Chapter 17

With You
Please Subscribe to read the full chapter

Amber duduk seorang diri di ruang tengah rumah Jessica sambil sesekali memberikan makan pada ikan yang ada dihadapannya. Senyum bahagianya sedetikpun tak hilang ketika mengingat kejadian yang dia lalui beberapa saat tadi. Saat dia memeluk Jessica dengan erat di tengah ciuman manis mereka yang bisa dibilang mampu membuat siapapun iri.

Untuk pertama kalinya Amber berpikir jika dua ternyata lebih baik dari pada satu. Tak selamanya sendirian itu menyenangkan, apalagi jika bisa bersama dengan orang yang memang peduli dan menyukaimu tanpa suatu syarat apapun.

"Minumlah."

Jessica menyodorkan minuman soda dingin kepada Amber. Dia kemudian berlalu dan duduk di depan pemuda itu. Amber sempat protes kenapa Jessica duduk berjauhan dengannya saat mereka bisa duduk bersebelahan. Namun, Jessica merasa masa bodoh dan mengabaikan rengekan Amber.

Kesal diacuhkan Amber pun berdiri dari duduknya untuk pindah disamping Jessica. Sejak saat itu Jessica seakan seperti sebuah magnet yang selalu dapat menarik Amber agar selalu mendekat padanya.

Salah tingkah seperti seorang abg yang baru jatuh cinta, itulah yang Jessica lakukan saat ini. Dia mencoba mengalihkan pandangan saat Amber berusaha menatap wajahnya.

"Aku jelek ya? Sampai tidak mau melihatku." tanya Amber bertopang dagu melihat Jessica yang tak mau menatapnya.

"Kau memang jelek."

"Tapi kau selalu cantik di mataku. Kenapa kau selalu memalingkan wajahmu? Kau ada disampingku tapi aku merindukanmu, apa yang harus aku lakukan?"

Pipi Jessica merona. Seorang kutu buku seperti Amber ternyata bisa juga melemparkan rayuan maut seperti tadi.

"Noona~"

"Apa?!"

Amber meraih pipi Jessica dan memutar kepala wanita itu agar berhadapan dengannya.

"Love you."

Jessica mencoba menyembunyikan senyum tipisnya. Jadi seperti ini rasanya menjadi orang yang sedang dimabuk asmara. Selama 22 tahun hidup itu adalah pertama kali bagi Jessica merasakan ada seorang pria yang bisa dia sebut dan banggakan sebagai pacar setelah menghabiskan masa remajanya dalam sebuah kubangan hitam yang seakan tak ada habisnya, hingga sekarang pun dia merasa jika masih ada dalam masa itu. Entah apapun yang Amber lakukan, semua itu mampu membuat hati Jessica menari kegirangan.

Jessica senang melihat mata teduh Amber yang selalu berhasil membuatnya menjadi lebih tenang. Dia mengaitkan tangannya pada lengan kiri Amber. Menggenggam erat telapak tangan Amber kemudian menyandarkan kepalanya pada pundak sang kekasih.

"Aku baru saja turun dari pesawat. Biarkan aku tidur sebentar." lirih Jessica sangat lembut sebelum Amber bertanya lebih jauh kepadanya.

Amber diam dan tak menjawab ucapan Jessica. Dia mencoba membuat Jessica lebih nyaman dengan merendahkan posisi duduknya. Menggenggam tangan Jessica lebih erat dengan sesekali mengusap lembut menggunakan tangan kanannya. Seakan menyuruh Jessica untuk istirahat dengan nyaman karena ada dia disana.

Jessica tersenyum selama memejamkan matanya untuk tidur di pundak Amber. Pria dingin dan misterius itu mempunyai sisi hangat yang berhasil membuatnya seakan dicintai oleh seluruh orang di dunia.

Amber duduk memeluk kedua lututnya sambil terus menatap wajah teduh Jessica setelah memindahkan wanita itu di atas sofa agar tidurnya lebih nyaman. Amber berpikir jika duduk di kursi pesawat selama berjam-jam seorang diri pasti membuatnya sangat kelelahan.

Ada banyak keinginan yang Amber teriakkan dalam hatinya selama memandang wajah Jessica yang sedang tertidur itu. Namun, ada satu hal yang selalu dia pekikkan. Yaitu dia meminta agar Jessica tak pernah memalingkan cintanya, atau bahkan merasa bosan dengan cinta mereka. Amber tak ingin cinta yang dulu sempat ia terima dari orang tuanya dan kini hilang itu juga berlaku pada Jessica di masa mendatang. Cukup sudah dengan penghianatan keluarga, mantan kekasih, juga mantan temannya yang dulu selalu memekikkan cinta padanya, dan ternyata yang mereka berikan hanyalah luka berupa penghianatan.

"Bisakah aku percaya padamu? Apakah aku sedang bertaruh dengan hatiku yang hampir hancur ini?"

Amber kembali tersenyum dengan menepis semua keraguannya. Jika Jessica menghianatinya di masa mendatang, mungkin saat itu dia akan selamanya menutup hati dan tak akan pernah percaya dengan orang lain lagi. Selamanya dia akan menjadi angka satu saat seluruh dunia berpikir jika itu adalah angka terburuk bagi seorang manusia yang merupakan makhluk sosial.

Jessica menggeliat di atas sofa empuk yang panjang itu. Baru saja Jessica membuka mata dia sudah disambut dengan sebuah senyuman manis yang Amber pasang di wajahnya. Jessica merasa tenang dan bahagia. Selama ini setiap Jessica membuka mata dari tidurnya, yang dia dapat hanya sebuah ruang kosong yang gelap. Tak ada seorang pun disana selain dirinya sendiri. Namun, saat ini berbeda. Disana ada Amber, pemuda yang berhasil membuat hatinya berubah terang dan bergelora.

"Hi sleeping beauty."

Sapa Amber tanpa menghilangkan senyumnya.

"Hi juga bocah brengsek."

Amber tertawa mendengar panggilan yang selama ini Jessica gunakan padanya. Bagi orang lain itu mungkin sebuah ejekan yang terdengar kasar, tapi bagi Amber itu adalah cinta yang Jessica berikan padanya. Seperti kata orang, cinta memang membutakan dan hanya kebaikanlah yang kau lihat saat sedang jatuh dalam fase tersebut. Begitulah Amber melihat Jessica saat ini.

"Makan siang sudah siap. Ayo bangun dan makan."

Jessica takjub melihat meja makan di rumahnya itu sudah penuh dengan lauk dan nasi buatan Amber, sama seperti saat terakhir kali pemuda itu mengantarnya pulang setelah mabuk di kafe milik Taeyeon. Amber ternyata lebih baik dibanding dirinya jika mengenai masalah dapur. Jessica berpikir itu baik, setidaknya dia tak harus pusing jika suatu saat nanti mereka hidup bersama.

"Noona, nasinya nanti dingin."

Jessica segera menarik kursinya untuk duduk setelah mendengar teriakan Amber.

"Kau tidak kembali ke sekolah?" tanya Jessica yang mulai sadar jika Amber tengah mengenakan seragam olahraganya.

"Kalau aku kembali nanti ketahuan guru bagaimana.? Dan setelah itu aku dihukum."

"Tas dan seragammu? Mau kau tinggal disana?"

"Aku sudah minta tolong pada Key untuk membawa pulang tasku. Selesai kerja aku akan mengambilnya di rumah Key, sekalian menginap disana."

Jessica mengangguk paham. Namun, sesaat kemudian dia kembali mengangkat kepalanya dan menatap datar Amber.

"Lain kali jangan lari dari sekolah lagi. Calon mahasisw

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
llamaber18 #1
Chapter 3: mntepp thorr
khezzia09 #2
Chapter 1: english version of this please
Ayanmorelos123 #3
Chapter 34: English ver. Please ?
Ayanmorelos123 #4
English version pleaseeee author?
myhh92
#5
Chapter 34: Great ending!very good job authorr~!
Aapark #6
Amazing
myhh92
#7
Chapter 27: awwww
myhh92
#8
Chapter 23: Wait wtf what?
myhh92
#9
Chapter 20: AAAAAAAAAAAAAAAAA SO CUTEEEE