Kecewa

Description

Entah apa yang ada dipikiranku, namun aku tak pernah melakukan hal sebodoh ini, lagipula aku tak punya pilihan lain

Foreword

28 April 2018
Sudah setahun berlalu aku dan sahabatku, Kang Daniel tidak mengobrol, bertegur sapa pun tidak. Jujur, aku rindu saat mengobrol dengannya, bersenda gurau, chat dengannya, belajar bersamanya, dan banyak hal yang selalu kulakukan bersama Niel. Aku tak pernah melakukan hal sebodoh ini, tapi apa daya aku tak memiliki pilihan lain.

28 April 2017
"Daniel, tolong antar aku pulang kerumah" Kataku meminta tolong pada Daniel. 
"Pulang sendiri saja, kau kan beberapa hari ini pulang sendiri" kata Daniel yang menunjukan bahwa ia tidak mau mengantarku pulang.
"Ayolah Niel" bujukku. Akhirnya Daniel pun setuju untuk mengantarku pulang walau dia terlihat sangat terpaksa yang tergambar pada ekspresinya.
Kang Daniel adalah sahabat terbaikku sekaligus orang yang kusukai sejak aku duduk dibangku SMP. Daniel memang setiap hari mengantar dan menjemputku, itu karena rumahku dengan rumah Daniel hanya berjarak 2 rumah di sebuah komplek perumahan di kawasan Seoul. Namun saat kelas 11 ini, Daniel sudah sangat jarang bahkan hanya beberapa kali mengantarku pulang, dia berubah karena satu hal.
"Ehm.. tapi Dan, kita ke toko eskrim langganan dahulu ya, rasanya aku rindu dengan eskrim buatan Minhyun oppa" kataku.
"Ok, tapi karna kau sudah minta diantar pulang olehku, jadi bayarkan eskrimku. Aku ingin eskrim rasa green tea, matcha, stroberi dan kesukaanku mocca" Kata Daniel dengan nada serius.
"Yak! dasar beruang menyebalkan, kamu selalu saja makan dalam porsi besar, dan aku yang harus bayar? lebih baik aku buat sendiri di rumah" kataku sedikit kesal.
"Baiklah, tapi berarti hari ini kau pulang sendiri" kata Daniel datar.
"Aish... Yak! kau tak ikhlas dalam membantu sahabatmu ini?Jebal Daniel~ssi. Rasanya badanku remuk semua" kataku memohon

-----------
Optimus Hwang's Cafe
Kini kita sudah berada di sebuah cafe langgananku dan Daniel.
"Hai, sudah lama kalian berdua tidak kesini, kemana saja kalian, rasanya seperti ada yang hilang saat kalian tidak datang ke cafe ini. Aku rindu kalian, aku rindu tingkah kalian" Kata sang pemilik cafe, Hwang Minhyun. Dia adalah sahabatku dan Daniel, sekaligus kakak kelas kami saat SMP, namun dia memutuskan pindah sekolah karena tugas ayahnya mengurus cafe yang sudah memiliki beberapa cabang di Seoul, Busan, dan Daegu.
"Ah~ hai oppa" sapaku.
"Oppa, kau kan tahu ujian sebentar lagi, maka ada tambahan di tempat les, aku pun rindu oleh citarasa eskrimmu" kataku bohong perihal ujian.
"Hwaiting ujiannya! Hm... jadi kalian sudah sampai mana?" Tanya Minhyun yang membuatku dan Daniel bertatapan lalu mengerutkan dahi. Seolah-olah mengetahui rasa bingung kami, Minhyun oppa pun menjelaskan.
"Hahaha... maksudku, apakah kalian sudah pacaran? Rasanya aku iri melihat kedekatan kalian" kata Minhyun dengan sedikit tawa renyah.
"Tidak, kami hanya bersahabat" kataku.
"Aku dan (Y/n)? pacaran? Tidak mungkin" Kata Daniel meninggalkan aku dan ka Minhyun.
"Ya.. aku tau bahwa ak-" batinku.
"Maaf aku bertanya seperti itu, apakah kau sudah berbicara dengannya?" tanya Minhyun oppa membuyarkan lamunanku.
"Belum oppa, mungkin hari ini" kataku.
"Semangat! jadi kalian mau beli apa?" tanya Minhyun.
"Tunggu kak" kataku sambil menghampiri Daniel.
Aku dan Daniel memang sudah bersahabat sejak masa SMP hingga sekarang duduk di kelas 11 di SMA 101. Dan selama itu pula aku menyukai Daniel lebih dari sekedar sahabat, semua orang selalu mengira bahwa aku dan dia berpacaran. Tapi Daniel tak kunjung menyatakan cintanya padaku. Namun aku merasa Daniel berubah karena suatu hal semenjak kelas 11 ini.
"Daniel mau eskrim rasa matcha, taro, strawberry dan rasa kesukaanku, mocca" kataku kembali ke meja kasir, lalu duduk dikursi sebelah Daniel.
"Wah! Daniel tidak pernah berubah. Dia masih sama saja seperti dahulu, pria dengan nafsu makan yang besar" pikir Minhyun. Setelah itu Minhyun seperti teringat sesuatu, lalu Minhyun ke meja kami
"Oh ya, toko kami mengeluarkan menu baru, eskrim rasa bubble gum dan bisa juga dengan pancake Untuk hari ini kalian ku beri gratis pancake, karena hari ini toko milik ayah sangat ramai" kata Minhyun mendatangi meja kami lalu menjelaskan panjang lebar.
"Waaah... tolong buatkan untukku, hyung" kata Daniel bersemangat. Soal makanan khususnya makanan manis, Daniel akan berubah dari seorang yang keren dan suka tebar pesona pada banyak wanita menjadi seperti bayi besar yang selalu excited bila akan diberi permen oleh sang ibu. 
"Baiklah, aku akan segera membuatkannya spesial untuk kedua sahabatku" kata Minhyun ramah sambil tersenyum.
"Kau mau eskrim rasa apa Moon (Y/n)?" tanya Minhyun.
"Aku mau eskrim rasa vanilla dan rasa kesukaanku, strawberry" kataku.
"Baiklah, tunggu sebentar ya" Kata Minhyun.

"Oh ya Niel, saat sudah sampe rumah aku, kamu jangan buru-buru pulang ya" kataku.
"Memangnya kenapa?" tanya Daniel datar.
"ada sesuatu yang harus aku bicarakan" kataku.
"Kenapa tidak disini saja?" tanya Daniel datar.
"Tidak, Niel. Aku mau membicarakan sesuatu yang serius" jawabku. Setelah 15 menit menunggu, akhirnya pesanan kami datang.
"Maaf menunggu lama, tadi aku mencari baking powder untuk waffle nya. Setelah renovasi, aku jadi bingung letak bahan-bahan" kata Minhyun.
"Ah~tidak apa" kataku dan Daniel bersamaan.
Kami pun menyantap eskrim dan waffle gratis dari Minhyun. Setelah makanan kami habis, aku pun meminta bill.
"Semuanya jadi 12₩" ucap Minhyun sambil memberikan bill kepada Daniel. Namun saat ini aku yang harus membayar bill.
"Berapa oppa?" tanyaku ulang
"12₩ saja" Jawab Minhyun. Aku pun membayar.
"Wah, jadi hari ini kau mentraktir Daniel? Kenapa?" tanya Minhyun. 
"Dia mengancamku untuk pulang sendiri bila aku tak mentraktirnya" kataku sambil melirik kearah Daniel yang masih asik dengan eskrim dan waffle miliknya.
"Hahaha" Minhyun pun tertawa.
"Baiklah, karena sudah selesai makan, maka kami akan pulang. Rasanya tulangku remuk semua" Pamitku ke Minhyun oppa. 
"Oh ya... terimakasih atas eskrim dan waffle gratisnya, semoga semakin banyak pengunjung yang datang kemari, oppa" kataku. Daniel pun tersenyum dan berterimakasih atas waffle terenak yang pernah ia cicipi. 
"Niel, jaga (Y/n) baik-baik ya" kata Minhyun berpesan. Daniel pun meninggalkanku yang masih di dalam toko tanpa menghiraukan pesan Minhyun. Setelah itu aku berterimakasih lagi pada Minhyun oppa. Minhyun pun bingung melihat Daniel seperti ini.
"Kuharap tidak terjadi sesuatu yang aneh" gumam Minhyun. 
Sesampainya dimotor Daniel
"Nih helm kamu, tolong pegang helmku dulu" kata Daniel, aku pun menurutinya.
"Mana helmku?" tanya Daniel. Aku pun memberi helm milik Daniel. Daniel pun memakainya.
"Pakai helmmu" kata Daniel.
"Ya, akan ku pakai, tapi kan kamu minta tolong pegangin he-" kataku.
"Baiklah... baiklah" Kata Daniel. Tak kusangka bila Daniel akan mengambil helm milikku lalu memakaikan helm dan memastikan helmku telah terkunci, yang membuat jarak wajah kami sangatlah dekat. Itu sangat cukup membuat diriku terkejut dan bahagia karena aku tak pernah melihat wajah tampan sahabatku, sekaligus orang yang kusuka sedekat itu. 
"Kamu tidak berubah ya, Niel~ah. Walaupun kini kita tak sedekat dahulu, tapi kamu masih saja memberikan perhatian kecil, sama seperti dahulu" batinku.
----------------------

Tik...tik...tik... Bulir-bulir air pun mengenai pipiku, yanh membuatku terlihat seperti menangis. Yang awal nya hanya bulir air kini berubah menjadi tetesan yang lebih besar
"Hujan, berteduh dulu yuk" ajak Daniel.
"Ya sudah, sepertinya disitu ada minimarket" kataku.
"Mana? Sekalian aku mau beli makanan deh, laper. Waffle punya Minhyun Hyung terlalu dikit porsinya" keluh Daniel. Aku yang mendengar dengan sayup-sayup pun tertawa sambil menunjukan arah ke minimarket.

Sesampainya di sebuah minimarket.
"Kamu menangis?" tanya Daniel sambil memarkirkan motornya.
"Menangis? Tidak, ini hanya air hujan, kau kan tahu kalau hujan sangat deras" kataku berusaha tersenyum di depan Daniel. 
"Syukurlah, dia sudah seperti biasa walau sudah tidak seperti dahulu" batinku. Sebenarnya sedari tadi aku ingin menangis namun aku ingin hari terakhir ini, menjadi hari yang penuh kenangan untukku dan Daniel. Daniel pun melepaskan jaket lalu memakaikannya kepadaku, saat melihat pakaianku yang sudah 50% basah.
"Kamu mau beli makanan apa?" tanyaku.
"Ehm.. aku tidak tahu, semua makanan disini terlihat enak, aku jadi bingung mau beli apa" Jawab Daniel. 
Akhirnya setelah berputar-putar mengelilingi isi minimarket, aku memutuskan untuk membeli sebotol air mineral, sedangkan Daniel memutuskan untuk membeli beberapa makanan yang menurutnya cukup untuk mengganjal perutnya. Gummy bear, jelly, potato chip, dan makanan lainnya. Tunggu, gummy bear?
"Niel, kau kan sudah dilarang oleh dokter untuk berhenti makan gummy bear dan sebangsanya. Kenapa kau sangat keras kepala?" tanyaku.
"Tapi aku lapar, setidaknya ini bisa mengganjal perutku" kata Daniel membela diri. Aku hanya menghela napas.
"Kau masih saja sama seperti dahulu, Niel. keras kepala, pecinta semua makanan ringan, makanan manis dan lainnya" batinku.
"Hmm... khaw maw bebbicharra tountang appa?" tanya Daniel dengan mulut yang terisi penuh gummy bear.
"Habiskan dulu semua jelly dan sebangsanya yang ada di mulutmu, baru kau bertanya padaku" kataku menahan tawa. 
"Ah~jeongmal.. sepertinya aku harus membeli air minum dahulu, makanan ini sedikit menyangkut dalam tenggorokanku" kata Daniel menjelaskan.
"Tak usah beli, nih" kataku sambil menyodorkan botol minumku. Akhirnya Daniel menghabiskan seluruh air yang ada di botol minumku.
"Yak! Pabo! kenapa kau habiskan semua?" tanyaku kesal.
"Memang kenapa? Kau kan tidak protes saat air minum ini semakin habis" kata Daniel.
"Aish" kataku
"Tenang saja, bila kau haus tinggal ambil air yang menetes dari dedaunan" canda Daniel.
"Kau menyuruhku untuk minum air hujan?" tanyaku pura-pura kesal.
"Ya" jawab Daniel sambil terkekeh.
"Aku akan merindukan momen seperti ini" batinku.

 "Niel, karna hujannya sudah rada reda, mending pulang yuk" bujukku.
"Kenapa? Buru-buru sekali. Sudah tidak sabar ingin mengatakan sesuatu yang penting itu, hmm?" Tanya Daniel.
"Tidak, Niel~ah, mumpung hujannya reda, nanti hujannya malah besar lagi" kataku.
"Dasar bodoh! Sebenarnya aku sangat ingin berlama-lama disini bersamamu dengan sikapmu yang hangat, selalu excited saat membicarakan makanan, dan lainnya, tapi sepertinya saat ini semuanya percuma" batinku.
"Ah ya sudah, yuk" ajak Daniel sambil memakaikan jaket miliknya kepadaku.
"Kenapa?" tanyaku bingung sambil memandangi jaket yang dia berikan.
"Lihat bajumu. Kan sekarang hujan, kau bisa sakit" kata Daniel.
"Aku sih tidak pakai jaket juga tidak akan sakit, memangnya aku itu dirimu, lemah?" kata Daniel mengejekku.
"Yak! bisa-bisanya kau mengejekku dalam keadaan seperti ini? Lihat saja saat kau turun dari motor, kepalamu tidak akan selamat dari jitakanku" kataku pura-pura sebal. Aku melihat Daniel yang sedang terkekeh lewat spion. Aku yang melihatnya hanya tersenyum.
"Kau masih sama seperti dulu ya, Niel. Walaupun sudah berubah yang membuat hubungan persahabatan kita  berjarak, tapi kau masih menyebalkan namun selalu membuatku tertawa sekaligus membuat jantungku berdegup kencang dengan semua perhatian kecilmu" batinku.
-------

Sesampainya di rumahku.
Aku pun langsung turun dari motor Daniel dan memberikan helm kepada sang pemilik. Daniel pun turun dari motor, dan tanpa aba-aba aku langsung mengatakan sesuatu yang menurutku penting.
"Niel, kamu jangan menemuiku lagi, jangan mengantar jemputku lagi, jangan mencariku lagi saat aku tidak ada, jangan menghubungiku lagi" kataku sambil menundukan kepala tak sanggup melihat Daniel dan menahan tangisku. 
"Setidaknya dengan begini aku merasa sedikit lega, walau aku tak akan pernah bisa lupa dengan cinta pertamaku, Daniel" batinku, yang membuat diriku semakin ingin menangis. Namun hujan semakin deras sejak aku turun dari motor Daniel
"Ta-tapi kenapa?" Tanya Daniel cemas bercampur penasaran. Aku hanya diam.
"Moon (Y/n), kumohon jawab aku" kata Daniel sambil sedikit membungkukkan badannya dan mengamati wajahku, memastikan aku baik-baik saja. Aku pun hanya mengamati Daniel sejenak lalu tersenyum tipis, namun cepat-cepat menunduk karena aku tak bisa melihat Daniel untuk saat ini.
"Moon (Y/n) jawab aku. Aku ada disini, kenapa kau selalu menunduk?" tanya Daniel
"Dasar bodoh! karna aku tak bisa menjelaskannya! Melihatmu saja rasanya sudah sangat sulit, apalagi untuk hari ini aku terlihat seperti biasa saja, sudah sangat sakit bagiku. Walau aku harus menahan air mata yang sedari tadi menginterupsi ingin keluar" batinku.
"Moon (Y/n), jawab aku!" Kata Daniel dengan sedikit meninggikan nada bicaranya.
"Tidak apa-apa, Niel. Katanya kau mau menjadi sahabat terbaikku kan?" tanyaku sambil tersenyum. Daniel hanya mengangguk.
"Maka, ikuti saja apa kataku, hmm... Kumohon. Ya sudah, sana pulang, hujan semakin deras" kataku.
"Tapi aku akan mengikuti apa katamu bila kau menjelaskannya secara menyeluruh dan tidak membuatku bingung" kata Daniel sambil menahan tanganku lalu mengangkat wajahku dengan kedua tangan besarnya yang membuat mata kami saling bertemu. Air mataku pun tak bisa kubendung lagi. Toh hujan yang deras menyamarkan air mataku.
"Hei...kenapa?" tanya Daniel. 
"Cukup Niel! Jangan beri aku perhatian lagi! jangan membuatku berharap padamu! Ini hanya membuatku semakin sakit" ingin rasanya aku mengatakan apa yang ada dipikiranku.
"Hei...Moon (Y/n). Jelaskan padaku, kamu kenapa?" tanya Niel dengan nada cemas. Aku sudah berusaha sekuat tenaga agar air mataku tidak berjatuhan, namun kenyataannya tak bisa. Dan tanpa aba-aba, Daniel menarikku kedalam pelukannya, yang membuat aku tenggelam dalam tubuh besarnya lalu menangis di bahu 60cm-nya. Toh hujan yang deras menyamarkan basahnya baju Daniel karna air mataku.
Dia selalu bertanya dengan suara beratnya tetapi lembut, tidak seperti sebelum dia memelukku.
"Hei... kau kenapa (Y/n)? Ayo ceritakan, ada apa?" bisik Daniel disebelah telingaku, sambil mengusap rambutku lembut. Sesungguhnya aku harus melepaskan diri dari pelukan Daniel, namun apa daya, tenaga Daniel yang besar ditambah badanku yang tak bisa menolak pelukan dari Daniel. Ini adalah pertama kalinya Daniel memelukku, dan ini adalah pelukan terhangat yang pernah aku rasakan selain pelukan orang tuaku. Setelah 10 menit berada di dekapan hangat Daniel, aku pun memutuskan untuk mengatakan sesuatu
"Maaf Dan, tapi ini memang jalan terbaik" kataku sambil meninggalkan Daniel seorang diri dengan jutaan air hujan yang berjatuhan membuat Daniel basah kuyup saat ini.
-------

26 Januari 2017
"Baik anak-anak, saat ini kita kedatangan murid baru dari Inggris, tapi keturunan Korea juga, silahkan perkenalkan dirimu nak" Kata Pak Jisung yang mengagetkan kami sekelas, khususnya aku dan Daniel yang sedang belajar fisika bersama.
"Halo, nama saya Jung Min Hye, ibu saya orang Inggris, tapi ayah saya keturunan Korea, jadi bisa sedikit berbahasa Korea. Mohon bantuannya" Sapa Min Hye dengan ramah lalu membungkukan badan.
"Wah cantik sekali" terdengar beberapa siswa mengatakan hal tersebut, tapi memang dia sangat cantik.
Setelah beberapa hari Minhye sekolah disini, aku menjadi akrab dengannya, bahkan berteman sangat dekat. Bukan hanya aku saja, bahkan Daniel pun terlihat sangat akrab. Bahkan Daniel selalu menjemput Minhye, dan meninggalkanku begitu saja. Padahal aku selalu diantar jemput oleh nya, entah kenapa aku terkadang menginginkan momen-momen seperti itu lagi. Kemana pun Minhye pergi, disitu ada Daniel, begitupun sebaliknya.

16 Februari 2017
09.00 p.m
Aku tidak sabar untuk ulang tahunku yang ke 17, apa yang akan Daniel beri untukku. Memikirkannya saja sudah membuatku bahagia.
"Bagaimana kalau dia memberiku jam tangan lagi?"
"Bagaimana kalau dia memberiku sweater lagi?" 
"Bagaimana kalau dia memberiku Coat lagi?"
"Atau, makan malam romantis?" Begitu banyak yang terlintas dipikiranku.
"Lebih baik aku tidur saat ini untuk menyambut hari yang kunanti esok hari" pikirku.

17 Februari 2017
Dengan semangat aku berjalan menuju kelas. Tapi jalanku terhenti karena terdengar sebuah suara yang familiar bagiku, saat aku ada beberapa meter di samping kelas.
"Aku sepertinya suka sama Minhye deh"  Suara itu terdengar sangat jelas dan aku sangat mengenalnya karena saat ini masih pukul 6.15, dimana kelas masih sangat kosong.
"Ini kan suara Daniel" batinku.
"Ya sudah, biarkan dia jadi milikmu, kalian terlihat cocok" terdengar sang lawan bicara.
"Ini Daniel dan Dongho kan?" batinku.
Dan benar saja saat aku mengintip, mereka adalah Daniel dan Dongho, dan tadi yang berkata bahwa ia suka Minhye adalah Daniel. Aku yang terkejut mendengar itu segera lari ke kamar mandi. Kini aku ada dikamar mandi, aku hanya berdiam diri, dan bingung dengan perasaanku yang bercampur aduk. Perasaan senang dibenakku karena ini adalah hari ulangtahun ku kini lenyap, pikiran tentang orang yang akan memberiku ucapan selamat ulang tahun pertama kali adalah Daniel seperti tahun lalu pun hilang. Yang kini kurasakan adalah kesedihan, kekecewaan, atas pernyataan Daniel. Tak terasa air mataku sudah jatuh begitu saja.

07.00 a.m
Bel pun berbunyi, aku pun keluar kamar mandi dengan air mata yang sudah terhapus, dengan senyum kebohongan yang sudah kutampilkan di wajahku.
"(Y/n), Tumben baru datang?" tanya Daniel heran
"Ah~ ne... soalnya tadi aku menolong orang yang kecelakan" kataku bohong dengan senyum yang masih tercetak jelas diwajahku, walau aslinya aku masih terkejut, kecewa, dan menahan agar air mataku tidak jatuh. 
"Ayo lah air mata, jangan jatuh untuk kali ini saja, untuk hari ini saja" batinku.

12.30 p.m
Tet... Tet... Tet... terdengar suara bel yang menandakan para siswa sudah diperbolehkan pulang. Syukurlah aku bisa menahan tangisku hari ini, walau pernyataan Daniel masih terngiang dikepalaku dan kedekatan mereka yang membuatku iri. Bahkan Daniel tidak ingat bahwa ini adalah hari ulangtahunku.
"(Y/n)" aku pun menoleh karena merasa terpanggil.
"Kenapa harus Daniel" batinku. Aku merasa lelah hari ini.
"Ya, kenapa?" tanyaku dengan pura pura tersenyum walau aslinya aku terkejut saat melihat Daniel sudah berboncengan dengan Min Hye.
"Kamu pulang sendiri ya. Kan beberapa hari ini juga kau pulang sendiri, tidak apakah?" tanya Daniel.
"Ah~ne.. gwenchana" kataku.
"Kenapa hari ini berat sekali, Ya Tuhan?" gerutuku sambil menghela napas.
"Aku tahu, aku terlalu berharap dan bermimpi terlalu tinggi, hingga akhirnya aku jatuh dalam lubang kekecewaan yang kugali sendiri, yang tanpa sadar sudah sangat dalam. Padahal Daniel hanya menganggapku sahabat, itu pun tidak lebih" gumamku.
"Baiklah aku harus merelakan Daniel dan Minhye, agar aku sendiri tak semakin sakit saat mereka bersama" semua pikiranku tentang Daniel membuat dadaku sesak, membuat air mataku mulai berjatuhan. Aku pun memutuskan untuk menyusuri jalan menuju toko eskrim Minhyun oppa 
----------

Optimus Hwang's Cafe
Aku pun mencari Minhyun oppa dengan derai air mata yang semakin banyak.
"Hai, selamat si-... Hei kau kenapa (Y/n)?" Tanya Minhyun oppa yang cemas  melihatku sedang menangis. Aku pun menceritakan semua kepada kak Minhyun. Ka Minhyun mendengarkan segala ceritaku dengan seksama, menganggukan kepala tanda mengerti lalu tersenyum, bahkan tak jarang menghiburku.
"Nah, harusnya kamu tersenyum seperti itu, kau nampak terlihat sangat cantik" kata Minhyun. Aku pun tersenyum kembali, walau beberapa air mata masih berjatuhan.
"Daniel hanya tidak tahu perasaanmu saja. Lagipula masih banyak lelaki di dunia ini yang lebih baik, yang lebih menghargai perasaanmu ketimbang Daniel" Kata Minhyun. Aku pun mengangguk.
"Dan cepat atau lambat kau harus membiarkan Daniel pergi , kalau tidak kau akan selalu sakit" tambah Minhyun.
"Sudah tidak apa-apa, akan kubuatkan sesuatu, untuk menghapus air matamu" kata Minhyun sambil mengedipkan sebelah mata.
.
.
End

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet