Timing Matters

Two-Shots

Baek Sumin telah melupakan masa lalunya segera setelah ia pergi dari kota dimana ia tinggal menuju kota dimana ia akan menempuh pendidikannya.

Perguruan tinggi. Itulah awal mula dimana keberaniannya dimulai-ia berbicara dengan teman di lingkarannya, menghadiri hampir setiap acara dimana ia diundang di dalamnya, mulai berani mengangkat kepalanya dan bahkan memulai presentasi mingguan dimana ia harus presentasi sendiri di depan teman-teman sekelasnya dalam ruang besar yang bergema. Itu pertama kalinya ia membuka lembaran baru dalam kehidupannya.

Baek Sumin baru saja keluar dari kelasnya meskipun kelas itu telah berakhir beberapa menit yang lalu. Ia menjadi satu-satunya yang mengemasi peralatan listrik yang ada di ruangan, menjadi satu-satunya mahasiswa yang sempurna-sejujurnya hal itu susah untuk menjaga perilaku baik tersebut dengan semua tugas yang mencoba melemahkan dirinya. Waktu luang yang ia punya ia manfaatkan dengan baik. Itulah mengapa pekerjaan yang ia lakukan selalu mengalami progres. Tentu saja, dengan berbagai pengalih perhatian yang menarik. 

Baek Sumin dikenal sebagai salah satu mahasiswa yang aktif di kampusnya, bahkan terpilih sebagai presiden mahasiswa yang sempurna-hanya untuk menolak tawaran tersebut agar ia dapat lebih fokus mengerjakan pekerjaannya yang belum selesai. Ia tiba-tiba saja menerima panggilan dari koordinator kelasnya. Muncul berita sejak seminggu yang lalu, bahwa ada mahasiswa baru yang akan bergabung dalam kelasnya. Wajah baru untuk diingat, pikirnya.

Ia pergi ke ruang belajar utama, hanya untuk dikejutkan secara luar biasa oleh mahasiswa tersebut. Teman lamanya. Pujaan hatinya yang dulu. Cinta pertamanya. Oh Sehun. Adegan tentang patah hatinya yang pertama mendadak muncul kembali sampai ia akhirnya menyadari bahwa ia menatap pada ruang kosong. Ia mengedipkan mata berkali-kali dan menghindari kontak mata dengan lelaki itu seraya berjalan menuju dosennya.

Oh Sehun tersenyum. Seolah ia mengharapkan untuk bertemu gadis itu. Seolah ia memang mengikuti gadis itu kemari. Bahkan di transfer ke kampus ini untuk bertemu dengan gadis itu. Sehun melambai dengan riang pada gadis itu untuk menyapa. Koordinator kelas membuat rapat tersebut secara singkat-Sumin bertugas untuk membantu Sehun dalam proses adaptasi dengan lingkungan dan jadwal kelas mereka. Jadwal mereka berdua saling berbenturan satu sama lain. Tidak ada durasi istirahat yang berbeda satu sama lain. Aneh. Sejujurnya menarik tapi tetap saja aneh. Bersamaan koordinator kelas meninggalkan mereka, Sumin memberanikan diri untuk mendiskusikan jam kelas mereka bersama Sehun. 

Beberapa minggu setelah resmi sebagai hari pertama masuk lelaki itu di kampus, Sehun memaksa untuk terus bersama Sumin sampai ia akhirnya mampu beradaptasi dengan kota barunya, bahkan mengajak Sumin pergi 'belajar berdua' karena ia mengaku ia lemah dalam mata kuliah tertentu. Beberapa menit perdebatan ringan sebelum Sumin akhirnya menyerah dan membiarkan Sehun untuk mengatur rencana tersebut. Seolah tidak pernah melewatkan hari untuk tidak berbincang satu sama lain. Seolah mereka telah paham tentang kehidupan satu sama lain, minus dengan sedikit momen canggung yang terjadi di antara mereka.

Mereka mengadakan 'belajar berdua' mingguan di suatu ruang tertentu ataupun kantin. Dalam beberapa kesempatan, mereka memutuskan untuk pergi ke kafe dekat kampus mereka untuk menanti kelas selanjutnya. Tapi paling sering mereka melakukannya di ruang tertentu. Makanan selalu berhasil menggoda mereka untuk menunda acara belajar.

Bulan berganti bulan dan mereka jauh semakin dekat ketimbang sebelumnya. Sehun dan Sumin selalu nampak terlihat jalan bersama seolah mereka memang sedang berkencan satu sama lain. Bahkan sempat menerima godaan dari beberapa teman dekat mereka. Tim sepak bola Sehun yang baru juga terlihat menyetujui hubungan mereka. Namun setelah minggu yang penuh dengan godaan, mereka bersikap, mengabaikan semua godaan yang ada dan meninggalkan hal itu di belakang mereka-kembali saling membicarakan kehidupan mereka, membandingkan kehidupan mereka satu sama lain.

Sampai suatu hari, Sehun mengumpulkan seluruh keberaniannya yang sudah ia simpan selama beberapa bulan ini. Ia memperhitungkan berapa kali Sumin telah tersenyum padanya. Berpikir bahwa mungkin Sumin sempat menyukainya dulu. Ia memikirkan tentang tawa gadis itu. Ia menjadi seseorang yang penuh perhitungan sekarang. Akhir-akhir ini ia memikirkan hal itu jauh lebih sering ketika ia pernah memikirkannya dulu. Ia mulai memikirkan gadis itu. Ia menyadari bahwa ia menyukai gadis itu. Pemberi nasihat terbaiknya. Temannya. Cintanya yang baru. Baek Sumin. Siapa yang mampu menduganya. Bahkan Sehun pun tidak. 

Jumat. Jumat cerah. Ketika Sehun akhirnya memutuskan untuk mengakui perasaannya. Tidak ada persiapan. Tidak ada naskah. Tidak ada kelas yang menginterupsi waktu isirahat mereka. Sempurna, Sehun tersenyum pada ruang hampa. 

Sehun mengenakan pakaian keberuntungannya. Kekanak-kanakan memang, tapi layak untuk dicoba. Ia menunggu Sumin keluar dari gedung apartemennya dan berjalan menuju kampus bersama. Gentleman. Ia tersenyum sepanjang pagi dan menyadari bahwa Sumin menatapnya dengan pandangan mengerikan. Optimis adalah hal yang normal baginya, tapi tersenyum sejak pagi-pagi awal, agak aneh sejujurnya. Ia tidak dapat berhenti berpikir cara untuk mengakui perasaannya dengan pantas. Seharusnya ia memang mempersiapkan hal itu lebih dulu, ia menggerutu pada dirinya sendiri lewat pikirannya. Pikirannya berkelana jauh selama kelas berlangsung. Pada jam mata kuliah yang menjadi kelemahannya. Bagus.

Segera setelah kelas selesai, sebuah ide muncul dalam otakknya. Ada taman bermain yang terletak di antara gedung apartemen Sehun dan Sumin. Taman bermain yang mana jarang dikunjungi anak-anak kecil. Mungkin karena tidak terlalu banyak anak kecil yang ada di lingkungan mereka sehingga taman bermainpun tidak terlalu ramai. Itu mungkin bisa jadi tempat yang Sumin pikirkan dimana Sehun akan melakukannya dan bahkan telah mempersiapkan mentalnya untuk hal itu selagi memikirkan adegan yang akan ia jalani.

Mereka berdiri di sana. Di taman bermain yang lengang. Saling menghadap satu sama lain. Bunyi besi berkarat dari ayunan dapat didengar oleh mereka. Cuaca yang sedikit ber-angin. Sumin menatap Sehun. Pikirannya kosong. Mungkin lelah memikirkan tugasnya. Sehun mulai menjernihkan tenggorokannya. Dan dia berkata,

"2 tahun yang lalu, saat tengah malam, kau memintaku untuk datang ke taman bermain yang ada di lingkungan kita. Kau mengakui perasaanmu padaku. Tanpa membuatku sadar apa yang sudah kau rasakan padaku selama beberapa tahun ini. Kau membuatku mengatakan kata yang membuatmu patah hati. Keesokan harinya, ketika aku mencarimu, aku mengetahui bahwa kau sudah pergi pagi-pagi sekali. Kau tidak memberiku waktu untuk berpikir. Kau hanya meninggalkanku. Jadi sekarang, aku membawamu kemari di taman bermain yang lengang. Sekarang gantianku yang ingin mengakui perasaan. Aku menyukaimu. Dan aku harap aku tidak terlalu terlambat untuk mendapat cintamu kembali. Aku akan memberimu waktu untuk memikirkan hal ini. Aku akan memberimu waktu untuk membalasnya. Jadi tolong, pertimbangkan lagi hal ini."

Ada kebisuan yang terjadi diantara mereka. Perasaan tegang. Mata Sehun fokus pada Sumin sedangkan mata gadis itu berkelana menatap pada tanah di bawahnya. Gadis itu sedang berpikir. Ia mencoba mencerna semua perkataan yang meledak tanpa bisa ia duga sebelumnya. Ia melangkah perlahan ke arah Sehun sedangkan lelaki itu membeku di tempatnya, tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Kemudian gadis itu tersenyum. Kedua matanya membentuk bilah sabit. Kemudian tatapannya melembut.

"Aku tidak pernah berhenti menyukaimu seakan aku tidak pernah berpikir untuk melakukannya." Bibir gadis itu bertemu dengan pipi milik Sehun. Membuat Sehun akhirnya tersenyum.

Pada akhirnya, semua hanyalah masalah waktu. Mungkin pengakuan pertama mereka terjadi di waktu yang tidak tepat. Pengakuan itu benar-benar membutuhkan waktu yang tepat. Situasi mereka, lingkungan di sekitar mereka, kehidupan mereka. Mungkin yang mereka butuhkan untuk bisa bersama pada akhirnya adalah waktu yang tepat.


Tamat

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
shipwreckedeva
It's link for the sequel timing matters https://www.asianfanfics.com/story/view/1209769/timing-matters-ohsehun have a nice read!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet