Camaraderie

Description

How hard your life is, the high school moments make everything worthwhile.

Hymne sekolah pun dinyanyikan, semua siswa bernyanyi dengan penuh hikmat. Tiga tahun rasanya seperti cukup lama. Bagaimanapun, semua menghabiskan sebagian besar waktu mereka di sekolah. Tumbuh dewasa bersama teman-teman. Mengecap manis dan pahitnya masa-masa remaja dibalik pintu kelas, diantara tumpukan buku-buku.

And some love stories in it...

"Terkadang aku berpikir kamu mempunyai perasaan yang sama denganku, tapi terkadang juga aku merasa kamu selalu memaksaku untuk tidak berpikir demikian. Kalau kamu ingin tahu bagaimana rasanya, sangat sakit, Jongin-ah. Tapi disisi lain aku menikmati moment-moment bersamamu walau kamu tidak mempunyai perasaan yang sama denganku."

Foreword

08.00

Do Kyungsoo mengerling kearah jam arloji yang melingkar di pergelangan tangan kanannya. Seperti biasa dia terlalu antusias.. Um, tidak, dia memang orang yang suka datang lebih awal. Jam 8 pagi masih terlalu pagi untuk masuk aula serbaguna, meskipun sudah beberapa orang memenuhi ruangan besar tersebut. Jadi memang lebih baik dia bernostalgia sebentar di Gedung tempat ia menimba ilmu selama 3 tahun belakangan ini.

Menaiki anak tangga dengan perlahan, akhirnya dia berdiri di koridor tempat biasanya dia dan teman-temannya berbagi cerita. Sangat penuh dengan kenangan! Koridor yang tidak sebegitu luas dapat menampung banyak orang yang berlalu -lalang dengan tingkah yang tak dapat dikatakan tenang.

Lalu papan pengumuman yang sangat, sangat berjasa untuk Kyungsoo. Selalu ada berita beasiswa setiap harinya, bahkan lowongan kerja! Berita siswa-siswa berprestasi pun kadang tertempel disana. Kyungsoo tersenyum mengingat seseorang yang wajahnya selalu muncul setiap hari disana.

Selesai melihat-lihat papan pengumuman yang sekarang hampir kosong tak tertempel apapun, Kyungsoo mengedarkan pandangannya kearah tiga ruangan disamping koridor, salah satu ruangan yang sudah banyak memberikan cerita dikehidupan SMA-nya.

Do Kyungsoo memandang kelasnya dengan mata berbinar. Jam-jam ini biasanya tempat itu sudah riuh terisi oleh 25 anak yang super hiperaktif, terkadang sampai membuat guru-guru kewalahan. Ia akan mengingat betul masa-masa itu, ketika sebelum bel berbunyi, beberapa anak mengerjakan Pekerjaan Rumah mereka yang belum terselesaikan, terutama Baekhyun dan Chanyeol, dua anak itu memang tak pernah bisa untuk tidak mengandalkan hasil pekerjaan rumah orang lain. Jongdae yang di banyak kesempatan mengajak teman-teman bernyanyi di kelas dengan suaranya yang keras. Sehun—sahabatnya sejak SD—yang selalu datang terlambat dan selalu mendengarkan musik lewat headset-nya saat pelajaran berlangsung. Tak lupa juga kakak-kakak kelasnya yang sudah tahun kemarin lulus, Minseok-hyung  dan Junmyeon-hyung, Mantan Ketua dan wakil OSIS, mereka adalah dua orang yang super sibuk. Tidak lupa juga siswa pertukaran pelajar dari China, Xi Luhan dan Yixing-hyung yang super duper pintar dengan talenta yang luar biasa.

Juga... Kim Jongin, yang duduk disebelahnya.

Kyungsoo tersenyum. Jangan tanya mengapa karena cukup banyak alasannya. Dan masih dua minggu dia tidak berada dikelas itu saja rasanya sudah sangat rindu. Dia tak bisa membayangkan apa yang terjadi saat pesta kelulusan selesai dan semua orang punya kegiatan masing-masing setelah ini. Tidak ada lagi makan siang bersama di kantin, mengobrol dikelas, atau bersembunyi di ruang OSIS walau dia bukan anggota OSIS.

Yang pasti Kyungsoo akan mengingat dengan detail kelas ini, karena nantinya dia tak akan sering mengunjungi tempat itu lagi, mungkin akan sibuk menghadapi kerasnya dunia sebagai orang yang sudah dewasa. Tapi satu hal, kenangan-kenangan yang telah terjadi di sekolah ini, susahnya soal-soal ujian, rasa malas untuk belajar, semangat saat berkumpul dengan sahabat-sahabatnya, perasaan cinta yang bersemi, semua akan ia simpan selamanya.

 

-----------

 

“KYUNGSOO!!”

Kyungsoo menoleh kearah sumber suara, walaupun ia sudah tahu siapa pemilik suara itu, ia tersenyum memandang sahabatnya yang jarang-jarang sekali berpakaian rapi dengan tuxedo hitam lengkap dengan dasi dan sepatu mengkilat, “Baek, you look nice today.” Pujinya.

Mendengar itu, Baekhyun mengerucutkan bibirnya, “Hanya today? Biasanya nggak nice, dong?”

Kyungsoo tertawa, “Nice, sih.. Tapi hari ini istimewa,” jawabnya sembari mengacungkan kedua jempolnya.

Baekhyun mengangguk puas, “Iya dong, kan hari ini memang spesial..” sahutnya, lalu kemudian memandangi sekitar Kyungsoo, “Kau datang sama siapa?”

Kyungsoo menghela napas berat, “Sendiri.. Rencananya aku meminta pamanku untuk menemaniku tapi beliau tidak bisa datang karena urusan pekerjaan.” Jawabnya sedih.

Pamannya adalah satu-satunya orang yang bisa menjadi walinya, karena Kyungsoo sudah yatim piatu, hanya bisa bergantung kepada pamannya sampai ia bisa lebih mandiri nanti. Beliau yang mengambil raport Kyungsoo atau menandatangani hasil ujiannya, bahkan beliau adalah orang yang membesarkan Kyungsoo hingga sekarang. Kyungsoo tidak tahu lagi apa yang harus ia lakukan selain berterimakasih dengan sangat kepada pamannya walaupun kadang-kadang mereka berdua bukanlah dua orang yang rukun. Tapi ada saat-saat seperti ini yang membuat hatinya sedih karena bagaimanapun pamannya mempunyai prioritas yang lebih penting ketimbang dirinya dan disaat seperti ini memang dia harus mengalah.

Seolah mengerti apa yang diresahkan sahabatnya, Baekyun merangkul pundak Kyungsoo, setengah memeluknya, “Hey, it’s okay, kau tidak datang sendiri, okay? Mama Papaku itu orangtuamu juga, jadi anggap saja kau datang dengan orangtuaku, hm?”

“Kau benar, thanks, Baek,” Kyungsoo merasa lebih baik mendengarnya, “Oh ya, mana yang lain?”

“Mereka sudah berkumpul disitu! Itu.. disitu..” Baek menunjuk kearah tepat depan podium, sepertinya memang semua sudah duduk ditempatnya masing masing, “Kami menunggumu, tahu!”

Kyungsoo dapat melihat satu tempat duduk yang kosong disederet bangku-bangku itu, dan yakin itu tempat duduknya, ”Ayo kita kesana.”

Kyungsoo menggandeng Baekhyun melewati bangku-bangku khusus wali murid. Dapat ia dengar obrolan-obrolan orangtua tentang bangganya mereka. Kyungsoo turut bahagia mendengarnya. Ia menyadari untuk sebagian orang tua, tidak sulit untuk membuat mereka bangga, cukup melihat anaknya bahagia dan sehat pun semuanya terasa membanggakan bagi mereka. Kyungsoo tak menyesali keadaan sedikit pun, ia yakin kalau ayah ibunya pasti juga bangga padanya di surga, melihatnya tumbuh sehat dan berdiri di pesta kelulusan dengan pakaian terbaiknya.

“HEY! KALIAN BERDUA! CEPAT KEMARI!”

“KYUNGSOO CEPAT! NANTI ADA YANG MENDUDUKI BANGKUMU!”

Kyungsoo tertawa mendengar teriakan-teriakan itu. Dua laki-laki bodoh yang tidak tahu malu itu kini melambaikan tangannya kearah Kyungsoo dan Baekhyun.

“APA KAU TIDAK BISA KALAU TIDAK BERTERIAK, CHANYEOL?! KAU JUGA JONGDAE! MULUT KALIAN MEMANG MINTA DIPLESTER!” Balas Baekhyun tanpa sadar juga berteriak membuatnya menjadi perhatian sebagian orang disana.

Kyungsoo hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah ketiga berisik-squad yang sepertinya tidak akan pernah berubah. Dan suasana hati Kyungsoo sangat baik saat dia sudah bersama ke-delapan sahabat-sahabat terbaiknya. Mereka semua terlihat berbeda, sangat tampan dengan tuxedo mereka, toga dipangkuan mereka dan senyum sumringah pun terpasang di bibir mereka, tampak bahagia.

Kyungsoo memperhatikan wajah mereka satu persatu saat jemarinya tiba-tiba digenggam lembut oleh seseorang.

“Kenapa berdiri terus? Ayo duduk.”

Kyungsoo baru sadar bahwa ia melewatkan sosok ini—Kim Jongin. Dan Damn, dia sangat dan sangat tampan dengan baju toga yang sudah dipakainya. Rambut eboni yang biasa terjuntai dengan poni samping kini disisir kebelakang dengan gel rambut. Kyungsoo tak bisa mendeskripsikan bahwa dia sangat luar biasa tampan seperti ini. Hell, Jongin yang belum mandi pun sudah tampan.

“Kau tidak duduk?” Jongin terkekeh, menyadarkan Kyungsoo yang tertegun oleh pesonanya, tatapannya sangat lembut hingga membuatnya nyaris lemas jika tidak cepat-cepat memulihkan kesadarannya.

 Kyungsoo mengalihkan pandangannya, kemanapun kecuali kearah Jongin, “Ya...” jawabnya singkat,

“Tanganmu berkeringat,” ucap Jongin lagi, membuat Kyungsoo tersadar telapak tangannya memang berkeringat walau ruangan sudah dingin.

“Itu karena kau menggenggamnya..” sahut Kyungsoo malu-malu.

Dan setelah itu tangan Kyungsoo kembali merasakan udara AC yang dingin saat Kim Jongin melepaskan tangannya dari genggamannya. Kyungsoo meletakkan tas ransel berisi pakaian toganya dan duduk dengan perlahan di bangkunya, disebelah kiri Jongin. Dia masih memperhatikan Kyungsoo dan Kyungsoo berusaha tetap diam untuk menghindari salah tingkah.

Lewat ujung matanya ia dapat melihat Jongin tersenyum lagi, “Acara akan dimulai, cepat pakai togamu..”

Kyungsoo mengangguk lalu memakai pakaian toganya tanpa suara. Disampingnya, Jongin masih tetap memperhatikannya, seolah-olah takut Kyungsoo tak bisa melakukannya dan siap untuk membantunya. Tiga tahun duduk disamping orang itu tidak membuat Kyungsoo terbiasa dengan tatapannya. Justru sebaliknya, setiap hari perasaan malu itu semakin bertambah saja. Bukan tidak nyaman, tapi dia hanya takut melakukan hal bodoh karena terkadang Kyungsoo bukanlah orang yang dapat menahan perasaannya.

Selesai memakai baju toganya, Kyungsoo beringsut memakai topi toganya, namun sepertinya toga yang ia pilih agak kekecilan dikepalanya.

Jongin yang melihat Kyungsoo berusaha membenarkan topinya, mengulurkan tangannya—membantu, “Kemari..” pintanya, dan Kyungsoo mendekatkan diri. Jongin melepas topinya dan mengusap poni Kyungsoo kebelakang dengan lembut, “Bagaimana bisa tidak kau coba dulu topinya, sampai kekecilan seperti ini?”

Kyungsoo yakin wajahnya semerah tomat sekarang, “Kemarin, cukup kok, dikepalaku..”

Jongin tidak menyahuti lagi dan kali ini memasang topi Kyungsoo setelah membenahi rambutnya. Voila, akhirnya topi toga terpasang dikepala Kyungsoo.

Done, Kyungsoo..” bisiknya, nyaris tak terdengar Kyungsoo jika dia tidak membacanya dari bibir Jongin.

Keduanya sangat dekat, mungkin hanya 7 sentimeter jarak diantara mereka. Dan walaupun topi sudah terpasang dikepala Kyungsoo dengan tali menjuntai disebelah kiri wajahnya, juga Jongin yang telah mengatakan Done, tidak membuat mereka ingin melebarkan jarak mereka, tidak membuat mereka ingin berhenti bertatap mata.

“Kyungsoo..” bisik Jongin lagi, sangat pelan, namun Kyungsoo selalu tahu karena itu nama miliknya, selalu tahu karena ia dapat membaca bibirnya.

“Hm?” gumam Kyungsoo, suaranya tiba-tiba parau.

Jongin mengangkat jemarinya untuk menyentuh pipi Kyungsoo, tatapan mata tidak beranjak pindah, “Aku sayang—”

 

“EHEM!”

Suara deham itu mengejutkan mereka, serentak mereka menjauhkan diri dari masing-masing, sadar bahwa mereka masih dikerumunan orang.

Kyungsoo mengangkat kepalanya dan melihat teman-temannya tersenyum penuh arti kearahnya dan Jongin. Kyungsoo merona, malu saat dia tertangkap terbawa suasana. Tapi sepertinya tidak untuk Jongin, dia terlihat seperti.. Kesal?

“Kita sebenarnya tidak ingin menghentikan kalian, sih, since itu adegan yang sangaaaaat romantis, tapi apa kalian tidak kasihan melihat teman-teman kalian yang single ini?” Baekhyun merengek.

Chanyeol tersentak lalu menggelengkan kepala kearah Baekhyun, “Baek? Lalu kau anggap aku ini apa??”

“Aku tidak membicarakan tentang kita, Yeol.. Aku bicara tentang Sehun!”

Sehun yang mendengarkan itu melepas earphone-nya, “Kenapa jadi bawa-bawa aku, sih?”

Baekhyun menepuk tangannya gembira, seperti baru kali itu saja direspons oleh Sehun, “Karena kau kesepian, bodoh! Jelas kau akan nangis kalau melihat adegan-adegan romantis!” ucapnya lantang, lagi-lagi menarik perhatian orang yang mendengarnya.

“Hei, aku tidak kesepian! Aku bawa pacar!” balas Sehun tak terima.

“Omong kosong, Oh Sehun..” sahut Baekhyun dengan wajah mengejek, “Oh, tiba-tiba aku ingat Xi Luhan dari China itu! Apa kau.. sudah punya nyali untuk mengajaknya berkencan?” Baekhyun bertanya kembali, namun Sehun tidak lagi merespon dan itu membuatnya memircing curiga, “Ha! Pasti pacar yang kau maksud adalah dia kan!?” pekik Baekhyun.

Sehun mendengus dan memasang earphone-nya kembali, menghiraukan Baekhyun yang mendorong-dorong bahunya, “Kalau aku bilang ‘iya’, bagaimana menurut kalian?”

Mendengarnya, semua orang menganga. Bagaimanapun mereka semua berharap Oh Sehun untuk bisa berpaling dari cinta pertamanya, tapi tidak secepat ini dia akan move on darinya. Namun tak ada perasaan lain yang dapat mereka rasakan selain bahagia, mendengar Sehun bisa bahagia dengan orang lain.

“Selamat, Sehun..” ucap Kyungsoo.

Sehun mengangguk dengan senyum indah dibibirnya, “Makasih, hyung..”

“Jongdae-hyung yang sebenarnya kesepian asal kalian tahu..”

“HEY! Minseok akan marah kalau mendengarmu,” Protes Jongdae.

Semuanya tertawa bergurau. Mereka memang seperti itu, bertingkah seperti mengejek namun diam-diam sangat peduli.

Kyungsoo tersenyum, dia sangat menyayangi orang-orang ini sampai rasanya tidak mau berpisah, tidak mau mereka tumbuh dewasa. Ia ingin tetap selalu seperti ini.

 

 

 

Dan acara pun dimulai.

Hymne sekolah pun dinyanyikan, semua siswa bernyanyi dengan penuh hikmat. Tiga tahun rasanya seperti cukup lama. Bagaimanapun, semua menghabiskan sebagian besar waktu mereka di sekolah. Tumbuh dewasa bersama teman-teman. Mengecap manis dan pahitnya masa-masa remaja dibalik pintu kelas, diantara tumpukan buku-buku.

Perasaan Kyungsoo bercampur aduk. Air mata tak bisa ia cegah lagi untuk tidak menetes.

Dan saat ia berkecamuk, seseorang menggenggam tangannya lagi, seolah berkata lewat bahasa tubuh bahwa ia akan baik-baik saja.

 

Semuanya akan baik-baik saja.

 

 

 

To Baekhyun, my puppy.. Terimakasih selalu menghiburku saat aku putus asa. Kamu berisik sekali, tapi terkadang aku membutuhkan itu karena hidupku begitu sepi, Baek.. Aku berterimakasih juga karena kamu selalu mendukung apapun keputusanku dan selalu percaya bahwa aku bisa melakukannya. Kita tetap harus sering-sering main bersama walaupun sudah tidak satu sekolah lagi. Harus juga sering latihan vokal bareng, ya! Love you.

To Chanyeol, my Giant man.. Kamu sangat menyebalkan! Aku gak pernah melihat orang semenyebalkan dirimu, Chanyeol! Sumpah! Tapi terimakasih sudah selalu ada untuk melindungiku saat aku membutuhkan seseorang. Terimakasih juga sudah mengiringi aku bernyanyi dengan petikan gitarmu yang indah. Kamu seperti kakakku, Chanyeol.. Aku akan sangat merindukanmu. Ps: Jangan suka mencontek lagi nanti saat kuliah! Tidak semua orang sebaik diriku.

To Jongdae hyung, my Wise man.. Terimakasih hyung selama ini sudah memberiku nasihat-nasihat dan masukan yang sangat berguna. Kamu yang terbaik, hyung.. Kamu selalu kuat untuk kami padahal kamu sedang tersakiti. Umm, apa tidak apa-apa kalau aku menganggapmu seperti ayah?? Haha Kita harus sering bertemu ya hyung walau sudah tidak satu sekolah lagi.

To Sehun, My baby.. Hey! Kita sudah mengenal dari SD, bukan sih? Gak terasa, ya? Kita sudah lulus. Terimakasih Sehun sudah mau berteman denganku walaupun aku sering cerewet padamu, sering mengomelimu. Tapi kamu tetap sabar, bahkan kamu sangat peduli padaku. Aku minta maaf atas apa yang terjadi diantara kita belakangan ini, atas keegoisanku. Dan aku sangaaaat berterimakasih kamu masih mau berhubungan denganku, walaupun kamu sudah kusakiti seperti itu. Aku minta maaf, Sehun-ah.. Ayo kita masuk di Universitas yang sama lagi?

To Jongin, Aku tidak tahu harus menulis apa, Jongin, karena kamu mungkin.. punya tempat yang berbeda dihatiku. Terimakasih sudah betah duduk disampingku selama tiga tahun ini, pasti sangat tidak nyaman ya duduk denganku? Heheh

Aku akan menulis sebagian perasaanku, Jongin. Yang ada di hatiku.

Kamu adalah orang yang membuatku bertahan. Orang yang membuatku kuat. Aku tak pernah menyesal sudah 3 tahun menyukaimu tanpa henti, walaupun mungkin tanpa sengaja aku tersakiti olehmu.

Terkadang aku berpikir kamu mempunyai perasaan yang sama denganku, tapi terkadang juga aku merasa kamu selalu memaksaku untuk tidak berpikir demikian. Kalau kamu ingin tahu bagaimana rasanya, sangat sakit, Jongin-ah. Tapi disisi lain aku menikmati moment-moment bersamamu walau kamu tidak mempunyai perasaan yang sama denganku.

Terimakasih sudah peduli denganku, selalu ada saat aku membutuhkan, sama seperti teman-teman yang lain. Saat aku berkata ingin sendiri, kamu tetap menemaniku tanpa menghiraukan ucapanku, dan itu benar Jongin-ah, hatiku memang tidak ingin sendiri... Terimakasih. Aku mencintaimu sampai detik ini.

Aku tidak ingin jawaban apapun, melihat kamu bahagia itu sudah cukup.

Dan aku tidak ingin hubungan kita berubah hanya karena kau membaca surat ini.

Dan! Kuharap kamu akan jadi Dancer professional yang terkenal diseluruh dunia! Honestly, kamu sudah menjadi the best dancer that I have ever known.

 

 

Selamat atas kelulusannya, teman-teman!

 

 

 

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet