Chapter 11

With You
Please Subscribe to read the full chapter

Teriakan Jessica mengalihkan perhatian kelima pemuda yang sedang sibuk dengan urusan mereka. Semua terkejut saat melihat seorang wanita seksi yang mereka kenal itu tengah berjalan dengan pesonanya.

"Apa yang kalian lakukan ditengah jalan seperti ini?!"

"Ini tidak ditengah jalan Noona cantik." sahut Tao kegirangan melihat wanita seksi seperti Jessica.

"Empat lawan satu? Kalian tidak malu?"

"Noona, yang berkelahi mereka berdua. Kami hanya penonton. Haha~" balas Suho.

"Kutu buku, pelindungmu sudah datang. Lebih baik kami segera pergi dan pulang." sahut Kris disambut tawa para temannya kemudian pergi meninggalkan Sehun dan Amber yang babak belur.

Tak berselang lama Sehun pun juga mengikuti langkah Suho dan yang lain tanpa berpamitan pada Amber bahkan Jessica.

Jessica mengumpat Amber yang sedari tadi mengalihkan pandangannya karena rasa malunya pada wanita itu. Amber tahu jika ia salah dengan tak mendengarkan ucapan Jessica tadi, tapi harga diri dan rasa sakit telah dihianati oleh orang yang ia percaya membuatnya tak ingin mengakui hal itu dan mulai mengeluarkan kalimat kasar yang membuat hati Jessica sakit.

"Apa kau bilang?" tanya Jessica dengan wajah tak percayanya.

"Kau tahu apa?! Seorang pekerja club malam yang selalu menuang alkohol kepada para pria kaya dan selalu mendapat apa yang diinginkan tidak akan paham dengan hal semacam ini. Tidak ada seorangpun yang tahu dan paham akan rasa sakitku, termasuk kau. Berhenti menceramahiku dan urus dirimu sendiri, mau dia sudah berkali-kali menyakitiku aku tetap menyukainya."

"Hah~ Benar, aku hanya pekerja club yang selalu dikelilingi dan menuang minuman untuk pria. Tapi setidaknya aku tak serendah wanita yang selalu kau nilai sebagai malaikat itu. Agungkan saja dia semaumu, dasar brengsek!" kesal Jessica kemudian pergi meninggalkan Amber dengan hati yang sakit dihatinya. Ia tak yakin rasa sakit itu berasal dari ucapan Amber yang merendahkannya atau dari pengakuan palsu pria itu mengenai posisi Irene baginya. Namun yang Jessica ketahui dan nilai saat ini adalah Amber seorang yang brengsek baginya.

~

Amber merasakan sakit disekujur tubuhnya setelah membuka kedua matanya pagi itu. Amber tetap diam mendengarkan ceramah Key, sang pemilik kamar yang menjadi tempatnya tidur semalam.

"Kau berangkat saja sendiri. Aku absen, mau tidur." sahut Amber malas dan kembali menarik selimutnya.

"Kau mau dimarahi ibuku?! Berani sekali membolos di rumahnya. Cepat bangun, dan mandi!" teriak Key kemudian turun untuk sarapan dengan sang Ibu.

Sebuah ruangan dengan puluhan komputer dan beberapa orang itu nampak cukup sepi karena mereka hanya berdiam diri sambil sibuk menggerakkan mouse juga menekan beberapa tombol di keyboard dengan jari tangan mereka.

"Kenapa kau malah ikut kemari?" gumam Amber yang sedang menyenderkan punggung dan memejamkan matanya pada Key yang sedang sibuk bermain game online disampingnya.

"Mana bisa aku membiarkanmu membolos sendirian. Aku kan setia kawan." sahut Key masih fokus dengan layar komputernya.

"Bilang saja kalau kau belum mengerjakan PR MTK, dasar pemalas."

Key segera menghentikan kegiatannya dan menatap tajam pada Amber yang masih memejamkan matanya itu. Rasa penasaran yang ia pendam sejak semalam setelah mendengar cerita singkat yang dipaparkan Amber itu tak bisa ia redam lagi.

"Sudah aku bilang kan jangan percaya padanya. Dasar bodoh."

"Key, maukah kau membunuhku? Aku sudah lelah."

Key terkejut mendengar ucapan temannya itu. Ia memang tak pernah menerima tekanan sebesar yang Amber terima, tapi ia yakin itu pasti memang berat untuknya.

"Tentu saja mau. Sejak dulu aku ingin sekali membunuh seorang bodoh sepertimu. Namun masa depanku lebih berharga dan aku tidak suka makan makanan di penjara." jawab Key asal membuat Amber membuka matanya dan tersenyum tipis.

"Jangan mati. Kalau kau mati tidak ada orang yang lebih bodoh dariku dan bisa aku ejek."

"Ha~ Aku lebih bodoh darimu? Peringkatku jauh ada diatasmu bodoh!"

"Pokoknya, jangan mati tanpa seijinku!!"

Amber tersenyum senang. Setidaknya di dunia ini ada satu orang yang benar-benar peduli, tulus, dan selalu ada untuknya.

Jessica mengoles rotinya dengan kasar dan emosi yang masih belum mereda karena tudingan yang Amber lemparkan semalam padanya. Wanita itu mengeluarkan semua kata kasar untuk mengumpat Amber yang menurutnya pantas menerima hal itu.

Sesaat kemudian ia diam. Berpikir darimana Amber bisa tahu jika dia adalah seorang pekerja club malam yang selalu mempunyai stereotipe negatif dari masyarakat. Karena seingatnya ia tak pernah menceritakan hal itu pada Amber.

"Masa bodoh. Mau dia tahu atau tidak juga bukan masalah toh setelah ini aku tak akan berurusan dengannya lagi." gerutu Jessica dengan kepala yang mulai beruap saking kesalnya.

Entah sudah berapa jam Amber dan Key menghabiskan waktu di dalam warnet hingga tanpa mereka sadari langit sudah mulai kehilangan sinarnya. Key merengek meminta Amber untuk keluar mencari makan karena mereka hanya mengisi perut dengan ramen cup yang dijual di tempat itu. Namun langkah keduanya terhenti saat mereka baru saja membuka pintu warnet untuk keluar. Perasaan Amber yang sebelumnya sudah membaik kini menjadi buruk lagi.

Merasa diacuhkan Irene segera mengikuti langkah Amber dan menarik lengannya. Namun Amber segera menghempaskannya.

"Maaf," lirih Irene lagi memohon pengampunan Amber.

"Enyahlah sebelum aku hilang kendali."

"Saat ini kami benar-benar sudah putus.! Tadi pagi aku mengakhiri hubungan itu. Maaf, kau mau memaafkanku kan? Aku mencintaimu." teriak Irene pada Amber hingga ia menghentikan langkahnya.

Amber menyeringai, bagaimana bisa Irene mengatakan semua itu dengan lantang padanya.

"Saat ini aku tidak butuh permintaan maaf atau perubahan statusmu lagi. Mau kau sudah mengakhirinya atau belum itu bukan urusanku. Aku tidak peduli lagi dengan hal sepele, rendahan, dan menjijikkan seperti ini lagi. Cinta?? Omong kosong. Kau nikmati saja sendiri, aku sudah kenyang sampai-sampai mau memuntahkannya lagi."

Ucapan Amber yang kasar dan dingin itu berhasil membuat Irene menangis ditempatnya berdiri seorang diri, menyesali atas hal bodoh yang sudah ia lakukan karena ambisinya.

~

Amber melihat layar lonselnya dengan tatapan kosong sambil mengistirahatkan kepalanya diatas meja. Sadar akan ucapannya yang terlalu kasar pada Jessica seminggu lalu membuatnya ingin menghubungi wanita itu untuk meminta maaf dengan baik. Namun semua itu selalu saja Amber urungkan karena rasa malu dan bersalahnya yang terlalu besar.

"Kenapa yang baik jadi buruk dan yang buruk jadi baik? Bodoh." gumam Amber seorang diri di kelas karena semua siswa keluar untuk menyantap makan siang mereka

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
llamaber18 #1
Chapter 3: mntepp thorr
khezzia09 #2
Chapter 1: english version of this please
Ayanmorelos123 #3
Chapter 34: English ver. Please ?
Ayanmorelos123 #4
English version pleaseeee author?
myhh92
#5
Chapter 34: Great ending!very good job authorr~!
Aapark #6
Amazing
myhh92
#7
Chapter 27: awwww
myhh92
#8
Chapter 23: Wait wtf what?
myhh92
#9
Chapter 20: AAAAAAAAAAAAAAAAA SO CUTEEEE