/ / Inseong / /

My Heart is Already Trapped in You (Very Severely)

 

 

 

 

Inseong hanya bisa bertanya-tanya, apa dosa dirinya di kehidupan sebelumnya sehingga di masa sekarang ini ia harus terlahir sebagai saudara muda dari Jung Eunah.

Eunah adalah nuna paling egois sedunia. Di saat para kakak perempuan siap mengorbankan diri demi adik laki-lakinya, yang dilakukan mahasiswa ekonomi tahun pertama itu adalah memastikan mayat Inseong tidak pernah ditemukan karena seluruh bukti ‘kejahatan’ yang dilakukan gadis itu selama ini akan terbongkar. Semua lajur penyiksaan terekam jelas di sekujur tubuh Inseong, siap mengakui kemalangan pemuda itu menjadi bungsu keluarga Jung.

Dengar, meskipun tahu mengenai perasaan Inseong pada tutor belajar perempuan yang dipanggil untuk memastikan kelulusan sang putera di tahun terakhir SMU, Eunah malah dengan kejam menjodohkan lulusan Universitas bernama Yoojung tersebut dengan tetangga apartemen sebelah. Tidak sampai sebulan kemudian kabar bahagia pertunangan keduanya diumumkan.  

Hampir lima tahun berlalu, kisah cinta pertama Inseong berlangsung bagai tragedi yang tidak pernah sembuh.

Yah, siapa tadi namanya?” tanya Eunah pada Heejun. Posisi duduk Inseong terlalu jauh untuk dijangkau sikutan lengan yang tidak pernah alpa membuat penerimanya mengaduh itu. Dari ringisan Heejun, Inseong dapat mengukur besarnya keantusiasan Eunah mencari tahu. Heejun menyebutkan nama trainee jangkung ber ambut panjang yang sedang mengantri di konter makanan cepat saji bersama Seungjun. “Youjin-ie...” gadis itu mengulang sambil tersenyum dikulum.

Setelahnya, mata Eunah terus menatap lekat-lekat seolah hendak memakan objek pandang.

Jelas sekali. Eunah selalu tertarik pada keturunan Adam berbadan tinggi, tidak terlalu berotot dan tidak terlalu kerempeng, dan memiliki senyum menawan. Ia tahu betul Seungjun bukan tipe sang nuna sebab Eunah memanggilnya si jangkung begitu saja, maka hanya menghabiskan tenaga saja menjodohkan mereka (tidak, Inseong penasaran ingin melihat bagaimana Eunah yang membenci makanan manis menderita terjebak dalam kencan bersama si penggila gula Park Seungjun).

Eunah tertarik pada Kim Youjin.

Inseong tahu hari pembalasan yang dinatikan telah menunggu penuntasan.

 

*

 

Sabotase berjalan sukses di percobaan ke-empat. Sejauh ini, bagi Youjin, Eunah digambarkan dalam empat kriteria: tukang masak yang payah, bau badan, liar saat mabuk, dan memiliki aneh terhadap laki-laki yang lebih muda. Kesuksesan yang terakhir benar-benar patut dirayakan. Youjin kini menjaga jarak pada Eunah atau memiliki ekspresi tertentu jika mendengar nama Eunah disebut. Kesempatan Eunah kini benar-benar tertutup.

Misil pengalaman patah hati yang menyakitkan siap diluncurkan.   

Sayang, Eunah bergerak lebih cepat dari yang Inseong duga. Harinya berubah suntuk mengetahui Eunah berhasil mengajak Youjin pergi menonton konser August Alsina, artis Amerika favorit Youjin (terima kasih banyak berkat info dari halaman perkenalan profil fancafe KNK yang diikuti perkembangannya setiap hari), tanpa bisa dicegah. Semua usaha Inseong sia-sia. Pemikiran Youjin sebelumnya tentang Eunah berubah. Setidaknya itu yang Inseong tangkap saat menggali cerita dari orangnya langsung. Youjin tidak pernah bohong. Bila mengatakan kenangan menonton konser itu akan selalu diingat, maka Eunah memang meninggalkan kesan mendalam sepanjang hari tersebut.

Tidak ada hal tertentu yang terjadi namun Inseong cukup sebal melihat ranking Eunah di mata Youjin naik drastis. Untungnya, karena ia tidak lagi tinggal di rumah (kewajiban tinggal di dorm, terpisah dari keluarga, adalah karunia terbesar selama menjadi trainee), ia tidak harus menyimak cerita keberhasilan itu diulang terus-menerus sampai telinganya sakit. Pukulan terbesar Eunah dalam mencapai tujuannya hanyalah bahwa hubungan romantis sama sekali tidak memiliki tempat. Usai KNK debut nanti, Kim Youjin menjadi milik mimpi-mimpi grup beranggotakan lima orang jangkung itu yang minta diwujudkan serta Tinkerbell, fans KNK. Youjin mendamba debutnya lebih dari segala hal yang diinginkan.

Tapi Eunah tidak peduli. Menurut gadis itu, ia tidak memerlukan ikatan, yang penting dirinya dianggap ‘spesial’. Bintang yang bersinar paling terang di antara sekitarnya. Inseong hanya bisa menghela napas, untuk kesekian kali harus menanggung malu karena memiliki kakak perempuan yang tidak tahu malu. 

Baik, Eunah sendiri yang meminta.

Inseong menggulung lengan tinggi-tinggi, mempersiapkan kuda-kuda, menamai aksinya: perang dunia ketiga.

 

*

 

Inseong belum berhenti mengumpati langkahnya yang kesekian kali kembali terselimpet juluran hanbok perempuan yang harus dikenakannya setelah kalah undian. Anggota yang lain melenggang bebas berjalan meninggalkannya menuju kantor petinggi YNB di syuting MY KNK TV edisi spesial Tahun Baru Chuseok karena mereka memakai hanbok celana yang diperuntukkan bagi kaum laki-laki. Merepotkan!

“Inseong-sshi, kau baik-baik saja?”

Inseong mendongak, menemukan Youjin berdiri di puncak tangga, menunggunya, sendirian. 

“Oh, hyung... bisa bantu? Tolong bawakan piringku sebentar,” kata Inseong, mengangsurkan yang dimaksud. Gara-gara harus memegang piring berisi mandu buatannya—anggota KNK diberi misi masing-masing membuat mandu, sajian khas tahun baru untuk diberikan pada petinggi YNB—sambil mengangkat rok, langkahnya banyak terhambat. Beberapa kali ia hampir menjatuhkan bawaan dan siap mengumpati nasib sialnya.

Tapi untung saja ia yang kalah. Jika membiarkan Youjin kalah—dua kandidat terakhir adalah dirinya dan Youjin berdua—sama saja dengan menyenangkan Eunah. Gadis itu pasti berteriak bergelinjangan melihat Youjin memakai hanbok perempuan. Lagi pula ini bukan kali pertama Inseong didandani menyalahi kodrat. Ny.Jung dan Eunah (tentu, Eunah menikmati pengalaman ini lebih dari seharusnya) menganggap putra bungsu Jung yang memakai pakaian perempuan sebagai kebanggaan dan dipamerkan di pertemuan keluarga. Inseong akui ia (masih) tidak terlihat memalukan di usianya yang ke-22 tahun.

Youjin melangkah turun dan mengambil piring itu. Kini tangannya bekerja semua; kanan membawa piring mandu miliknya sendiri dan di kiri ada piring Inseong. Untung saja tangga gedung YNB tidak curam sehingga tidak perlu berpegangan pada selasar pada saat melangkah naik. Di antara kerepotan itu, anggota tertua tersebut masih bergumam, “Kuharap aku bisa membantumu,” sambil setia menunggui sang rekan.

Inseong memperingatkan Youjin agar menyimpan simpati. Dengan kedua tangannya yang dapat dipakai semua sekarang, ia mengumpulkan jumbaian rok hanbok setinggi pinggang, membebaskan kaki agar bergerak. Begitu mudahnya, satu per satu anak tangga demi anak tangga diloncati hingga ia tiba di atas. Ia berbalik, berkacak pinggang, bangga atas kejeniusannya barusan.

Di bawah sana, Youjin tertawa tanpa suara. Inseong senang ada yang menghargai usahanya. Jujur saja, selera humor Youjin agak aneh. Tidak mudah tertawa dan, kalau pun tertawa , tidak dilakukan untuk sembarang alias harus benar-benar layak diapresiasi. Setiap orang menjadikan keberhasilan memancing tawa Youjin tertawa sebagai prestasi, sebuah kebanggaan tersendiri. Tidak terkecuali Inseong. Ini bukan kali pertama. Lelucon Inseong kerap dicemooh rendahan. Namun, nyatanya, di antara mereka ada Youjin yang terpingkal-pingkal. Dari sanalah asal sebutan ‘aneh’ itu. Heejun yang mengungkit itu pertama kali, menyadarkan Inseong bahwa ia dan Youjin berbagi definisi humor yang hanya dimengerti keduanya.

Bicara soal Heejun, anak itu memanggil dari lantai tiga. “Hyung, sedang apa kalian di sana?” Wajahnya melongok ke bawah, memastikan. ”Semua menunggumu!”

Mereka berdua tiba berdampingan di lantai tiga, disambut irama lagu pernikahan yang disenandungkan Heejun. Oh Heejun tidak bisa melepaskan secuil kesempatan untuk menggoda. Bagi mantan trainee FNC itu, kejahilan efektif merekatkan hubungan antar anggota. Adalah berkah bila Jihun dan Seungjun diciptakan untuk meramaikan suasana. Umpan Heejun disambut dan serta merta koridor lantai tiga menjadi suasana meriah menuju altar. Kebetulan sekali hanbok yang dipakai Youjin dan Inseong memiliki warna senada seolah diperuntukkan bagi pasangan. Nuna staf publikasi tersenyum dan mengangkat kamera, bersiap mengabadikan momen itu dalam video mereka nanti.

Inseong meleguh, bagus sekali. Tapi kekesalan itu ditampilkan dalam ekspresi sumringah. Ia tidak boleh terbawa suasana hati. “Annyeong~” ia melambai ke kamera, menyambut umpan. “Aku puteri Indonie. Aku cantik, kan? Youjin hyung... ah, Youjin oppa, tolong katakan sesuatu,” pintanya, dengan nada centil.

Youjin melihat Inseong dan tersenyum.

“Lihat. Youjin hyung terlalu terkesima,” goda Heejun. “Pengantinnya cantik sekali.” Akibat olokan Heejun, Youjin semakin tidak mampu mengendalikan diri dan membalik badan untuk menyembunyikan tawa yang semakin menjadi-jadi.

“Inseong memang lebih cantik dari pada nuna-nya, kan?” kata Seungjun, mengulang pujian serupa yang pernah diutarakan. Beberapa orang mengakui hal yang sama. Tambahkan make up, dan tidak akan ada yang tahu jika Inseong aslinya seorang laki-laki. Sandingkan Eunah di sana, dan pujian akan dimiliki Inseong, suka atau tidak. Meski mirip, derajat kefeminiman lebih tinggi dimiliki Inseong.

Dan tanpa tahu malu, Inseong membanggakannya. “Tentu. Siapa yang lebih cantik dari Jung Indonnie?” katanya, masih dengan nada centil.

“Wah, tidak tahu malu sekali.” Heejun mengulang situasi yang sudah jelas. “Wah!”

“Tanya Youjin hyung, siapa yang lebih cantik,” sambung Jihun.

Inseong menggelendot di bahu Youjin. “Ne, oppa, aku lebih cantik, kan? Youjin oppa~ Youjin oppa~ harteu harteu~ Ppyong! Ppyong!” Seseorang sahut-menyahut mengeluarkan suara muntahan, sama sekali tidak menghentikan Inseong. Semua aksi itu terekam dalam lensa untuk dipamerkan ke hadapan Tinkerbell. Semua harus mengakui ia memang lebih cantik dari Eunha.

Youjin menyergah Inseong, untuk berguling di sofa, tertawa tanpa suara.

“Youjin hyung bersemu!” Heejun mulai menari. “Yah, Youjin hyung bersemu! Ada apa ini? Wahai dunia dan alam semesta tiada batas, Youjin hyung bersemu!!!”

Hei, apa Youjin sedang membayangkan Eunah?

 

*

 

Hasilnya sungguh mengejutkan. Di saat Tinkerbell membanjiri postingan foto Youjin dan Inseong meniru sepasang pengantin dengan pujian menggemaskan dan ucapan selamat, sepucuk email dari Eunah berisi kecaman keras. Jangan coba-coba mendekati Youjin, babi kecil! Atau lihat saja akibatnya, sebut pesan tersebut, bersama foto yang dimuat di halaman fancafe namun wajah Inseong telah ditempeli wajah babi gendut. Tindakan itu persis fans fanatik yang tidak suka idolanya berkencan.

Sungguh kekanakan! Apa yang ditakutkan Eunah? Nuna staf publikasi mengambil foto itu tanpa maksud apa-apa selain memancing antusiasme fans menyambut debut KNK. Fanservis; setiap penggemar tahu apa artinya. Aksi menyenangkan fans. Suatu penghargaan timbal balik atas apa yang telah fans berikan.

Eunah membaca ke dalamnya terlalu jauh. Apa ia pikir Inseong memiliki kemampuan untuk itu?

Untuk merebut Youjin darinya?

Ha?

“Jinseong?”

Heejun mengangguk. “Youjin dan Inseong.”

“Apa kata Youjin hyung?” Pertanyaan Inseong diberi tatapan aneh lawan bicaranya.

“Kau seperti tidak mengenal Youjin hyung,” Heejun menghela napas. “Menurutmu ia akan bertepuk tangan merayakan couple pertamanya?” Tentu tidak. Youjin membenci segala bentuk skinship apalagi menemukan dirinya dipasangkan dengan salah satu anggota ke dalam couple—salah satu bentuk kekaguman—di mana fans mengandaikan mereka berada dalam hubungan romantis. Ke depannya, setiap interaksi kecil mereka akan diartikan berbeda. “Youjin hyung pikir hyung lebih suka dipasangkan denganku atau Seungjun hyung. Injun dan Seungseong couple.”

Suka? Bukankah fans yang menentukan jalan mainnya? Mengapa Inseong harus merasa ‘suka’ atau ‘tidak suka’ yang prosesnya melibatkan perasaan pribadi? Apa Inseong menikmati hal bernama couple ini?

Oh.

Ini yang dibenci Eunah, kan? Ini tentang hal-hal yang jauh dari jangkauannya namun berada dalam genggaman Inseong. Apa yang tidak bisa dilakukannya dan apa yang bisa dilakukan Inseong. Eunah iri setengah mati pada Inseong yang berada begitu dekat dengan Youjin—dapat menggoda Youjin, menebar pesona, dan menyentuh nama itu sesuka hati meski Youjin akan memerlakukannya seperti serangga pengganggu alias semua hal yang difantasikan gadis itu—dan Eunah membenci Inseong atas keberuntungan tersebut.

Ide bagus itu terpentik di atas kepala bagai bohlam yang menyala. Jika Eunah benar-benar memercayai apa yang menurutnya mampu Inseong lakukan, maka manfaatkanlah. Jika satu foto saja sudah membuat puteri Jung mencak-mencak, bagaimana jika mencoba lagi?

 

*

 

Inseong memposting foto dan video bersama Youjin selama dua hari berturut-turut. Satu di mana Inseong memeluk Youjin dari belakang, menyapa Tinkerbell. Satu lainnya tidak seberani yang pertama. Mereka sedang berada di ruang latihan, duduk bersisian. Sambil serius melihat ponselnya, Youjin menyambung lirik lagu ‘Drunken Truth’ dari Kim Dongryul, lagu pengakuan cinta bertepuk sebelah tangan mendalam yang meluap-luap, yang digumamkan Inseong. Belum lagi, video MY KNK TV berisi duo Inseong dan Youjin merespon pertanyaan penggemar di pembukaan perdana fancafe mereka ditayangkan. Episode ini diambil jauh sebelum foto pengantin diunggah dan ide Jinseong dicetuskan. Hanya kebetulan belaka. Tapi pengaruhnya bagai bonus dari usaha Inseong.

Jinseong dibuat merajalela.

Lalu, di v-app mereka, Inseong menatahkan diri selalu berada di samping Youjin. Aksinya terdiri dari beberapa hal berikut: menyampirkan lengan di bahu Youjin, mencermati pilihan gunting-batu-kertas Youjin agar langkah mereka di permainan selalu selaras, membaca komentar penonton dengan nama Youjin di dalamnya, dan bereaksi berlebihan pada setiap aksi Youjin. 

Dalam dua hari, Inseong merayakan keberhasilannya. Eunah membombardir ponselnya dengan panggilan dan pesan singkat. Total, ada 21 panggilan tidak terjawab dan 13 pesan. Sengaja, Inseong mengabaikan kesemuanya. Ia hanya membuka salah satu pesan dan tersenyum sendiri membaca sumpah serapah yang akan membuat Ny.Jung kecewa karena telah membesarkan seorang anak perempuan berlidah ular. Mudah membayangkan bagaimana Eunah berguling-guling di atas tempat tidur mengumpati Inseong yang tidak kunjung menjawab semua upayanya.

Euforia itu memberi kepercayaan diri pada Inseong untuk menantang manajer KNK dalam lomba memancing, dengan makan siang selama dua hari sebagai pertaruhannya. Pemenang akan dimahkotai berdasarkan panjang ikan yang ditangkap. Manajer-sshi menyanggupi begitu saja sebab kemenangan di pertandingan terakhir dipegang olehnya.

Inseong tidak menyangka malam itu Youjin meminta diajak serta, mengaku ingin melihat seberapa asik memancing karena Inseong sering baru kembali saat matahari keesokan hari menyembul di ufuk Timur. Bersama, mereka bergabung dalam satu tim melawan manajer-sshi. 

Tapi, pada akhirnya, Youjin sama sekali tidak dipersilakan memegang batang pancingan. Inseong terlalu larut dalam kompetisi. Manajer-sshi memimpin jauh di depan dengan dua ikan sementara Inseong belum mendapatkan satu pun. Mana ada kata menyerah di titik ini! Jelas tidak di depan Youjin yang dengan setia mendukungnya meski manajer-sshi berulang kali merayunya agar berpindah keberpihakan. Entah bagaimana Eunha tampaknya dengan suatu kelicikan berhasil mengirim karma agar ikan-ikan menjauh dari kail umpan Inseong.

Sialan!, umpat Inseong ke-seribu kalinya.

Panggilan dari manajer ketua resmi menghentikan pertandingan. Youjin menepuk bahu Inseong, memberi semangat. Tiba-tiba itu menjadi hal terpenting yang didapatkan setelah malam panjang yang melelahkan. Mengakui kemenangan dan menerima hukuman tanpa makan siang jadi tidak sulit dilakukan.

 

*

 

Debut KNK sudah ditentukan. Persiapan semakin gencar dilaksanakan. Lagu dan koreo KNOCK dimatangkan. Kini, giliran penampilan mereka. Mereka diboyong ke salon di Hongdae dan berkonsultasi dengan pakar kecantikan di sana. Selain sedikit dirapikan dan dicat—semi coklat untuk Heejun, Inseong, dan Seungjun namun dengan gradasi berbeda-beda dan perak untuk Jihun—rambut mereka tidak dirubah sedrastis milik Youjin. Rambut panjang sebahu yang telah dipertahankan selama setahun terakhir harus direlakan.

Lewat pantulan cermin di depan kursi, menunggu pemutih mengerjakan tugasnya sebelum rambutnya nanti dicat akhir, Inseong menyaksikan bagaimana sedikit demi sedikit rambut Youjin menyerah pada ketajaman mata gunting. Helaian-helaian itu jatuh lunglai ke lantai. Atasan YNB bermain curang, menggunakan kekuasaannya untuk menyingkirkan gaya rambut yang dicemooh ketinggalan jaman tersebut. Kini, Youjin berambut cepak hitam legam semengkilap arang.

Tapi... selalu ada kebaikan yang bisa dipetik dari suatu perubahan.

Siapa sangka Youjin terlihat lebih menarik demikian?

Menarik? Apa itu istilah yang pantas?

Tanpa malu-malu, Seungjun mengungkapkan kekaguman terhadap penampilan baru sang rekan. Mereka langsung berfoto bersama. Hasilnya diunggah ke twitter. Pada saat itu juga, seperti Tinkerbell lain, Eunah pasti sudah melihatnya karena gadis itu mengikuti semua media sosial anggota KNK untuk memantau Youjin. Salah satu komentar atau like yang tercantum di bawah foto itu adalah milik Eunah. Entah ada berapa akun palsu yang digunakan, Inseong kesulitan mengikuti jejak kakak perempuannya itu. Suatu waktu, Inseong percaya jika Eunah membangun kemah di depan dorm KNK agar bisa dekat dengan Youjin. Mengetahui apa yang Youjin lakukan jauh lebih penting dibanding mempersiapkan diri untuk ujian keesokan hari.

Tidak, jangan salah sangka. Eunah bukan Tinkerbell, sebab yang diperdulikannya hanya Youjin seorang. Ia bahkan lebih suka Youjin mengubur mimpi menjadi bintang idola dan berkarir seperti orang biasa, karena akan lebih memudahkan dalam menjalin hubungan romantis tanpa terbentur batasan.

Egois! Tidak tahukan Eunah berapa lama Youjin berusaha mewujudkan keinginan berdiri di atas panggung? Tidak tahukan Eunah berapa besar pengorbanan yang Youjin lewati untuk tiba di sini?

Dan KNK adalah mimpi Inseong juga. Inseong memerlukan Youjin untuk mencapainya. Inseong tidak akan melepas Youjin demi apapun. Tidak akan menukarnya dengan siapa pun.

Youjin tercipta untuk KNK.

Seseorang muncul di samping Inseong, memutus lamunan pemuda itu. Menemukan orang yang sedang ada di pikirannya tiba-tiba ada di hadapan, Inseong sempat kelagapan seolah takut ketahuan. Namun Youjin tidak menangkap itu, terlalu sibuk berkaca, memastikan sekali lagi apakah rambutnya terpotong dengan benar. Sisa mahkota kepala itu dimiringkan ke kanan, lalu ke kiri. Pokoknya, dicoba segala posisi memungkinkan. Pada Inseong, ia bertanya, “Aku tidak terlihat aneh, kan?”

“Tidak. Cocok sekali, hyung,” jawab Inseong, jujur; malah, meredam sedikit gejolak keinginan untuk memuji lebih jauh seperti Seungjun beberapa saat lalu. Ia menyingkat semua kalimat-kalimatnya dalam satu ungkapan singkat, “Selamat atas penampilan barumu.”

Satu yang ditekankan, Inseong tidak berani melihat Youjin saat mengatakannya. Entah kenapa.

Beberapa saat kemudian makan siang tiba. Youjin berbaik hati mengantar milik Inseong dan Heejun, sementara Seungjun sudah berinisiatif membawakan jatah Jihun; ketiganya belum selesai dipoles dan belum diperbolehkan beranjak dari kursi.

Buntut dari kekalahan dari pertandingan memancing yang kemarin itu, Inseong harusnya mendapat sandwich minimarket (lagi), sementara makan siang mengenyangkannya menjadi milik manajer. Tapi Youjin menyerahkan burger dua tingkat dan kentang goreng seperti milik yang lain. Saat dipertanyakan, Youjin malah menggenggamkan tumpukan saus dan tisu. “Ibumu akan mengutukku jika tahu puteranya dibiarkan kelaparan. Habiskan!” katanya sambil memukul dada Inseong—main-main tentunya—dan beralih pada Heejun. “Yah, Heejun-ah, kau sudah mendapatkan minumanmu?”

Menatap burgernya yang hangat, Inseong mengingat kejadian kemarin.

Kemarin, dalam perjalanan menuju tempat fitting seragam debut KNK, Ny.Jung menelepon. Guna menenangkan sang ibu yang semalam bermimpi buruk tentangnya, Inseong terpaksa menyebut nama Youjin yang selama ini menjadi ‘jaminan pasti’ selama ia berada jauh dari keluarga. Youjin hyung bahkan tidak akan membiarkanku mengaduh, kata Inseong saat itu. Tentu, Youjin mendengarnya, seperti juga seluruh penumpang dalam kendaraan roda empat yang hampir kedap suara itu.

Jika ini berhubungan dengan hal itu, saat ini Youjin sedang menunaikan tugas yang diembankan padanya, sebagai malaikat penjaga keempat—karena Seungjun masuk hitungan—adik-adiknya. Karena itu Inseong tidak berbesar kepala. Inseong tidak dispesialkan.

Kenapa pula pemikiran itu harus muncul?

 

*

 

Hari-hari melelahkan menunggu kepastian akhirnya menyentuh kata tamat. Sekarang mereka bisa berdiri dengan kepala tegak. Mereka telah resmi menjadi bintang. Satu langkah besar dalam napak tilas karier telah dibuat. Inilah yang Inseong nantikan lebih dari 3 tahun lamanya. Meski tidurnya selama seminggu ke belakang kehilangan nyenyak, semuanya lunas terbayar dengan tibanya hari ini. Kini ia tidak lagi harus berdamai dengan perasaan terluka setiap kali ditanya kapan penantiannya berakhir.

Inilah harinya. Debut KNK telah tiba!

Inseong melihat Eunah menyeruak masuk ke ruang ganti KNK dengan mengaku ingin menyemangati adik laki-lakinya namun kenyataannya bukan kepada Inseong gadis itu menghampiri. Yah, tahu sendirilah, siapa yang dicarinya. ‘Kelancangan’ Inseong yang terakhir itu mungkin belum dimaafkan. Untung saja manajer tahu orang luar tidak boleh dibiarkan berlama-lama. Eunah sempatkan membisiki Inseong ancaman “Jangan mengacau, babi kecil!” sebelum digiring keluar.

Tentu, semua berjalan sesuai rencana. Sepertinya. Entahlah, sisa hari itu mengambang di ingatan.

Inseong hanya ingat semua tersenyum di hari itu.

Terutama Youjin yang duduk di sampingnya sepanjang showcase berlangsung.

 

*

 

Banyak yang bisa dikagumi dari Kim Youjin.

Karismanya.

Kedewasaannya.

Suaranya.

Senyumnya.

 

*

 

“Kenapa mereka meninggalkanmu?” tanya Inseong, menggunakan istilah halus selain kata ‘dibuang’. Mereka baru saja bertemu B.A.P di ruang ganti MTV The Show. Seperti yang semua tahu, Youjin dilatih bersama sebagian besar anggota grup populer berlambang kelinci alien itu dan dijanjikan debut, sampai 6 bulan sebelum panggung pertama mereka, seorang vokalis yang suaranya lebih disukai produser datang menggantikan posisi Youjin sebagai vokalis utama.

Inseong punya pengalaman serupa. Berlatih dan terus berlatih selama 2 tahun dengan satu hal dalam pikiran. Debut. Berdiri di atas panggungnya sendiri. Angan-angan tersebut membuai benak sebelum pada akhirnya ia dibuang. Di usia 19 tahun ia dipaksa mengakui kekalahan menembus kompetisi.

Ada yang lebih baik darinya. Ada yang jauh lebih baik darinya.

Sampai kemudian ia tahu ada yang lebih tidak beruntung dibanding dirinya.

Youjin, menurut Inseong, punya segala kemampuan untuk debut lebih dini. Empat tahun lalu, bersama B.A.P. Inseong merasa Youjin telah dicurangi. “Ini tidak adil. Hyung memiliki segalanya,” ia berkata. Tidak sepertinya, yang masih memiliki banyak kekurangan untuk dimaklumi. Pemahaman itu muncul setelah ia melihat betapa tersia-siakannya talenta super Youjin. Dengan begitu, Inseong belajar menerima mengapa dirinya belum pantas dilepas ke khalayak. Tidakkah Youjin menyimpan kekecewaan secuil saja?

“Mungkin... B.A.P tidak cukup beruntung memilikiku?” jawab Youjin santai.

Ketenangan itu. Kepercayaan diri itu. Mental setebal baja itu.

Beberapa hal dari sekian banyak yang bisa dikagumi dari Kim Youjin.

“Takdirku milik KNK,” Youjin menambahkan. “Seperti milikmu, Seungjun, Heejun dan Jihun.”

 

*

...kejantanannya.

Ah, maksud Inseong, keberanian Youjin mengakui segala situasi—baik atau buruk.

 

*

 

“Boleh aku masuk?” tanya Youjin setelah rentetan percobaan mengetuk pintu.

“Ne?”

“Terlalu berisik di luar.” Itu menjelaskan kegaduhan a la binatang berkelahi dari arah kamar yang Youjin bagi dengan Heejun—Jihun pindah ke kamar Seungjun mulai malam kemarin. Hanya Tuhan yang tahu apa yang Heejun, Jihun, dan Seungjun lakukan di sana. Youjin mengeluh sulit berkonsentrasi, tentu saja, dan harus menyingkir. Tapi, masalahnya, manajer sudah mengunci pintu. Setelah kejadian Seungjun ‘kabur’ tengah malam mencari camilan, manajer ekstra waspada mencegah kejadian sama terulang.

“Masuklah.” Inseong beringsut memberi tempat bagi Youjin di tempat tidur. “Naik ke atas sini, hyung. Di lantai dingin.”

Youjin justru ambil duduk di lantai, menyandarkan punggung di sisi tempat tidur di mana Inseong duduk bersama ponselnya. “Di beranda jauh lebih dingin dari ini. Rasanya seperti duduk di atas es.”

Dengan segera, Youjin larut dalam permainan. Inseong tidak begitu paham tapi inilah salah satu momen di mana versi serius sang hyung tertua muncul. Gempa bumi bahkan tidak sanggup menggoyahkan konsentrasinya. Untung saja di sekitar mereka tidak ada yang cukup tangguh dijadikan lawan KNK atau setiap hari Youjin akan mengisi waktunya untuk menyusun strategi menjatuhkan lawan. 

Di antara kesibukannya menyelesaian permainan, Youjin masih sempat bertanya apa yang Inseong lakukan. Jawab Inseong, “Entahlah. Hanya mengisi waktu luang saja.” Ponsel jaman sekarang memiliki segala fasilitas yang bisa dimanfaatkan untuk menghabiskan waktu. Kau tidak akan bisa menjelaskan apa saja yang kaulakukan dengan benda itu saat tiba-tiba pagi telah berganti malam, selain matamu pedih menatap layar terus-menerus, dan lehermu terasa pegal menunduk sepanjang waktu.

Inseong kira selanjutnya Youjin akan mengungkit pengasingan dirinya yang tidak biasa ini. Ya, biasanya, ia selalu turut bagian dalam aksi rusuh Heejun cs, kalau tidak, menjadi penggagas rencana-rencana brilian yang membuat sakit kepala. 

Sebuah jawaban sudah dipersiapkan. Promosi Knock yang berbarengan dengan promosi Bangtan alias BTS menyebabkan reuni Inseong dengan para rekan trainee-nya di Big Hit dulu itu urung terelakkan. Seungjun, bernasib sama seperti Inseong, didepak di detik terakhir, mengabaikan selisih debut 3 tahun dan bercengkerama akrab dengan anggota BTS. Bukan berarti Inseong melupakan pertemanan mereka. Ia hanya merasa… terintimidasi? Ia tidak pantas memunculkan diri. Belum ada satu pun pencapaian di detik ini yang patut dibanggakan. Tambah lagi, di hari yang sama BTS berhasil membawa pulang trofi kemenangan menjadi pemuncak tangga lagu.

Egonya berbicara. Para ARMYZ mungkin akan membantainya, namun Inseong merasa dirinya telah dicurangi. Ia pantas masuk dalam skuad awal BTS. Ia memiliki talenta. Ia memiliki segala hal yang diperlukan untuk debut 3 tahun lalu. Ia pantas memiliki tempat dalam grup itu. Kesuksesan BTS sekarang harusnya menjadi miliknya juga.

Lalu Youjin yang hendak duduk di sampingnya, tanpa sengaja menyenggol bahu Inseong, dan segera meminta maaf atas kesebronoannya bergerak. ‘Maaf’ yang dalam pikiran rumit Inseong saat itu diartikan sebagai kebesaran hati Youjin menjadi seseorang yang patut disalahkan atas situasi Inseong saat ini.

Padahal, Youjin memiliki cerita sendiri dengan B.A.P.

Inseong disadarkan betapa dua detik yang lalu dirinya begitu egois. Ia sesungguhnya bisa memiliki hal yang sama. Kesuksesannya sendiri. Mungkin tidak dalam waktu dekat—memangnya kesuksesan dapat diraih secepat menunggu ramyun instan matang? Ia punya amunisi penuh. Ia punya Youjin. Ia punya Jihun. Ia punya Seungjun. Dan ia punya Heejun. Mereka siap menciptakan kombinasi mematikan.  

Tiba di dorm, Inseong mengunci diri di kamar untuk introspeksi sekaligus menenangkan emosi.

Inseong hampir lupa keberadaan orang lain di kamarnya kalau bukan berkat kakinya yang menyenggol punggung Youjin. Maafnya tidak ditanggapi karena Youjin saat ini tidak berada di dunia nyata. Hyung tertua itu sama sekali tidak membuat suara selain gemeretak sendi jari-jemari atau sesekali helaan napas keras-keras menanggapi kesalahan strategi. Percakapan terakhir mereka berlalu hampir setengah jam lalu karena film yang Inseong tonton tepat berlalu dengan durasi sama di waktu bersamaan. 

Ini jarang terjadi. Di KNK tidak ada namanya keheningan; setiap dua detik, topik baru tercipta meninggalkan topik sebelumnya terbengkalai begitu saja atau nanti tiba-tiba berlanjut tanpa kata pengantar yang pantas. Untung saja itu Youjin. Bukan karena Youjin memang biasanya bukan penggagas pembicaraan tapi jika yang datang mengetuk tadi Heejun, sudah pasti sedari tadi Inseong diolok-olok kerasukan hantu pendiam. Inseong memang pernah menyebut Youjin membosankan tapi saat ini sifat itulah yang ia butuhkan. Ia membutuhkan keheningan sakral ini.

Selain rupa dan fisik memukau Youjin, apa Eunah juga memuja bagian tersebut? Eunah pernah menghabiskan waktu bersama Youjin dan tidak memiliki keluhan tentang itu, kecuali Youjin tiba-tiba menjadi cerewet di depan lawan jenis yang Inseong pikir mustahil. Inseong tidak bisa membayangkan Youjin di luar sosok sehari-harinya.

Oh.

Inseong berpaling tepat sebelum Youjin menyadari keberadaan seorang pengamat.

“Itu dia.” Diperlihatkannya jumlah angka di sudut kanan layar PSP-nya. “Sepuluh ribu poin yang menyusahkan,” kata Youjin bangga.  

“Selamat, hyung,” kata Inseong pelan.

“Ne~”

Youjin keluar kamar setelah meminta maaf karena ‘mengganggu’ ketenangan pemilik kamar, meninggalkan Inseong menyadari momen barusan adalah ketenangan yang luar biasa.

 

*

 

“Apa yang ingin anggota KNK lakukan di waktu luang?” kata Youjin, membaca salah satu komentar penonton v-live, aktivitas biasa KNK mengisi variety show singkat mereka, memanfaatkan kecanggihan teknologi abad 22 di mana fans bisa berinteraksi langsung dengan idola melalui aplikasi telepon genggam bernama V-App, di segmen bernama ‘Apa yang KNK lakukan saat ini?’.

Seungjun mengajukan jawabannya terlebih dulu. Menonton film. Produksi animasi terbaru Hollywoon, Zootopia, menjadi pilihan. Inseong maklum, ketertarikan anggota tertinggi itu pada animasi bukan lagi berada dalam batas toleransi. Sang hyung bahkan hampir siap mengabaikan pernikahan salah satu atasan YNB demi menonton edisi terbatas penayangan Digimon Adventure, salah satu anime favorit selain produksi Disney dan Pokemon.

Senada dengan Seungjun, Youjin pun ingin pergi ke bioskop. Batman vs Superman, film superhero yang penuh adegan laga menantang nyali, dipilih. Seperti biasa, pilihan Youjin selalu kelaki-lakian. Sungguh berkebalikan bagai kutub Utara dan Selatan dengan Seungjun yang lebih suka adegan penuh unicorn dan gula-gula kapas.  

“Jihun-sshi, apa yang ingin kaulakukan?” tanya Inseong, menyimpan jawabannya.

Jihun menjawab tanpa berpikir. “Aku ingin pergi ke kafe.”

Jelas sekali. Jihun bersimbiosis erat dengan tempat itu. Sebut saja, rumah keduanya

“Bagaimana denganmu, Heejun-sshi?”

Tanpa perlu menebak, Inseong sudah tahu jawaban maknae mereka. Hidup Heejun berputar di sekitar orang-orang yang dapat memahami dirinya. Mereka adalah rekan-rekan mantan tranee FNC yang pernah tergabung dalam band Kokkuma yang digadang-gadang menjadi penerus garis keberuntungan CN Blue sebelum vokalis mereka menyerah menanti datangnya hari kepastian berdiri di atas panggung. KNK menawarkan masa depan yang lebih pasti dan Heejun menyambar kesempatan. Tapi teman-teman itu memahami posisi Heejun dan pertemanan mereka masih akan berlangsung sampai akhir jaman.

Tiba giliran Inseong menjawab.

“Aku ingin berkelana seorang diri,” jawabnya mantap. “Seorang diri saja,” sekali lagi, ia menegaskan ketiadaan rekanan dalam perjalanannya tersebut. “Mungkin ke Seoul atau semacamnya.”

“Sendirian?” ulang Heejun. “Benar-benar sendirian, hyung?” Tatapan skeptis tidak lupa diberikan. ‘Sendiri’ tidak pantas disandingkan dengan Inseong yang menyukai ‘keramaian’.

Mungkin ini terdengar mengejutkan. Siapapun tahu Jung Inseong adalah pribadi yang tidak mengenal kata diam atau mematung barang sejenak. Inseong berkonotasi dengan berisik. Dari jarak ratusan meter kau sudah tahu ia berada di sana dengan mendengar suaranya. Semua itu ia pelajari dari pengalaman menjadi saudara muda Eunah. Jika ingin didengarkan, kau harus bersuara paling keras. Jika ingin dilihat, kau harus melakukan sesuatu yang menghenyakkan. Itu aturan bakunya.

Mencicipi kesendirian memberi Inseong waktu sejenak untuk mengenal diri sendiri. Beristirahat. Sendirian, ia tidak dituntut memuaskan orang lain. Sendirian, ia tidak akan merasa kelelahan mengimbangi situasi. Pergi tanpa rekan seperjalanan, sekali waktu saja, kalau perlu ia tidak akan mengucapkan sepatah katapun sepanjang perjalanan. Ia tidak ingin menempatkan rekan seperjalanan dalam kesunyian yang aneh karena mereka akan membaca ada yang tidak beres. Mereka akan tahu wajah asli Inseong.

Tapi, kalau diminta memilih teman seperjalanan ideal... mungkin, Youjin—

“Um, kedengarannya mengasyikkan,” ujar Youjin, seolah menyambung pikiran Inseong.

Inseong menatap tidak percaya pada apa yang baru di dengarnya.

“Kau juga, hyung?” kata Heejun. “Sendirian?”

Youjin mengangguk. “Selama ini aku selalu melakukan semuanya sendirian. Tidak ada masalah.”

Benar. Youjin menyukai kesendirian. Inseong berpikir apakah hyung-nya itu pernah merasa kesepian. Semua orang pernah merasakan perasaan manusiawi tersebut. Pada suatu titik, semandiri apapun, seseorang akan mencari sebuah kebersamaan. Bahkan dari orang asing sekali pun. Tanyakan pada orang yang datang ke bar hanya untuk berbicang dengan bartender. Berinteraksi dengan manusia lain memberi perasaan nyata bahwa kita masih hidup dan ada.

Seandainya kesepian datang melanda, siapa yang Youjin cari?

Sebelum Inseong berpikir kedua kali, ajakan itu tercetus. Hyung, kenapa kita tidak pergi bersama? Maksudku, kita berangkat sendiri-sendiri tapi nanti kita bertemu di satu titik dan melanjutkan perjalanan bersama-sama. Bagaimana?

“Kencan?” celetuk Heejun.

Inseong meleletkan lidah. Entah mengapa ia merasa senang jalan-jalan mereka jika diberi judul demikian. Satu senjata lain untuk menyerang Eunah, tapi ia tidak berpikir sampai ke sana. Ia cukup merasa antusias akan menghabiskan waktu bersama Youjin, menyisir tempat-tempat baru. Menciptakan memori yang akan diingat berdua. Tidak perlu ada yang tahu.

Heejun memeluk lengan Youjin. “Hyung, boleh aku ikut?”

Dari seberang meja, Jihun menyambung, “Kami. Kami, Heejun-sshi. Ada lebih dari satu orang di sana jadi... kami. Boleh kami ikut? Katakan.”

“Youjin hyung, boleh kami ikut?” bagai robot, Heejun mematuhi.

“Tidak boleh!” Seungjun memeluk Jihun dari belakang. “Jihun-ie, kau pergi denganku. Kita juga bisa pergi ke mana saja yang kau mau. Ke mana saja!”

“Sungguh? Boleh saja. Asal hyung yang membayar semua tagihannya,” tanggap Jihun.

“Setuju.”

Interaksi Seungji—kombinasi Seungjun dan Jihun—dipandangi kernyitan segenap anggota namun dirayakan segenap Tinkerbell di bagian komentar. 

Omong-omong, Youjin menanggapi proposal Inseong—dan milik Heejun yang tidak tahu malu namun Inseong memilih mengabaikan itu—dengan senyum, tidak menjawab setuju tapi yang jelas bukan indikasi penolakan.

 

*

 

Aktivitas luar negeri pertama KNK adalah terbang ke negeri Tirai Bambu Tiongkok. Mereka didapuk menerima penghargaan sebagai pendatang baru paling potensial Korea Selatan di awal tahun 2016. Agak sulit dipercaya dalam dua bulan saja, usaha mereka telah diakui.

Sekelompok gadis-gadis berteriak histeris menyambut kedatangan KNK di bandara Incheon. Kebanyakan dari mereka berlari menyamai langkah Seungjun. Dalam sekejap, sosok jangkungnya tertinggal di belakang, tertelan kerumunan. Berbagai macam pemberian hingga luput genggaman. Manajer hyung sampai perlu bergabung memunguti dan membawakannya.

Tidak semua anggota seberuntung Seungjun tapi, tampaknya, tidak ada yang sekurang beruntung Youjin. Heejun menjinjing lima kantung kertas berbagai ukuran dan beberapa tumpuk surat di tangan lainnya. Jihun menjatuhkan salah satu tas yang berukuran cukup besar, sempat memperlihatkan isinya sebuah ransel merek mahal, dan satu tangan lagi membawa surat-surat penggemar sementara tas kertas sisanya yang tidak terbawa di tangan diangkut di lengan. Inseong sendiri, memiliki pengikut fancafe terbanyak setelah Seungjun, jauh dari tangan kosong. Terakhir, seorang fans asing berambut coklat datang mendekati dan menyodorkan boneka tupai yang telah menjadi ikon tidak langsung Inseong, berdasarkan gigi kelincinya, menambah belasan pemberian serupa yang coba ia bawa semampunya. Lalu Inseong melihat Youjin berjalan di depan sana, tidak terlihat membawa apapun, hanya beberapa surat yang dimuatkan di saku belakang celana.

Bukannya Youjin tidak populer. Pengikutnya di media sosial cukup bersaing dengan Heejun dan Jihun. Jika teliti mencermati—seperti yang Inseong lakukan—banner yang dibawa fans ke konser musik dan tertangkap kamera TV biasanya bertuliskan nama Youjin. Jangan abaikan polling tidak resmi yang diadakan fans di fancafe, Youjin memuncaki peringkat pertama dalam judul: member siapa yang fans inginkan menyanyikan lagu pengantar tidur. Mungkin hari ini kebanyakan fans-fans itu berhalangan hadir untuk menujukkan kecintaan mereka secara langsung. Inseong heran mengapa Eunha tidak terlihat di mana pun padahal ini termasuk momen tepat memunculkan diri.

Terbersit sebuat ide di kepala Inseong. Ia membuka satu per satu pemberiannya. Setelah menentukan yang paling ‘netral’, ia mengambili kartu, surat, atau pesan yang disertakan, kemudian mengeceknya dua kali lagi agar tidak ada yang tertinggal, dan bergegas mengejar Youjin. “Hyung, kenapa buru-buru? Fansmu tadi menitipkan ini,” ia memindahkan empat tas ke tangan sang hyung, “mungkin mereka terlalu malu memberikannya langsung padamu.”

Youjin mengintip isi kantung kertas itu satu per satu, lama. Inseong harap-harap cemas menanti apa yang mungkin ditemukan di dalam sana yang membongkar kebohongannya. Bukan karena harus menanggung malu, Inseong lebih takut Youjin tahu ada yang mengasihani ketidakberuntungannya. Ini baru kali pertama terjadi jadi Inseong tidak tahu bagaimana Youjin akan bereaksi.

“Terima kasih,” kata Youjin pelan.

Fiuhh..  

Menuju ruang tunggu bandara, KNK berpapasan dengan sekelompok remaja usia sekolah yang baru turun dari pesawat. Suasana hiruk-pikuk di lobi beberapa saat lalu terulang kembali. Teriakan dan pekikan itu milik remaja puteri yang mengenali lima sosok rupawan yang berjalan berlawanan arah dengan elevator mereka yang menuju ke bawah. Untungnya tidak ada yang nekat melompat pindah sebab hanya sejengkal jarak antara elevator naik dan turun. 

Reaksi para remaja puteri itu wajar. Begitulah Tinkerbell—atau para fans grup idola lain pada umumnya—jika bertemu idola mereka. Inseong maklum, tapi dalam hati ia berharap gadis-gadis itu sedikit dapat mengendalikan diri. Ia merasa orang-orang lain yang terganggu meyalahkan keberadaan KNK atas polusi suara di ruang publik seperti kejadian barusan. Rasanya bukan begitu setiap sekolah mendidik muridnya cara bersopan-santun. Para gadis memang selalu melakukan sesuatu yang memalukan untuk mencari perhatian. Salahkan Eunah untuk sentimen ini. Sekarang Inseong tidak bisa melihat gadis lain tanpa mengenyampingkan sifat mereka yang menyebalkan. Baginya, semua gadis berusaha memancing kesabarannya seperti yang selalu Eunah lakukan, yang hanya berujung pada kekesalan. Ia tahu, ia tidak boleh menyamaratakan seluruh populasi dan ia tidak bisa mempertahankan pendapat pribadi ini sebab nantinya ia harus mengenyampingkan semua rasa tidak nyaman dan memilih seorang padis sebagai pendamping, tapi di usia 23 tahun sekarang ini siapa yang membicarakan soal rumah tangga? Apa dan di mana itu?

(Tentu, di satu titik, Inseong mencoba berkencan. Itu adalah hal yang normal dilakukan anak laki-laki seusianya. Maka ia menerima begitu saja pengakuan cinta yang datang kepadanya. Jaein bukanlah pilihan buruk. Gadis itu cukup diperbincangkan di antara para siswa karena kemolekan tubuhnya. Mereka berbagi kesamaan soal makanan kesukaan dan lego dan, terutama, Ny.Jung menyukai gadis itu. Dengan Jaein, Inseong belajar memalsukan reaksi. Sebagaimana yang ia lakukan juga saat berkumpul dengan siswa lain, memperbincangkan idol perempuan mana yang sedang tren saat ini. Mudah melakukannya. Ia hanya harus mengamati dan meniru apa yang ‘sepantasnya’ dilakukan. Saat ditanya siapa tipe idealnya, Inseong menjawab Bora, salah satu anggota girlgroup seksi Sistar dan dari reaksi siswa lain yang mengakui pilihannya Inseong bangga telah belajar dengan benar.

Hubungan itu berakhir begitu saja seakan tidak pernah dimulai dan Inseong beruntung karenanya. Debutnya bisa saja dikotori skandal murahan akibat curahan hati mantan pacar yang tidak dianggap.)

“Hyung, apa aku setampan itu?” Inseong mendengar Heejun bertanya pada Youjin. Youjin melepas salah satu earphone dari telinganya dan Heejun mengulangi pertanyaannya dan menambahkan, “Kau lihat sendiri gadis-gadis itu. Heboh sekali. Gegap gempita lebih dari Piala Dunia. Kurasa itu karenamu, hyung. Selebriti-Kim-You-Jin.”

“Ne? Bukankah itu karena Inseong dan Seungjun?”

Inseong belajar jika nama yang disebut duluan lebih unggul dibanding yang berikutnya. Seperti Eunah dan Inseong di urutan kelahiran. Seperti Inseong dan Eunah di peringkat akademis di sekolah. Seperti hamburger dan pizza di daftar makanan kesukaan Inseong. (Atau, dalam percakapan tertulis di mana setelah ‘dan’ dijeda spasi tiga titik yang menyatakan pembicara berpikir terlebih dulu sebelum menyebut objek kedua. Tidak jarang, malah, tidak ada yang disebutkan lagi karena pembicara gagal memikirkan lanjutan kandidat yang pantas.) Nomor dua selalu pilihan lain dari yang terutama. Memang, Youjin bisa saja menyebut Inseong terlebih dahulu karena posisi Inseong lebih dekat denganya dibanding Seungjun. Tapi teori itu dibantah sebab nama Heejun disebut terakhir kali padahal Heejun-lah yang sebenarnya berada paling dekat dengan Youjin. Menurut Youjin, Inseong yang paling pantas dijuluki selebriti? Lebih dari Park Seungjun yang visualnya fenomenal?

Lagi, Inseong harusnya tidak berpikir aneh-aneh tapi seseorang dalam dirinya tidak mau tahu. Menurutnya selalu ada alasan dibalik kejadian. Dan, Youjin yang menyebut namanya terlebih dulu merupakan sesuatu yang pantas dirayakan.

Yay!

 

*

 

Kim Youjin adalah sebuah anomali; suatu kepribadian yang disebut Seungjun terlalu spesial karena sulit dilukiskan dalam kata. Semua setuju, tidak ada sanggahan. Jika Jihun dan Heejun pernah menyebut Youjin suka bermain tangan dibanding kata-kata atau suka melakukan kekerasan fisik, itu hanya godaan belaka sebab pada kenyataannya, belum sekalipun Inseong melihat Youjin lepas kendali. Pribadi dewasa berusia 23 tahun itu tepat seperti yang digambarkan hitungan usia, berbeda betul dengan Seungjun yang sama sekali tidak bisa diharapkan bila dihadapkan masalah kehidupan sesungguhnya.

(Orang tua anggota KNK mengungkapkan kelegaan masing-masing mendapati putera mereka ditempatkan dalam satu tim bersama pribadi penuh tanggung-jawab seperti Kim Youjin, seperti yang dikutip dari mulut Ny.Jung: Youjin dapat mencegah KNK berjalan menuju arah yang salah. Beberapa kali, Youjin membuktikan perannya sebagai hyung yang mengayomi—termaktub dalam pengalaman mengesankan menjadi tertua dari empat bersaudara Kim yang kesemuanya laki-laki—bahkan melebihi peran leader. Memang, pemimpin tim harusnya seseorang yang paling tua di antara anggota sebab diperlukan lebih dari sekedar pengalaman untuk memimpin tim dengan banyak kepribadian. Namun, Youjin, dengan penuh kepercayaan menyerahkan mandat itu pada Jihun yang menurutnya lebih ‘berpengalaman’ darinya (mengesankan, bahkan saat dites di alat detektor kebohongan, Youjin berkata jujur atas keputusan tersebut). Dan, memang, sejak ditunjuk menjadi leader, Jihun lebih dapat dipercaya daripada sebelumnya).

Inseong tahu betul mengapa Eunah begitu tergila-gila dengan Youjin.

Sebab, apa kekurangan Youjin?

Tapi Inseong melihat betapa rapuhnya Youjin saat mendapati dirinya melakukan kesalahan di panggung Music Bank. Sebetulnya, itu hanya kesalahan kecil. Semua orang mungkin melakukannya. Bahkan bintang terkenal pun pernah tertangkap basah salah melakukan koreografi—seperti Youjin, suara out of pitch, terjatuh, atau bahkan lupa lirik.

Kesalahan Youjin dapat dimaklumi. Bayangkan, KNK melakukan promosi BACK AGAIN hampir tanpa henti. Dalam seminggu, setidaknya mereka menyanyikan lagu itu lebih dari 30 kali, menghitung rehearsal sebelum take live di acara musik. Jika diberi pilihan, Inseong akan minta lagu itu dilarang dinyanyikan selama beberapa saat sampai jenuhnya hilang. Semua reff di lagu itu adalah miliknya namun itu tidak sebanding dengan tugas yang dipikul Youjin sebagai sesama vokalis utama. Di KNOCK, mereka berbagi rata namun di BACK AGAIN, semua bagian tinggi dinyanyikan Youjin. Youjin sudah mengungkapkan ketidakyakinannya akan penampilan langsung lagu itu yang menurutnya sangat riskan dan rentan salah. Sejenak, Inseong lupa akan hal itu sebab Youjin selalu membawakannya dengan sempurna.

Tidak ada yang berpikir Youjin akan terpukul sedalam itu.

Inseong ingin memeluk Youjin dan meyakinkan bahwa tidak ada yang salah. Sialnya, kesempatannya diambil Heejun, yang dengan mulus, ambil tempat di samping Youjin dan menenangkan Youjin dengan humornya. Sejurus kemudian Youjin kembali ke mood yang biasa. Inseong tidak percaya betapa mudahnya melakukan itu seandainya ia tidak banyak berpikir apa yang pantas dan tidak pantas dilakukan.

Kenapa ia jadi banyak berpikir belakangan ini, uh?

 

*

 

Tepuk tangan membahana mengakhiri duet Youjin dan Inseong membawakan lagu ‘You are My Spring’. Penyiar pembawa acara radio yang juga penyanyi senior sekaligus pemilik lagu tersebut, Sung Sikyung sunbaenim, memuji habis-habisan keselarasan Youjin dan Inseong memadukan suara. Menurutnya suara Youjin dan Inseong memang diciptakan untuk bersama. Lalu pembicaraan beralih pada bos besar YNB yang pandai menemukan bakat, seperti Noel, senior KNK yang terkenal akan keharmonisan vokal membuai telinga.

“Seandainya KNK akan membuat unit, kurasa Youjin-sshi dan Inseong-sshi adalah pasangan yang tepat,” kata Sikyung sunbaenim, kembali pada topik sebelumnya. “Bagaimana menurutmu tentang Jung Inseong-sshi, Youjin-sshi?”

Youjin mengangguk. “Ne. Aku akan sangat senang jika dipasangkan dengan Inseong-sshi. Inseong-sshi memiliki suara yang cocok dengan tipe lagu ballad, pop, sampai rock. Genre yang luas.”

“Rock? Inseong-sshi?”

“Ah, ne. Aku—”

“Sunbaenim, jika ditanya duet, aku juga ingin dipasangkan dengan Youjin-sshi,” dari samping, terdengar Heejun menyatakan pendapatnya.

Inseong melengos. Mereka sedang membicarakan duet Inseong dengan Youjin, yang pantas dilakukan setelah pembuktian langsung dengan duet beberapa saat lalu. Kenapa Heejun harus memunculkan diri? Apa Heejun membicarakan duetnya 1 menitnya kala menyanyikan ‘Cheer Up’ milik Twice? Siapa juga yang ingin tahu dengan siapa Heejun suka berduet? Jika sudah saatnya, Sikyung sunbaenim akan menanyakan hal itu. Lihat, sekarang topik beralih pada preferensi Seungjun dan Jihun yang memilih satu sama lain. Lalu kapan lagi mereka akan membicarakan kombinasi Youjin dan Inseong? Dasar Oh Heejun!

Entahlah, sejak Heejun menikungnya beberapa waktu lalu di insiden yang mengguncang kepercayaan diri Youjin, Inseong merasa ada semacam kompetisi kabur antara dirinya dengan Heejun, tentang siapa anggota terfavorit versi Youjin. Tinkerbell sama sekali tidak membantu dengan meresmikan Heejin, Heejun dan Youjin, sebagai pesaing Jinseong (mau bagaimana lagi sebab Seungjun dan Jihun tidak mungkin diganggu-gugat sejak selalu melekat erat seperti gula dan rasa manis yang dikandungnya, maka tiga sisanya berebut kombinasi). Inseong tahu Heejun, bungsu daru dua kakak perempuan, selalu menginginkan seorang kakak laki-laki dan Youjin disebutnya panutan yang menginspirasi, tapi ia tidak menyangka Heejun membutuhkan sebuah pengakuan tentang kedekatannya dengan Youjin.

Seperti yang Inseong targetkan untuk menyerang Eunah.

“Oh, pendengar Seoul34-sshi mengirim pesan. Youjin-sshi, di antara Heejun atau Inseong, siapa yang akan kaupilih sebagai duet?” Sikyung sunbaenim membawa layar komputer di hadapannya. “Aigoo, pertanyaan sulit. Heejun-sshi dan Inseong-sshi, apapun jawaban Youjin nanti, tolong jangan dimasukkan ke hati, ya.”

Sial.

Kata-kata itu semakin membebani Youjin yang sungguh tidak tahu harus menjawab apa. Dari duduknya yang maju dekat mikrofon, kini anggota tertua itu mundur sepenuhnya dari tanggung-jawab memberi jawaban hingga kursi yang diduduki rodanya menggelinding menjauh dari meja. Hanya tertawa tanpa suara, Youjin melihat pada Heejun yang—kali ini beruntung—duduk di sampingnya lalu pada Inseong yang duduk jauh di ujung meja. “Aku...”  

Heejun tertawa geli tapi matanya telah melandas pada yang ditanya, tidak sabar mendengar jawaban... ah, tidak, Heejun bersiap mendengar namanya disebut. Kepercayaan dirinya yang meluap-luap terpancar dari sorot mata yang berbinar. Ia bahkan tidak memberi Inseong perhatian sama sekali. Baginya, Inseong bukan lawan sepadan perebutan posisi.

Produser acara melambai dari balik bilik kaca, mengisyaratkan sudah waktunya iklan komersial. Sikyung sunbaenim mengangkat jempol dan berkata, “Youjin-sshi, kita tidak punya banyak waktu. Sebut saja satu nama! Inseong atau Heejun...”

“Youjin-ah, cepatlah!” desak Seungjun.

Youjin mendekatkan mulut ke mikrofon. “Pass.”

Jingle iklan gula-gula kapas menjadi lagu pengantar kekecewaan Inseong. 

 

*

 

“Inseong hyung.”

Inseong melengos dan menyahut setengah hati tanpa melihat Heejun yang memanggilnya. Artikel tentang kesemek di ponselnya jauh lebih penting, bukan? Ya, tahun ini panen kesemek di Cheonju berlipat ganda dibanding tahun sebelumnya. Menjelang tahun baru nanti, warga Korea tidak akan dipusingkan soal habisnya stok—

“Inseong hyung...”

—kesemek, yang merupakan salah satu hal wajib untuk disajikan pada sanak keluarga—

“Inseong hyung...”

Aish, apa mau anak itu?, pikir Inseong. Intonasinya yang tanpa nada seolah memerintah dengan angkuh agar memberinya perhatian yang enggan Inseong berikan. Apa biasanya Heejun memang semenyebalkan ini? Selama ini Inseong pasti kurang memperhatikan.

Daripada menuruti Heejun, kesemek di Cheonju—

“Inseong hyung...”

“Aish, Oh Heejun!” seru Inseong sebal. “Apa sih maumu?”

Heejun menatap lurus Inseong di sofa dari duduknya yang menyandar di dinding cermin ruang latihan KNK. Mereka sedang menunggu siaran v-live dimulai setengah jam lagi sesuai jadwal selagi tiga anggota lain tiba dari perawatan kulit. Inseong merasa sial terjebak di situasi aneh ini bersama orang yang menyebabkan moodnya turun sejak kunjungan radio kemarin. Sudah hampir 18 jam mereka belum berbicara satu sama lain (ada 132 artikel Naver Inseong jelajahi dari resep membuat kimchi sampai kesemek di Cheonju untuk mengindari percakapan dan, tanpa ia duga, Heejun paham bahayanya mengusik singa tidur dan mengekor permainan tutup mulut Inseong). Tinkerbell tidak akan menduga karena sesaat kamera v-live dinyalakan, Inseong dan Heejun siap berakting seolah mereka dua bersaudara akrab tidak terpisahkan. Ironisnya, seperti yang sudah-sudah.

Mengakui ‘ya, Oh-menyebalkan-Heejun, kau membuatku kesal, enyahlah ke planet Mars sana!’ seolah menyatakan kegagalan pengendalian diri. Inseong, lahir 2 tahun lebih awal, merasa pamornya jatuh jika lepas kendali seperti itu. Sedari kemarin, tarik napas panjang dan membuka tautan di Naver cukup membantu mengalihkan perhatian.

“Bisa tolong operkan botol di depanmu?” akhirnya, Heejun menyampaikan maksudnya.

Inseong melempar botol minum yang diminta sekuat tenaga. Namun, niat jahatnya urung kesampaian karena bukannya menghantam Heejun dengan telak, sang maknae berhasil menangkap botol itu sebelum mendarat di perut; target serangan Inseong.

Sepanjang v-live di malam yang sama, Inseong menatahkan diri rapat di sisi Youjin. Tinggi tubuhnya yang hanya berselisih 2 cm dengan nama tersebut memudahkannya untuk menyampirkan lengan ke bahu Youjin. Heejun akan cukup kesulitan meniru tindakan tersebut sebab lima menit saja akan memberinya keram ketiak. Munculnya komentar Jinseong muncul, menggembirkan Inseong. Tinkerbell tahu caranya menghargai. Tapi bukan pada Eunah Inseong menujukan pesan pesan kemenangannya melainkan pada Heejun. Bahkan Eunah sama sekali tidak muncul di ingatan.

Saat Inseong berbaring di tempat tidur, ia baru sadar dan bertanya-tanya sendiri.

Mengapa ia berlagak seperti seorang pacar yang posesif?

 

*

 

Sedikit banyak, Inseong tahu ke arah mana Seungjun membawa kedekatannya dengan Jihun.

Ia pernah bertanya, “Apa itu normal?”

Saat petinggi YNB bersuara, jelas ada sesuatu yang salah. Usai wawancara di salah satu stasiun TV, Seungjun dipanggil ke kantor di lantai tiga. Jihun ikut bersamanya; bukan hanya karena leader harus bertanggungjawab atas segala hal yang dilakukan pengikutnya tapi karena apa yang Seungjun lakukan berkaitan erat dengan Jihun sendiri.

Semua bermula dari pertanyaan klise yang tidak perlu diseriuskan: dengan siapa kau akan menghabiskan sehari sebelum kiamat tiba? Di saat Jihun memberi jawaban brilian ‘Tinkerbell’ dan ‘keluarga tersayang’, Seungjun menyebut ‘Jihun’. Alasannya, hanya Jihun yang bisa membuat Park Seungjun merasa tenang dan siap menerima kehancuran dunia. Ingat, tidak perlu diseriuskan. Tapi dari cara Seungjun menjawab sambil menjalin jemarinya dengan Jihun, padahal Jihun sebisa mungkin menolak, dipandang bermasalah.

Apa itu normal?

Seungjun mencubit pipi Inseong, berkata,Bersama orang tercinta adalah cara terbaik menyambut akhir dunia, dan mengakhirinya dengan kerlingan.

Cinta?

“N-ne?” Inseong bersumpah ia tidak salah dengar namun berharap yang sebaliknya.

Sayang, kedatangan jjokppal pesan antar mencuri kesempatan mengorek lebih dalam.

Puncaknya, malam ini, Seungjun dan Jihun memberi tahu satu hal mengejutkan. Begitu mengejutkannya hingga membuat Heejun jatuh dari kursi dan bertahan di lantai, belum menemukan kekuatan menegakkan tubuh. Inseong, dengan tingkat keterkejutan yang sama, begitu ingin membenturkan kepala ke dinding terdekat.

Ternyata kepindahan Jihun ke kamar Seungjun sejak sebulan lalu itu menandai peresmian hubungan keduanya berdua ke taraf yang lebih tinggi. Ya, mereka sepasang... uf, kekasih—atau apapun istilah yang dapat mengena—sekarang. Seungjun bersikeras ia bukan seorang gay. Ia hanya merasa, Jihun adalah orang yang tepat baginya dan, kebetulan, Jihun adalah seorang laki-laki. Begitu pula sebaliknya. Siapa sangka, di setiap garukan punggung yang Seungjun lakukan pada Jihun, sebuah ikatan mendalam ikut dijalin.

Tahu bahwa tim harus dinomor-satukan, Seungjun memutuskan anggota KNK harus tahu. Untuk kali pertama, pemilik tinggi 198 cm itu tampil sebagai orang dewasa. Ia yang berbicara sementara Jihun berdiri di belakangnya, dengan kepala tertunduk, dan belum membuka mulut sama sekali. “Youjin-ah, tidak ada yang akan berubah,” pintanya, setengah merengek. Pasalnya, Youjin—sebagai yang tertua, dianggap tahu apa yang seharusnya dilakukan—bungkam, belum menyatakan pendapat yang dinanti-nantikan.

Inseong melihat Youjin berpikir sangat serius. Tidak salah. Tindakan paling bijak yang perlu dilakukan adalah menjaga perkataan. Topik yang diangkat Seungjun dan Jihun sungguh sensitif. Saat ini Seungjun bersedia memilih Jihun dibanding apapun, bahkan dibanding Digimon atau seluruh camilan manis di Seoul. Dan masa depan KNK. Mau jadi apa KNK tanpa Seungjun dan Jihun? Anggota baru bisa masuk namun tidak akan menggantikan keduanya. Semua tidak akan sama seperti dulu. Karena itu, Inseong dan Heejun menyimpan kata-kata mereka, menunggu Youjin memberi contoh.

Kebungkaman Youjin diakhiri helaan napas panjang. Ia datang membantu Heejun berdiri, menggandengnya seperti anak kecil, menghampiri Inseong, melakukan hal yang sama. Keduanya dibawa ke depan Seungjun dan Jihun. Mereka berdiri membentuk lingkarang, dapat melihat kepada masing-masing. “Semuanya, pinjam tangan kalian.”

Mereka menumpuk tangan masing-masing dengan Youjin sebagai dasarnya. Jihun menjadi orang terakhir yang bergabung, setelah Youjin memintanya secara langsung.

Untuk pertama kalinya, semua mendengarkan Youjin begitu serius tanpa menginterupsi. “Seungjun-sshi dan, kau, Jihun-sshi. Terima kasih telah menyertakan kami dalam bagian rahasia kalian. Heejun-sshi, Inseong-sshi, apa kalian bisa menerima semua ini? Atau, sebaliknya. Itu pilihan kalian. Tapi KNK membutuhkan masing-masing kita untuk saling berpegangan tangan yang erat. Kita harus terus bersatu.”

Inseong mengangguk. “Jika harus gagal karena hal sepele seperti ini, aku tidak akan memaafkan diriku. Mau jadi apa aku nanti?”

“Asal mereka tidak membuat suara-suara aneh tengah malam atau mengotori jiwaku yang murni, aku oke dengan semua,” kata Heejun. Saat Seungjun dan Jihun berpandangan, tahu apa yang Heejun maksud, sang maknae menggeleng keras-keras. “Cukup! Aku tidak minta penjelasan.”

Semua tertawa. Sejenak, ketegangan suasana melunak.

“Hyung, kau... tidak marah?” tanya Jihun kemudian. Sebagai leader, ia merasa gagal.

Youjin menggeleng. “Aku akan marah jika nantinya tahu dari orang lain. Satu hal, kuulangi lagi. Jika ketahuan, bukan hanya kalian yang akan menanggung akibatnya. Paham? Ayo, kau leader, kan? Pimpin yell kita.”

Jihun mengangguk, memimpin, “Keunakeun, hwaiting!”

Seungjun memeluk Youjin. Sambil terisak, Jihun ikut mengungkapkan rasa terimakasihnya.

 

*

 

Beberapa saat kemudian, Inseong dan Youjin duduk berdampingan di beranda. Mereka terkejut bertemu di ruang tengah, sama-sama tengah menuju beranda, dan kemudian sepakat berbagi kursi panjang di sana. Udara malam lebih hangat dari biasanya, di satu bulan menjelang musim panas, dan mereka bisa berbincang tanpa menggigil.

“Di mana mereka?” tanya Youjin.

Inseong menunjuk sayup-sayup suara dari dalam. “Di kamar. Bermain monopoli.”

“Tidak ada yang berubah. Syukurlah.”

“Aku tidak menyangka,” kata Inseong. “Sungguh... di luar dugaan,”

“Benarkah? Mereka terlalu mudah dibaca.” Youjin sudah memiliki praduga yang dikumpulkan sedikit demi sedikit. Dari keposesifan Seungjun, prioritas Jihun, dan tindak-tanduk dua nama tersebut yang mencurigakan. Agak sulit dipercaya tidak ada staf YNB yang curiga.

“Bukan,” bantah Inseong. “Aku sama sekali tidak mengira reaksi hyung sangat positif. Kupikir...”

Youjin menggeleng. “Siapa yang sanggup menghentikan cinta? Mereka dijalankan oleh sistem yang rumit dan kompleks. Lalu, sebelum kau dapat menjelaskannya, tiba-tiba semua terjadi begitu saja. Tiba-tiba kau merasa terhenyak seakan baru saja ditabrak truk besar. Disadarkan, orang itu diciptakan untukmu. Apa yang salah dengan itu?”

Sebagaimana Youjin tercipta untuk Inseong, mungkin.

Eh?

Untuk... Inseong?

“Yah, kau kenapa?” Youjin tertawa. “Telingamu memerah.”

Panik, Inseong menggosok-gosok puncak telinganya, berharap ‘barang bukti’ memalukan itu lekas musnah. Ada tiga hal yang menyebabkan fenomena tubuh itu: demam, kedinginan, dan karena memikirkan sesuatu yang memalukan. Lupakan dua penyebab pertama! Siapa yang demam tiba-tiba di suasana sehangat ini? Fakta bahwa itu terjadi setelah Inseong memikirkan bahwa Youjin tercipta untuk Inseong, diposisikan sebagaimana Seungjun menyebut Jihun diciptakan untuknya, tidak bisa ditolerir urat malu. Inseong ingin melompat dari beranda saat itu juga. “Aku mau masuk. Di sini terlalu dingin,” ia bergegas meninggalkan beranda dan Youjin yang menatap sumringah seolah Inseong telah menghiburnya.

“Inseong hyung,“ panggil Heejun, menyilangkan tangan, berdiri di hadapannya, menghalangi jalan menuju kamar Inseong. Apa yang mungkin disaksikannya barusan?

Inseong mengabaikan Heejun. Tidak ada waktu meladeni cemooh. 

 

*

 

“Kenapa kita tidak membaca komentar Tinkerbell? Sengjun oppa, apa kimchi masih suka minta digaruk sebelum tidur? Ne. Kim Jihun tidak bisa tidur nyenyak jika punggungnya tidak kugaruk. Oh, Jihun oppa, winkeu. Jihun oppa, harteu. Yah, Jihun oppa, mau ke mana? Kau tidak mengabulkan permintaan Tinkerbell? Mana winkeu dan harteu-nya? Ayolah, lihat ke kamera. Winkeu. Oke. Harteu...”

“Hyung~”  

Para staff YNB dan manajer terkikik melihat drama antara Seungjun dan Jihun. Menggemaskan, begitu pikir semua. Jika mereka tahu apa yang sebenarnya tengah terjadi... bahwa Seungjun terang-terangan genit di depan Jihun, bahwa sepasang burung merpati itu memanfaatkan momen disaksikan sepuluh ribu pasang mata saat ini sebagai deklarasi rasa cinta satu sama lain, bahwa mereka sedang mempermainkan keluguan semua orang, sungguh memuakkan.

Setidaknya, bagi Inseong.

Benarkah tidak ada yang berubah? Atau, perubahan itu sengaja dikesampingkan, dianggap tidak nyata, agar tidak mengganggu keharmonisan yang terjalin. 

Youjin menyela, mengendalikan suasana. “Yah, Park Seungjun, Kim Jihun, berhenti bersenda-gurau! Ini bukan saatnya main-main! Tinkerbell sudah menantikan siaran ini sejak lama.” Percuma, anjuran itu dianggap angin lalu; Seungjun dan Jihun tetap saja asik sendiri. Hanya menghela napas yang bisa Youjin lakukan (Inseong pun hanya bisa bersimpati). “Inseong-sshi, jangan diam saja. Tolong baca beberapa komentar.”

Oh.

“Youjin-ie, celanamu terlalu pendek. Awas nanti kau kedinginan.”

Youjin melambai ke lensa. “Jangan khawatir. Musim panas sudah hampir tiba, Tinkerbell.”

Dengan cepat, Seungjun mucul kembali memenuhi layar dengan pemujaan tidak berujung Kim Jihun-nya yang ‘menggemaskan’. “ Jihun oppa, kau terlihat sangat hansom. Kemari, Jihun-ie,” yang disebut ditarik ke tengah-tengah dalam solo shot, usai Seungjun mengusiri anggota lain, “tunjukkan pada Tinkerbell wajah tampanmu.”

Heejun menarik Inseong keluar dari jangkauan sorot kamera. “Pinjam sebentar,” katanya sambil merebut ponsel di tangan Inseong. Inseong dengan segera menyadari apa yang tengah sang maknae lakukan. Heejun mencari komentar barusan dan siap membongkar kebohongan menyedihkan tentang celana pendek Youjin!

Panik, Inseong merebut ponselnya kembali. “Kembalikan! Percuma! Komentarnya berlalu dengan cepat.”

Ya, tapi tidak mustahil untuk menemukannya. Setelah acara usai nanti, seluruh komentar bahkan bisa dipelototi satu-persatu dengan mudah. Inseong terlalu yakin anggota yang lain tidak pernah peduli setelah siaran berakhir. Namun, melihat Heejun memberinya tatapan menghakimi beserta seringai ‘aku-tahu-semuanya’, tampaknya ia salah. Mulai sekarang ia harus berhati-hati dalam berkata-kata atau Heejun akan tahu apa yang sedang coba Inseong lakukan.

Jung Inseong sesungguhnya tidak jauh lebih baik dari Seungjun dan Jihun.

Memuakkan.

 

*

 

Sejak kapan ini semua menjadi tentang Youjin dan Inseong?

 

*

 

Marahnya Inseong yang benar-benar mendefiniskan kata marah adalah ketika namanya tidak tercantum dalam daftar debutan di bawah nama ‘Bangtan Seonyeo’ atau ‘Bulletproof Scout’ atau, singkatnya, grup yang debut di tahun 2013. Inseong, dengan talentanya, percaya diri bisa masuk dunia hiburan di usia belia 19 tahun. Di usia 23-25, ia akan mereguk kesuksesan. Di usia 26-28, ia akan menjadi yang terbaik di dunia. Di awal 30, ia akan pergi wajib militer dan 2 tahun kemudian kembali menyambung cerita suksesnya. Muluk, memang, dan Tuhan tampaknya membenci ciptaan-Nya yang berencana tanpa nalar.

Sebelum kasus di atas, Inseong pernah juga marah pada Eunah yang merenggut cinta pertama Inseong begitu saja. Namun, minggu lalu, saat KNK tampil di acara di Busan, ia dipertemukan dengan cinta pertamanya. Ia tidak menyapa—terpaksa berbohong pada Seungjun bahwa matanya memerah akibat debu—terlalu takut memperlihatkan diri, hanya bisa menyaksikan dari kejauhan bagaimana Yoojung-sshi menikmati kebahagiaan bersama suami dan puteri kecilnya yang menggemaskan. Saat itu, Inseong merasa mungkin ini yang terbaik bagi sang mantan tutor belajar. Yoojung yang terlalu baik hati tidak mungkin menolak pengakuan cinta Inseong. Bayangkan, dengan kehidupan trainee, debut, dan karirnya bersama KNK, Inseong bukanlah pendamping yang pantas. Bila waktu itu Yoojung memilih terjebak bersamanya, mungkin Yoojung tidak akan merasakan kebahagiaan yang sama seperti yang didapatkannya sekarang. Menyadari itu, Inseong sedikit berterima kasih pada kelancangan Eunah yang berhasil mencegah takdir menyedihkan itu.

Baik, itu cerita lama. Kini, Inseong mengulang kembali marah yang sama.  

Sayangnya, pada orang yang baru saja ia beri ucapan terima kasih.

Dengar, siapa yang lebih baik dari Kim Youjin? Apa hebatnya Lee Dongyook ini? Kenapa Eunah dengan begitu mudahnya mengalihkan hati? Ke mana semua keposesifannya yang mencekik itu? Pertanyaan-pertanyaan terus menumpuk selagi Inseong mengabaikan satu fakta penting. Inseong tidak mau tahu si Dongyook yang biasa-biasa saja ini sebetulnya berstatus kekasih resmi Eunah.

Inseong mengekspresikan kemarahannya dengan mengacak-acak kamar Eunah selagi kakak perempuannya itu pergi ke kamar mandi. Ada yang salah dengan pemandangan di ruangan itu. Dinding yang tadinya ditempeli poster Youjin telah bersih. Bahkan sama sekali tidak terdapat jejak tertinggal bahwa Eunah pernah menjadikan Youjin obsesi terbesarnya. Pigura foto yang kini berisi foto Eunah dan pacarnya yang biasa-biasa saja menjadi korban pertama, jatuh berkeping-keping di lantai.

“Ada apa denganmu?” teriak Eunah, menyadai apa yang terjadi. “Yah, babi kecil, pergi dari kamarku! Pergi!!!” Eunah memekik melihat koleksi majalahnya dihamburkan ke udara. Ia berlari ke tangga, memanggil bantuan. “Eomma! Coba lihat! Lihat apa yang Jung Inseong— AW!” Inseong mencengkeram lengan Eunah. “Lepaskan aku! Kau menggila! Kau sudah gila!”

“Jawab aku, nuna! Bagaimana dengan Kim Youjin?”

“Ha?”

“Hanya segini saja perasaanmu padanya? Pembohong busuk! Kau tidak pernah serius— AW!”

Eunah mencengkeram lengan Inseong balik. Gantian, Inseong yang berteriak kesakitan. Harus diakui, dalam situasi yang dibutuhkan, Eunah memiliki kekuatan tersembunyi yang tidak akan disaingi Inseong. ”Aku lelah! Setidaknya aku punya sesuatu yang nyata untuk bisa kusentuh. Perlu kutekankan, KAU MENANG, JUNG INSEONG!!! Puas? Kembalilah ke YNB dan ambil medalimu!”

 

*

 

“Youjin hyung belum kembali.”

Sesaat setelah Inseong menginjak dorm, Heejun memberinya informasi itu. Tidak ada yang bertanya. Libur KNK masih tersisa satu hari lagi jadi terserah Youjin bagaimana memanfaatkan waktu bebas tersebut sesukanya dan kembali lusa. Seperti yang diketahui, Youjin pulang ke rumah dan menghabiskan waktu berkualitas bersama adik bungsu berbeda 13 tahunnya berkat foto yang diposting di fancafe. Mengapa Heejun menganggap Inseong secara khusus ingin tahu soal itu?

Menyebalkannya, Heejun menyambung, “Seungjun hyung dan Jihun hyung... apa hyung perlu tahu ke mana mereka pergi?”, begitu saja, mengabaikan jeda panjang yang terjadi bahwasanya tadi ia tengah menantikan respon Inseong dari informasi pertama yang diberikan.

Inseong pergi ke kamar mandi dan membersihkan diri menghabiskan lebih kurang 10 menit. Ia tidak terkejut menemukan Heejun duduk manis di tempat tidurnya, seolah menantikan kedatangan empunya kamar.

“Inseong hyung...”

Nada itu lagi.

“Malam ini hanya ada aku dan hyung. Manajer hyung baru akan kembali besok pagi.”

Lalu?

“Mari bicara.”

Jangan harap!

“Pergilah,” kata Inseong, membuka pintu lebar-lebar, mengatakan permintaannya setengah memohon. “Aku mau langsung tidur.” Tidak bohong. Setelah hiruk-pikuk dengan Eunah, ia lelah. Alasan yang sama menyebabkan kepulangannya sehari lebih dini. Ia enggan berada satu atap dengan sumber kekesalannya berlama-lama.

Heejun bergeming. “Kau bisa mengatakannya padaku.”

Heejun mendorong Inseong mengatakannya lewat mulut sendiri, kan? Apa ini sebuah permainan? Sial! Kenapa orang-orang tidak berhenti membuatnya naik pitam? Tidak masalah. Marahnya masih tersisa banyak. Jika Heejun ingin kebagian—

“Apa yang menghentikanmu, hyung?”

Inseong menghantam pintu.

Cukup!

“Youjin hyung, aku mulai menyadari bahwa aku sepertinya memendam perasaan yang tidak seharusnya padamu yang tidak tahu harus kuapakan ke depannya, yang tidak tahu ke mana arahnya. Silakan membenciku sesukamu sebelum semua berkembang menjadi sesuatu yang tidak terkendali. Demikian, pengakuanku. Tertanda, Jung ‘homo’ Inseong.”

Inseong 0 – Heejun 1.

“Jangan berlagak bodoh, Oh Heejun! Aku tidak akan mempermalukan diriku!” seru Inseong gusar. Mereka tidak bisa bertindak sembarangan. Youjin punya segala hak untuk menjauhi Inseong. Siapa yang tidak? Berdekatan bersama seseorang yang menginginkanmu di luar batas normal merupakan sebuah ancaman. Inseong bisa menempatkan diri di posisi Youjin. Ia tidak bisa memberatkan Youjin lebih dari sekarang sebab kesibukan KNK sendiri sudah cukup membuat hyung tertua itu stress. “Aku... tidak bisa melakukannya.”

Jika perlu, perasaan ini akan dibiarkan membatu, mengeras, memfosil, dan terlupakan. Inseong akan melewati fase tersebut sedikit demi sedikit. Ia tidak berani mengharap apapun.

Heejun tidak setuju. “Hyung lihat sendiri Youjin hyung menerima Seungjun hyung dan Jihun hyung. Ini tidak akan seburuk bayanganmu, hyung. Kita... membicarakan Kim Youjin, hyung!” Ia berdiri menghampiri Inseong. “Aku memperhatikan. Youjin hyung berubah. Apa kau tidak melihat bagaimana sekarang ia tidak alergi sentuhan separah dulu? Lebih banyak tertawa. Ia juga lebih interaktif di depan kamera. Bukan aku, bukan Jihun hyung, bukan Seungjun hyung. Percaya atau tidak, kau... Jung Inseong-sshi adalah penyebabnya.”

“Ne?”

“Aku tidak tahu apa rencanamu tapi kau berhasil melakukannya, hyung. Selamat?”

Inseong duduk bersila menyandar di pintu. Apalah artinya ucapan selamat Heejun. Itu tidak akan merubah apapun. Perasaannya pada Youjin tetaplah sesuatu yang tidak layak diumbar. Tunggu. Memangnya apa yang ia harapkan jika Youjin tahu? Youjin memang menerima Seungjun dan Jihun dengan tangan terbuka. Entah apa akan mencontoh mereka jika disodorkan proposal yang sama. Lagi pula, apa Inseong pantas untuk Youjin?

Heejun segera duduk di sampingnya.

“Hyung ingat bagaimana aku memberitahumu perihal Jinseong? Hyung bertanya bagaimana reaksi Youjin hyung, kan?” Bukannya segera menjawab, Heejun sejenak menutup mulutnya, menahan tawa. Teringat sesuatu yang lucu sepertinya, yang hanya dimengerti olehnya sendiri. Melihat Inseong tetap serius, ia segera menyambung, “Aku tidak bercerita keseluruhannya. Youjin hyung...” sekali lagi, perkataan Heejun harus terputus oleh keinginan meluapkan tawa, “...ah, hyung, kau tidak akan percaya apa yang dikatakannya sesaat setelah melihat foto kalian itu.”

Kali ini Heejun tertawa keras.

“YAH!” hardik Inseong. Mungkin Heejun tidak bermaksud menyinggung tapi dalam kondisi sensitif, Inseong merasa keingintahuannya sedang disindir. “Jangan mengujiku! Aku bisa menggigit jarimu sampai putus!”

“Apa, sih? Aku cuma mau bantu, kan?” Heejun berdeham. Dalam sedetik, keseriusannya kembali. “Sewaktu melihat foto kalian, foto pangantin kalian untuk siaran tahun baru Chuseok itu, Youjin hyung bilang kalian seperti... Mongryeong dan Chunyang-nya YNB.”

HA?

Heejun mengangkat alis. “Lucunya, kau tahu apa yang manajer hyung katakan? Kim kkul nojjaem Youjin-sshi.” Tawa Heejun pecah. Ternyata itu bagian yang lucu bukanlah apa yang dikatakan Youjin. “Youjin hyung memang punya bakat menghidupkan kebosanan.”

Tidak ada yang lucu. Percayalah, 99,999% populasi Seoul sepakat menilai tidak ada yang lucu dari cerita Heejun. Itu hanyalah Youjin dan karakter uniknya. Tapi Inseong dibuat tersenyum. Baginya, Youjin yang selalu mengatakan hal-hal membingungkan memiliki daya tarik tesendiri bagi yang berminat menghargainya. Pendapat itu memang tidak populer dan terpapar bias yang kentara sekali. Hah, Inseong tidak peduli! 

“Mungkin ini sebuah harapan?” lanjut Heejun. Menyamakan dirinya dengan pasangan legendaris Korea, Mongryeong dan Chunyang, menunjukkan bahwa Youjin mengakui keserasiannya berdampingan dengan Inseong. “Bersemangatlah, hyung!”

Inseong menggeleng. Ia masih bertahan dengan keputusan awalnya.

“Jangan berkecil hati kalau aku mendahuluimu.” Heejun tersenyum menanggapi keterkejutan Inseong dan angkat bahu. “Bercanda. Hyung tidak tahu bagaimana rasanya menjadi bungsu dari dua kakak perempuan yang selalu mendahulukan diri mereka. Ribuan kali aku memohon agar mereka ditukar dengan kakak laki-laki yang pengertian.”

“Apa semua kakak perempuan di dunia ini seburuk itu?”

“Tidak semuanya. Kita sedang sial saja. Omong-omong,” Heejun mengangsurkan tangannya, hendak menjabat Inseong, mengawali rekonsiliasi mereka, “aku mendukungmu, hyung. Apapun keputusan yang kauambil.”

Inseong melupakan jabat tangan dan menarik Heejun dalam pelukan erat.

 

*

 

Inseong dikejutkan kedatangan Youjin ke kamarnya, terlihat segar usai mandi. Tanpa kata pengantar langsung, vokalis jangkung itu mendamprat Inseong dengan kalimat tanya menghenyakkan. Hampir membuat Inseong pingsan karena sakit jantung.

Youjin bertanya, “Heejun-ie bilang ada yang hendak kausampaikan padaku?”

Ma-maaf, bisa ulangi sekali lagi?

Ini jebakan! Oh Heejung tengik! Apa kemarin ia bilang soal ‘aku mendukung apapun keputusan’ Inseong? SIAL!!! Heejun mendorong Inseong ke laut, mempercepat proses penenggelaman dengan beban batu yang sedianya diikatkan di kaki namun diikatkan di leher.

Inseong tercekik. Kehabisan napas—

“Mungkin aku salah dengar.” Youjin bergerak kikuk antara bertahan atau keluar dari kamar Inseong. Dari kaki kiri yang menghadap keluar, tampaknya pilihan kedua yang diambil. “Kalau begitu...”

“Hyung,” panggil Inseong. Ia beringsut duduk di sisi tempat tidur. “Bisa tutup pintunya dulu?” Youjin melakukan yang diminta sebelum duduk di tempat yang telah ‘disediakan’ di sebelah Inseong. Inseong mengelus-elus puncak lutut, mengumpulkan keberanian. “Hyung, kau lahir duluan, kan? Tolong cerahkan pikiran sempitku.”

“Yah, kita hanya berselisih tidak sampai setahun—“

Inseong memotong. Mulutnya tidak sabar meracau. “Mengapa seseorang dapat melupakan sesuatu yang begitu berharga dengan begitu mudahnya? Setelah usaha keras yang dapat melukai peraasaan orang lain, semua itu dilepas begitu seja seakan tidak ada artinya lagi. Hyung, orang itu... orang itu begitu bodoh, kan?”

“Orang itu hanya melanjutkan hidup.”

Tapi... Kim Youjin benar-benar sempurna, kan?

“Kuberitahu satu hal. Cerita yang kaudengar soal B.A.P yang membuangku, itu tidak benar.” Manajer hyung mengarangnya karena tidak percaya bahwa Kim Youjin, dengan talenta mengagumkan, sempat mengalami krisis kepercayaan diri yang kemudian mendorongnya keluar dari agensi yang juga membawahi girlgroup populer Secret. “Aku yang meninggalkan TS Ent. Jauh sebelum kedatangan Daehyun-sshi, vokalis mereka sekarang. Aku... pergi atas keputusanku sendiri. Aku tidak bodoh. Jika terlalu banyak yang harus kaukorbankan, pikir lagi, apa yang mungkin kaudapatkan? Apakah sebanding? Maaf saja tapi aku tidak akan bertahan dengan sebuah kemungkinan kecil. Aku melanjutkan hidupku.”

Seperti Inseong yang meninggalkan Big Hit Ent dan FNC Ent. selepas tahu kedua perusahaan itu tidak memberikan apa yang Inseong harapkan. Dengan begitu, Eunah tidak salah. EUNAH TIDAK SALAH. Memang itu yang harus dilakukan. Tinggalkan apa yang percuma dipertahankan. Bodoh adalah jika ia mengambil langkah sebaliknya. Bodoh adalah apabila ia bertahan meski tahu kecil kemungkinan unttuk selamat.

“YNB memberiku alasan kembali. Keputusan yang tepat. Kurasa. Aku nyaman di sini. Itu yang terpenting.” Youjin mengangguk. “Apa pikiran sempitmu sudah agak terbuka sekarang? Maaf, aku tidak pandai memotivasi orang-orang.”

Inseong menggeleng. “Kau sudah melakukannya, hyung.” Satu pekerjaan besar menanti. Ada gundukan hutang maaf yang harus Inseong lunasi kemudian hari. Sekali lagi, Eunah nyatanya tidak seburuk yang Inseong kira. Inseong sendiri yang harus belajar menerima kenyataan itu. “Terima kasih, hyung.”

“Sudah semua?”

Belum.

“Apa yang sebenarnya Oh Heejun katakan pada hyung?” tanya Inseong, penasaran.

Youjin angkat bahu; respon yang sulit diterjemahkan—apakah artinya ‘entahlah’ yang memberi Inseong waktu untuk menimbang-nimbang kebijakan mengambil sikap atau ‘kau tahu sendiri lah maksudku’ yang mendorong Inseong ke ujung jalan buntu tanpa rute berputar. Tapi Youjin bukanlah Youjin jika tidak melakukan sesuatu yang dikagumi. Sang hyung tidak bersikeras. “Jangan terburu-buru. Masih banyak waktu sampai kau siap mengatakannya. Ja, sampai jumpa besok pagi.”

Pintu ditutup.

Bantal meredam keseluruhan teriakan keras nan panjang Inseong. Menakjubkan. Bagaimana ia bisa selamat dari percobaan pembunuhan berencana yang dirancang Oh-licik-Heejun barusan sulit dijelaskan. Bahwa Youjin tinggal selangkah lagi membongkar rahasia kecilnya. Tuhan memutuskan memberi Inseong perpanjangan nyawa. Awas saja. Lihat saja nanti, Oh-sialan-Heejun!, umpatnya.

Inseong menghampiri jendela di samping tempat tidur. Pemandangan malam dari lantai lima apartemen KNK berada tersaji cukup memesona. Seungjun mati-matian menginginkan kamar ini sebelum Inseong memenangkan undian 3 kali berturut-turut. Di musim panas ia diberkahi angin sepoi-sepoi dan di musim dingin ia akan menjadi orang yang melihat salju pertama (jendela ruang tengah sekaligus pintu beranda tertutup jemuran yang tidak pernah sepi).

Tersenyum, ia membuka jendela lebar-lebar dan mengirup udara malam memenuhi paru-paru.

 

 

 

 

***

 

 

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet