My Rival Playboy

Description

Dia adalah lelaki turunan Azazel yang menyamar sebagai makhluk tampan yang menjerat banyak wanita. 

Foreword

Chapter 1

 

 

SIRA POV

 

“Hoammm..... ” aku menutupi lubang mulutku yang terbuka lebar. Ugh, aku masih sangat malas membuka mata. 

 

Samar-samar aku merasa ada cahaya matahari yang menembus kelopak mataku membuatku berusaha menjauhinya. Itu pasti ibu yang membuka gorden. 

 

“Ibu... Jangan buka gordennya. Beri aku waktu 2 menit saja,” bujukku. Tapi aku tidak mendapat balasan dari ibu. 

 

Dan entah dari mana, aku justru berfikir bahwa hari ini adalah hari Minggu. Ah iya, benar. Ini hari Minggu. Bukannya semalam adalah pesta ulang tahun Jiae?

 

Akhirnya aku memutuskan kembali tidur bersamaan dengan ibu menutup gorden. 

 

Sambil mata yang tertutup rapat, aku mengingat-ingat kejadian semalam. 

 

Karaoke, potong kue, dansa, cocktail, wine, alkohol. Eh, tunggu sebentar. 

 

Semalam aku ingat jika aku mabuk berat karena meminum alkohol dengan kadar setinggi 60%. Aku ingat aku menyanyi tidak jelas dengan suaraku yang bagus (?) berjoget di atas panggung, muntah tepat mengenai baju Jimin. 

 

WHAT? 

 

Semalam aku benar-benar liar. Ini sangat memalukan. Bagaimana besok jikaaku bertemu dengan mereka—teman-temanku—?

 

Aku segera membuka mataku lebar-lebar agar cepat terhenti dari putaran memori acara semalam. 

 

Sebentar.

 

Ini kamar siapa? 

 

Ranjang gambar 'Batman', dinding abu-abu putih, aroma parfum. Ini sangat asing. 

 

Aku dimana? 

 

Aku bingung setengah mati saat menyatakan fakta dan berfikir bahwa aku telah diculik. 

 

Aku berusaha mencari ponselku, tapi saat aku tidak sengaja menyingkirkan selimut yang menutupi seluruh tubuhku aku terkejut untuk yang kedua kalinya. 

 

Dimana pakaianku? 

 

Dimana bajuku? Celanaku? Barang-barangku? Ini gila! Aku hampir telanjang di sini. Aku hanya memakai satu set bikini bodoh ini. 

 

What the ! Apa aku semalam diperkosa? Tapi kenapa aku tidak merasa sakit sama sekali? 

 

Bodoh, apa yang kau pikirkan Sira?

 

Cklak

 

Jelas aku mendengar suara ayunan gagang pintu itu. Saat pintu itu terbuka... 

 

“Kau sudah bangun rupanya?”

 

WHAT THE ? JIMIN? 

 

•••

3RD PERSON POV

 

Sira membelalakkan matanya selebar mungkin. Bukan hanya terkejut, bahkan dia hampir mati karena serangan jantung akibat kemunculan makhluk itu dari ambang pintu secara tiba-tiba. Tanpa mengetuk pintu. 

 

Tapi bukannya itu haknya? Itu kamar Jimin. Ia memiliki kekuasaan penuh untuk kamarnya yang saat ini sedang dihuni gadis bar-bar yang sangat liar ini. 

 

Jimin tersenyum tipis. Dengan baju tidurnya yang belum ia ganti semalam, ia jadi ingat akan kelakuan gadis itu yang telah membuatnya darah tinggi dan menghibur sekaligus. 

 

“Stop stop. Jangan mendekat!” 

 

Sira memekik bersamaan saat Jimin akan melangkah dan merangsek maju ke dalam kamarnya. 

 

Mudah dibaca, Sira saat ini benar-benar panik dan ketakutan. Ingat, gadis itu telanjang. 

 

Lagi-lagi Jimin menyeringai. 

 

“Maaf, tapi ini kamarku, Nona Kang Sira.” 

 

Jimin tetap masuk ke dalam tanpa peduli jika Sira tidak bisa menutup mulutnya yang ternganga lebar. 

 

“Apa yang terjadi semalam?” Tanya Sira tiba-tiba hingga membuat Jimin menghentikan langkahnya secara mendadak. 

 

Mengingat raut ketakutannya itu, ada ide fantastis yang terbesit di celah otaknya. Haha, ia tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan emas ini. 

 

Sebelum menjawabnya, Jimin melirik Sira dan menarik ujung bibir kirinya. 

 

“Kau ingat ya?” Jimin menjeda, “Wah...,aku tidak menyangka kau seliar itu. Ck... Ck... Ck... ” Jimin menggeleng-gelengkan kepalanya sembari mengusap bibir bawahnya. 

 

Jimin kembali melangkah mendekat ke ranjang dimana Sira berusaha mengeratkan selimutnya. 

 

“Semalam kau sangat luar biasa.” Sekali lagi Jimin memuji lalu mengacungkan jempolnya. “Aku sangat puas.”

 

'Jadi semalam apa aku dan dia benar-benar melakukannya?' , batin Sira. 

 

Sira mengacak-acak kasar rambutnya yang terurai. Ia sadar, dirinya mungkin sudah gila karena berhubungan seks bersama playboy kelas kakap seperti Jimin. 

 

Ia tidak berani melakukan apa pun selain menunduk karena malu. Padahal selama ini ia berusaha mati-matian menjaga jarak dari lelaki ini. Tidak hanya itu, Sira juga punya ambisi untuk mengalahkan Jimin dalam segala hal. 

 

Termasuk dalam urusan akademik di sekolahnya. 

 

Hampir di setiap ujian dan perlombaan Jimin adalah pemenang absolut. Dia selalu mendapat peringakat satu meskipun ia tidak belajar sama sekali. Dan itu membuat Sira merasa bebal karenanya. 

 

Tidak hanya itu, Jimin adalah seorang playboy. P.L.A.Y.B.O.Y. Keadaan itu semakin membuat kebencian Sira terhadapnya bertambah berkali-kali lipat. Bagaimana tidak? Jimin adalah lelaki yang paling sering menyakiti perasaan wanita dengan mulut frontalnya. Itu menurut Sira. 

 

Ia dengar dari anak BTS bahwa Jimin memiliki hubungan paling lama selama 3 minggu dan paling cepat selama sehari. Tergantung mood katanya. 

 

Sira sangat tidak suka dengan manusia tipe seperti itu. Hanya akan memenuhi ruang sudut bumi saja. 

 

“Sebaiknya cepat pakai bajumu dan turun ke bawah. Pelayanku sudah menyiapkannya di kamar mandi.” Jimin bangkit, “kutunggu diruang makan.”

 

JIMIN POV

 

Bolehkah aku tertawa sekarang? 

 

Kenapa sangat mudah menipunya begitu saja? Itu sangat menghiburku. 

 

Well, semalam aku tidak memperkosanya. Tenang saja. Ia telanjang karena semalam ia sendiri yang ingin membuka bajunya. 

 

Bagaimana bisa ia merengek padaku dan memintaku untuk membuka bajunya? Untung aku masih sadar, jika tidak mungkin dia tidak bisa berjalan di pagi yang cerah ini. 

 

Aku menyuruh pelayanku untuk membukakan bajunya. 

 

Huh, karena gadis itu aku tidur di sofa  semalaman. 

 

Ini semua gara-gara mereka. Di saat semua berencana pulang, mereka malah memasrahkan gadis itu padaku. Tepatnya mereka meninggalkanku bersama Sira yang sedang mabuk berat dan tidak bisa apa-apa selain bergumam tidak jelas dan bertingkah aneh. 

 

Ingat, aku terpaksa membawanya pulang bersamaku dan aku tidak mau jika gadis ini akan hilang dan mereka menyalahkanku. 

 

Tidak menunggu lama, Sira sudah datang dengan baju yang kumiliki seadanya. Itu baju lamaku. 

 

“Bajuku dimana?” 

 

“Bajumu kotor karena kau muntah semalam, mungkin pelayanku mencucinya.” 

 

Aku melihatnya sedikit kesal padaku. Aku tidak tahu kenapa, jika memang itu karena kebohonganku aku akan sangat senang. 

 

“Duduklah, kau harus mengisi perutmu yang keroncongan,” aku mengarahkan tanganku agar dia duduk dan memakan sarapan yang telah disiapkan. 

 

“Aku tidak lapar,” tandasnya secepat kilat. Lalu ia memalingkan pandangannya dariku.

 

Hah, aku tau jika dia sedang lapar. Aku tidak bisa dibohongi. 

 

“Benarkah? Padahal semalam kau mengeluarkan semua yang ada di perutmu.” Aku menambil satu buah apel lalu menggigitnya di salah satu sisi. 

 

“Setelah ini antarkan aku pulang.” []

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet