumah sakit. Bagaimana mungkin aku tenang?"

Paman Yunho kembali menantap kearahku. Kali ini aku bersiap menerima pukulannya lagi, tidak ada yang bisa kulakukan, menghindar atau melawan hanya akan menambah masalah.

"Hei.. Jangan diam saja, kau apakah Soojung hah? Dimana otakmu? Soojung memiliki keluarga, kau bahkan bukan siapa-siapa. atas hak apa kau membawanya kabur hah.."

Kebungkaman ku membuat paman Yunho semakin hilang kesabaran. Jujur aku seperti seorang pengecut kini. Mengucap sepatah kata rasanya tidak mampu, hanya dapat diam terpaku dengan kepala tertunduk.

"JAWAB"

Aku hanya bisa terdiam sampai petugas keamanan rumah sakit membawa kami dari sini, tidak dapat yang kukatakan bahkan kulakukan semua terjadi tanpa bisa ku antisipasi. Aku memang pantas disebut pecundang.

***

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet