may i ?

Description

aku rasa ini salah. tidak seharusnya aku merasakan ini. tidak seharuanya aku membuatnya semakin besar. dan tidak seharusnya aku mengkhawatirkanmu
yaa mengkhawatirkanmu, sampai rasanya aku ingin sekali menangis -Lee RaeKi

'maafkan aku membuatmu khawatir, aku janji tidak akan pernah melupakanmu' -Hwang MinHyun

Foreword

angin berhembus dengan kencang. menerbangkan daun-daun kering musim gugur dalam yang menyapa setiap orang yang melewatinya. udara dingin seolah menyelimuti tubuh yang terlihat kuat di luar tetapi rapuh di dalam.

mantel tebal dan uap yang dihembuskan memperlihatkan bagaimana dinginnya hari itu. setiap orang berjalan dengan cepat sambil menggosok-gosok kan kedua tangan untuk membantu menghalau udara dingin hari itu.

tetapi berbeda dengan gadis bermantel biru di ujung jalan. dia tampak biasa saja dengan udara dingin hari ini. terbukti dengan diamnya gadis itu di sebuah toko boneka. dia seolah tidak merasakan udara dingin yang menyelimutinya.

tiba-tiba satu tetes air jatuh di pipinya tetapi dengan sebuah senyuman. sebuah senyuman yang mengisyaratkan sebuah kerinduan di dalamnya. seolah melihat film di dalam toko boneka itu, dia tersenyum. dia melihat dirinya dan seorang lelaki sedang berdebat untuk sebuah boneka.

mereka sangat asyik seolah mengolok seseorang yang sedang memandangi mereka dengan tetes demi tetes air mata yang mengalir di pipinya. ingin rasanya gadis itu berada disana,mengulang memori indah itu lagi, tetapi apa daya dirinya yang hanya bisa memutar memori indah itu lagi hanya di dalam angannya.

selesai dengan film di otaknya, Lee RaeKi -gadis itu- melanjutkan kembali perjalanannya. dengan langkah pelan, kaki kecil itu menyusuri jalanan kota Seoul. seiring dengan langkahnya, memori  itu terulang kembali, mwngoloknya yang hanya bisa memutarnya di otaknya tanpa bisa mewujudkannya.

sudah enam bulan, RaeKi seperti ini. jujur di dalam hatinya, dia sangat lelah dan ingin menyerah tetapi di hatinya yang paling dalam mengatakan tidak mau. tidak mau berhenti untuk merasakan ini.

merasakan, yang tidak seharusnya dia rasakan. rasa yang menbuatnya seperti orang gila , menangis,melamun,tersenyum tanpa sebab. rasa yang seharusnya dirasakan oleh orang-orang yang memiliki status didalam sebuah hubungan.

RaeKi putus asa dan membiarkan perasaan itu semakin besar sampai-sampai menyelimuti seluruh hati dan pikirannya. dan membuatnya berakhir menangis di kamarnya sepanjang malam.
'kenapa aku harus merasa kan ini Tuhan? kenapa aku membiarkan perasaan ini semakin menjadi?' ucap RaeKi di dalam kamarnya sambil menangis. sampainya dia dirumahpun dia bahkan tidak ingat kalau dia sudah berada di kamarnya dan menangis lagi.

dadanya terlalu sesak untuk bernafas, pikirannya terlalu berat untuk berfikir dan hatinya pun terlalu sakit untuk membuatnya kembali normal.
"kau sungguh bodoh RaeKi, berhentilah menangis hiks.. tidak seharusnya kau sepeti ini hiks" ucap Raeki bermonolog dengan dirinya sendiri.

"apa kau ingin membuat semuanya jadi rumit hah? dia pasti akan mengabarimu dan akan mengunjungimu jadi berhentilah menangis" Raeki semakin tidak terkontrol. berbicara dengan dirinya sendiri.

"kau hanya seorang teman Raeki-ya hiks.. kau hanya temannya hikss.. " runtuh sudah pertahanan RaeKi. menangis adalah hal yang dapat membuatnya sedikit membaik.
teman, yaa hanya dengan dua kata itu bisa membuat semuanya rumit. rumit tentang apapun. apalagi tentang perasaan. perasaan yang dirasakan oleh seorang teman tidak bisa disamakan dengan perasaan seorang kekasih. tetapi sepertinya RaeKi terlanjur merasakan perasaan itu.
perasaan seorang kekasih kepada temanmu sendiri.

katakanlah RaeKi itu bodoh. tidak bisa membedakan perasaan seorang kekasih kepada kekasihnya dengan perasaan seorang teman kepasa temannya. perhatian,kasih sayang dan kepedulian itulah yang membuat RaeKi mempresepsikanya berbeda.

RaeKi jatuh cinta dengan temannya sendiri. Hwang MinHyun. dia jatuh cinta kepada temannya yang sudah dikenal dari kecil, teman yang selalu ada untuknya begitu pula sebaliknya.
perhatian dan kasih sayang yang MinHyun berikan membuat RaeKi merasa seperti seseorang yang sangat istimewa bagi temannya itu. tetapi pada kenyataannya berbeda 360° . MinHyun memang memberikan itu semua, tetapi karena RaeKi adalah orang yang dia sayangi sebagai teman.

perempuan memang diciptakan dengan fisik yang kuat, tetapi berbeda dengan perasaannya, rapuh. begutulah yang dialamj RaeKi sekarang. semua orang yang melihat RaeKi, akan berfikir kalau RaeKi baik-baik saja, tetapi di dalam fisiknya yang baik-baiknya saja, ada hati yang sudah retak bahkan hancur.

RaeKi melamun lagi tetapi masih dengan air mata yang mengalir, memikirkan apa saja yang terjadi di dalam hidupnya. sampai suara dering telepon membawanya kembali sadar dari lamunannya.

MinHyun-ie is calling

tubuh RaeKi seketika menengang melihat nama yang tertera dilayar handphone miliknya. orang yang membuat dirinya seperti orang gila, yang membuatnya menangis setiap malam dan selalu ada dipikiran dan hatinya, menelepon dirinya setelah dua bulan tanpa kabar.
dengan senyum yang sedikit mengembang dan usapan air mata di pipinya, RaeKi menjawab panggilan tersebut.

"yoboseyo" jawab RaeKi. jujur, RaeKi sangat senang sehingga tidak bisa menyembunyikan senyuman dan detakan jantungnya yang semakin cepat.

"yoboseyo, RaeKi-yaaa" suara itu, suara yang selalu berhasil membuat RaeKi tersenyum dan tenang. suara dari seorang Hwang MinHyun,teman kecilnya.

"yakk, ku kira kau sudah lupa denganku sampai-sampai kau tidak pernah menghubungiku" ucap RaeKi baik-baik saja seperti biasa, seolah dia sudah biasa diabaikan.

terdengar suara tawa diseberang sana, tidak taukah kau bahwa yang sedang mendengarmu tertawa sedang meneteskan air matanya, lagi.

"mianhae RaeKi-yaa, kau tau sendiri aku sibuk akhir-akhir ini jadi aku tidak sempat menghubungimu. kau baikkan ?" tanya MinHyun kepada teman kecilnya. RaeKi berpikir kali ini, Apakah dia harus marah,senang,sedih untuk menjawabnya. Ingin rasanya RaeKi menjawab "aku tidak baik, aku mengkhawatirkanmu dan juga merindukanmu" tetapi apa daya, RaeKi hanya bisa mengucapkannya di dalam hatinya sendiri.

"aku baik. kau ?" akhir dari perang batinnya

"aku baik. aku merindukanmu"

Tubuh RaeKi seketika menegang mendengar ungkapan yang selama ini dia rasakan. dan air matanya pun kembali jatuh tetapi tanpa isakan didalamya. Sungguh dia sangat senang mendengar kalimat itu, kalimat yang mendeskripsikan perasaannya dulu dan sampai saat ini.

"yakk,memangnya aku siapamu huh ?"

"tentu saja kau orang yang aku sayang, kau kan temanku yang paling berharga" terdengar suara kekehan dari seberang sana. "apakah kau hanya menganggapku  sebagai seorang teman,MinHyun-ah?"

"Kalau kau menganggapku sebagai temanmu, seharusnya kau menghubungiku walau sekedar memberitahu keadaanmu. Kau membuatku khawatir." selesai sudah, apa yang ada dibenaknya selama ini. Ada hembusan napas kelegaan diakhir kalimat yang diucapkan RaeKi walaupun perasaan sakit itu masih ada.

"maafkan aku membuatmu khawatir. meskipun aku selalu sibuk, tapi percayalah aku tidak akan pernah melupakanmu, temanku" ucap Minhyun mantap. entah kalimat apa yang harus diucapkan oleh RaeKi. 

"ohh ya, seminggu sebelum ulang tahunmu, aku akan pulang. aku ingin melihat pipi bakpau itu lagi dan aku akan mempersiapkan perutku untuk traktiran makan hehe"

"yakk, lebih baik kau tidak usah kembali kalau hanya ingin menghabiskan uangku" kembalilah Minhyun-ah. ku rela uangku habis,pipiku sakit karena kau cubit dan apapun asal kau ada disini, batin RaeKi.

"shireo, aku akan pulang dan menghabiskan uangmu hahaha" tawa MinHyun sangat keras, sampai menutupi isakan yang tidak sengaja RaeKi timbulkan.

"arraseo arraseo, terserah. tapi kau harus memberiku hadiah sebagai gantinya"

"apa?"

Kasih sayang,perhatianmu dan kepedulianmu jangan sampai hilang untukku karena aku adalah temanmu yang akan menjadi yang kedua setelah orang yang akan menjadi pujaan hatimu kelak
batin RaeKi sambil membayangkan hal itu akan terjadi, nanti.

"aku ingin, kau pulang dengan selamat dan sehat"

"itu saja? apa ada yang kau inginkan?"

"selalulah tersenyum dan bahagia. itu saja" . Tidak ada jawaban dari seberang sana. entah apa yang sedang difikirkan MinHyun sekarang. Memang itu saja yang ingin RaeKi ucapkan untuk teman kecilnya

"RaeKi-yaa, kau tidak apa-apa kan ?"

"yakk, kau kira aku gila, aku tidak apa-apa"

"ku kira kau sakit, karena permintaanmu itu"

"aniya, aku baik. bukannya seorang teman akan selalu mendoakan temannya dengan yang baik-baik"

"iyaa sih, tapi .... ah sudahlah. baiklah, aku akan mengabulkan semua permintaanmu. sebagai teman yang baik, aku Hwang MinHyun berjanji akan mengabulkan permintaan dari Lee RaeKi" balas MinHyun yang seolah-olah sedang melakukan perjanjian tertulis dengan pejabat tinggi.

RaeKi yang mendengar itu, hanya bisa terkekeh geli. Ada rasa bahagia disana dan rasa sedih. bahagia karena permintaannya akan dikabulkan, sedih karena kenyataan bahwa mereka hanya teman yang akan menepati janjinya demi seorang teman.

"arraeeo. aku pegang janjimu"

"ya sudah kalau begitu, aku harus kembali ke kelas karena dosen yang sebentar lagi masuk sangat menakutkan"

"eoh, belajarlah dengan rajin. fighting"

"fighting. bye" panggilan itu terputus.

Waktu menunjukkan pukul satu pagi. tiga puluh menit mereka berbicara meskipun hanya melalui sambungan telepon. Tiga puluh yang sangat berharga bagi Lee RaeKi. Tiga puluh menit yang sangat dinanti setelah enam bulan.

"Terima kasih Tuhan, karena kau sudah memberiku waktu tiga puluh menit yang berharga. MinHyun-ah terima kasih sudah menghubungiku. aku akan menunggu kedatanganmu seiring dengan perlahannya perasaan ini akan kuhapus dan kita bisa bersama sebagai seorang teman tanpa perasaan sakit." 

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet