Sembilan

Our Little Sister

Hari ini sepulang sekolah Kyuhyun uring-uringan di rumah. Ryeowook dan Kibum begitu pulang langsung mengunci diri di kamar mereka, mengerjakan tugas yang kata mereka banyak itu. Masih sejam lagi hingga keempat hyungnya yang bekerja untuk pulang ke rumah. Sementara para hyungnya yang kuliah kini nampak bermalas-malasan di depan televisi. Ia sudah mencoba menjahili Siwon, merebut camilan Shindong, bermain tebak-tebakan dengan Donghae namun semua itu tidak dapat menghibur hatinya. Perkataan Woobin masih terngiang dalam otaknya, sebenarnya apa maksud pemuda itu? Kenapa ia dan hyungnya akan menyesal?

            “Kyu, kamu itu kaya setrikaan saja. Berhenti mondar-mandir, kamu membuat hyung pusing.” Donghae geleng-geleng kepala menatap Kyuhyun. Kyuhyun hanya mengerucutkan bibirnya, ia tidak sedang mood menjawab ledekan hyung ikannya. Pemuda itu lebih memilih menghampiri jendela, menatap ke luar. Ia jadi teringat saat bertatapan dengan Raekyo tadi di sekolah. Ia teringat tatapan mata Raekyo dan bagaimana nampak sangat rapuh gadis itu saat berpaling meninggalkannya di belakang. Ia mengingat kejadian sebulan belakangan ini, bagaimana sebuah kebenaran membuat keluarganya hancur berantakan.

            Sudah berulang kali Kyuhyun menanyakan pada dirinya, kenapa semua langsung percaya pada cerita Yura noona? Kenapa semua hyungnya tidak berniat untuk mengecek dulu kebenaran dari semua cerita itu? Bagaimana kalau semua itu salah? Seberapa besar penyesalan mereka nantinya kalau ternyata Yura noona yang salah? Apa begini yang dinamakan buta karena cinta?

            Kyuhyun melihat ke gerbang rumahnya, terlihat dua orang anak kecil berhenti di sana. Gadis kecil tersebut nampak mogok berjalan, ia merentangkan tangannya meminta digendong oleh sang kakak. Di satu sisi sang kakak hanya tersenyum pasrah, ia berjongkok membiarkan adiknya naik ke punggungnya lalu kembali berjalan. Si gadis kecil nampak bahagia, ia memeluk dan menyandarkan kepalanya di punggung kakaknya. Melihat itu Kyuhyun merasakan semacam dejavu. Dulu Raekyo juga selalu seperti itu kalau diajak berjalan-jalan. Adiknya itu selalu meminta digendong padanya dengan alasan lelah.

            Kini ia hanya bisa tersenyum sedih. Semua sudah berubah. Apakah Kyuhyun juga membenci Raekyo? Pertanyaan itu selalu ia tanyakan pada dirinya namun tidak pernah menemukan jawaban pasti. Dalam hati kecilnya ia tahu semua ini bukan salah Raekyo, gadis itu juga seharusnya adalah korban bukan? Kenapa dalam masalah ini Raekyo yang sepenuhnya disalahkan? Kyuhyun sudah pernah bertanya pada Leeteuk tapi si sulung tampak tidak mau mendengarkan argumennya. Hal itu sudah berulang-ulang terjadi hingga Kyuhyun pun menyerah. Ia tidak yakin apakah hyungnya yang lain juga merasa sama seperti dirinya atau mereka ikut menyalahkan gadis itu.      

            “Hyung, aku mau beli es krim. Mau ikut?” Entah kenapa diam di rumah tiba-tiba terasa tidak nyaman. Kyuhyun merasa dirinya butuh udara segar. Berjalan ke luar rumah nampaknya menyenangkan.

            “Hyung titip saja, Kyu. Beli saja yang banyak, yang lain juga pasti mau.” Eunhyuk menjawab malas.

            “Arasso. Aku pergi.”

            “Jangan lupa bawa payung Kyu, nampaknya mau hujan.” Siwon mengingatkan adiknya. Kyuhyun dengan patuh mengangguk dan membawa payung lipat berwarna biru bersamanya.

            Benar saja, begitu selesai membayar belanjaannya, hujan deras pun turun. Kyuhyun memegang payung di tangan kanan sambil tangan kirinya menenteng kantung belanjaan yang terlihat menggembung. Ia berjalan pelan menuju rumahnya, menghindari beberapa orang yang berlarian menghindari hujan karena tidak membawa payung. Kyuhyun mengacuhkan pandangan iri orang-orang yang terpaksa menghentikan perjalanan dan kini berteduh di depan etalase toko pada payung birunya. Beberapa orang mungkin merasa kesal dengan hujan yang tiba-tiba turun dengan deras, namun tidak dengan dirinya. Hujan adalah favoritnya.

            Tanpa terasa ia sampai di taman dekat rumahnya. Sesuatu membuatnya menoleh ke arah taman dan Kyuhyun menghentikan langkahnya tiba-tiba. Ia menemukan sesosok gadis duduk di bangku taman. Gadis itu basah kuyup namun nampak tidak peduli. Kyuhyun mengenali gadis itu. Ia tidak mungkin salah mengenali gadis itu, adiknya. Apa yang dilakukannya di sana? Tanpa bisa ia cegah, Kyuhyun mendekat. Ia sudah akan memanggil namun berhenti mendengar Raekyo berteriak sambil… menangis? Gadis itu menangis sepenuh hatinya membuat Kyuhyun tertegun. Ia tidak pernah melihat Raekyo menangis begitu kuat seumur hidupnya. Sebulan inipun dengan semua perlakuan yang ia terima, tidak sedikitpun ia mendengar tangisan Raekyo.

            “Eomma, kenapa kau tidak membawaku juga? Appa, tidakkah ini waktu yang tepat untukmu menjemputku?” perkataan Raekyo membuat Kyuhyun mengeratkan pegangannya pada payungnya. Apa yang sudah mereka lakukan pada Raekyo? Kyuhyun merasa dirinya oppa paling jahat sedunia. Mereka –ia dan hyungnya, sudah menyakiti Raekyo sedalam itukah hingga gadis itu meminta untuk menyusul orangtua mereka? Kyuhyun sadar keadaan Raekyo tidak dalam kondisi baik, wajahnya semakin pucat dengan nafas yang tidak beraturan. Ekspresi kesakitan timbul tenggelam di wajahnya. Kyuhyun bimbang. Haruskah ia menghampiri Raekyo?

            “Rae!” Mata Kyuhyun membulat begitu dilihatnya Raekyo limbung dengan mata sudah tertutup rapat. Refleks ia melempar payung dan barang belanjaannya lalu berlari menyongsong tubuh adiknya. Tepat waktu, tubuh Raekyo masuk dalam pelukannya sebelum sempat menghantam tanah. Kyuhyun menepuk-nepuk pipi Raekyo berharap gadis itu sadar, Raekyo sempat membuka matanya sejenak sebelum kembali ia tutup rapat.

            Sesuatu terasa salah, Kyuhyun tidak merasakan gadis itu bernafas. Tubuhnya yang dingin membeku itu terbujur kaku tanpa ada gerakan naik turun nafasnya. Kyuhyun panik, ia bahkan tidak sadar dirinya sendiri pun sudah basah kuyup. Susah payah Kyuhyun mendekatkan telinganya pada hidung Raekyo. Suara derasnya hujan membuat ia kesulitan mendengar nafas gadis itu. Sekali lagi ia mencoba berkonsentrasi mendengarkan, Kyuhyun mendesah lega, setidaknya Raekyo masih bernafas walau sangat pelan dan terputus-putus. Kyuhyun mengedarkan pandangan ke sekeliling, berharap menemukan seseorang untuk dimintainya bantuan. Ia merutuki dirinya sendiri karena tidak membawa handphone. Dengan cepat Kyuyun memutuskan untuk membawa adiknya pulang. Ia menggendong Raekyo lalu berlari sekuat tenaga sambil berdoa semoga Raekyo baik-baik saja.

            Sesampainya di rumah Kyuhyun tidak mengindahkan pertanyaan satpam rumahnya, yang ia pedulikan hanya gadis dalam gendongannya. Ia terdiam sebentar sebelum membuka pintu rumah, ia tidak tahu harus menjelaskan apa pada semua hyungnya. Untunglah mobil Leeteuk belum ada, tandanya hyungnya itu masih di kantor. Kyuhyun membuka pintu dan mendapati ruang keluarga dan dapur kosong, mungkin semua hyungnya sudah bosan mentonton tivi dan memutuskan masuk ke kamar masing-masing. Berusaha tidak bersuara Kyuhyun segera naik menuju ke kamarnya. Begitu masuk ke kamarnya, ia baringkan Raekyo di kasurnya. Pertama kalinya Kyuhyun melihat wajah Raekyo dengan lebih jelas setelah di taman tadi, dirinya kaget. Keadaan Raekyo lebih parah daripada yang ia bayangkan sebelumnya, ini persis seperti tujuh tahun lalu saat Raekyo kambuh dan harus mendekam di rumah sakit lebih dari seminggu. Kyuhyun tahu ia seharusnya membawa adiknya ke rumah sakit, namun suara dari luar kamarnya membuatnya berhenti. Leeteuk dan yang lain sudah pulang. Mustahil ia bisa menggendong Raekyo keluar rumah tanpa dipertanyakan. Otaknya berpikir keras, kini Raekyo pasti sulit bernafas, tiba-tiba ia teringat Raekyo menyimpan tabung oksigen cadangan di lemari kamarnya. Peninggalan saat dulu kamar gadis itu dirubah darurat jadi kamar rawat.

            Kyuhyun pun mengendap-endap masuk ke dalam kamar Raekyo, ia segera menuju ke lemari di ujung ruangan dan membukanya. Ia lega melihat tabung oktigen itu masih berada di tempatnya. Kyuhyun mendorong tabung yang lumayan berat itu keluar kamar, ia berusaha tidak membuat suara sedikitpun.

            “Apa yang sedang kau lakukan, Kyu?” Sebuah suara sukses membuat Kyuhyun jantungan. Dirinya menengok ke belakang dan di sana berdirilah Donghae yang sedang menatapnya bingung. “Kau basah kuyup? Apa yang… hmppphh”

            Kyuhyun segera membekap mulut hyung ikannya itu. Ia memberi kode agar Donghae tidak lagi bertanya macam-macam. Donghae menganggukan kepalanya dan Kyuhyun pun melepaskan bekapannya.

            “Apa yang terjadi, Kyu? Kenapa kamu basah kuyup? Apa yang kamu lakukan dengan tabung oksigen itu?” Donghae berbisik-bisik pada Kyuhyun. Kyuhyun hanya mengisyaratkan Donghae untuk masuk ke kamarnya, lalu mengunci pintu. Donghae diam tidak bergerak, matanya membulat kaget. Ia terkejut melihat Raekyo terbaring di kasur Kyuhyun. Keadaan gadis itu nampak mengenaskan. Sementara itu Kyuhyun sudah tidak memperdulikan keberadaan Donghae, dirinya kini berkutat dengan tabung oksigen yang ia bawa. Ia tidak pernah tahu cara mengoperasikan alat ini karena biasanya ada Sungmin atau Leeteuk yang membantu Raekyo memakainya.

            “Hyung, kau mau terus diam di situ atau membantuku? Cepat hyung, Raekyo.. dia.. hyung!” Donghae pun tersadar, ia segera mengambil alih tabung oksigen dari tangan Kyuhyun, menegakkannya di pinggir kasur sedekat mungkin dengan Raekyo, melepas lilitan selangnya lalu memasangkan masker oksigen menutupi hidung dan mulut gadis itu, setelahnya ia memutar keran di atas tabung oksigen, membiarkan udara memasuki paru-paru Raekyo. Mereka kemudian menunggu dalam diam, Raekyo tidak bereaksi. Ekspresi cemas terpampang di wajah Kyuhyun. “Hyung, alat ini bekerja tidak sih?”

            “Harusnya alat ini bekerja, Kyu. Dulu kita kan selalu rutin mengeceknya dan mengisi ulang oksigennya.” Tiba-tiba tubuh Raekyo tersentak, gadis itu terbatuk-batuk sebentar lalu kemudian mulutnya terbuka, berusaha menarik oksigen sebanyak mungkin. Kyuhyun dan Donghae yang terkejut hanya menatap pada Raekyo hingga akhirnya gadis itu kembali tenang walau nafasnya masih terdengar berat. “Kyu, sebenarnya ada apa? Apa yang terjadi?”

            “Aku juga tidak tahu, hyung. Saat habis belanja aku melihat ia di taman. Raekyo berteriak dan menangis kencang hyung. Ia.. ia meminta eomma dan appa untuk menjemputnya.” Kyuhyun mengusap wajahnya lelah. Kini ia bergidik, bajunya yang basah menempel pada kulitnya dan membuatnya kedinginan. Kyuhyun pun bangkit lalu mengganti bajunya dengan pakaian kering, ia melempar asal-asaln bajunya yang basah ke lantai.

            “Mwo??”

            “Hyung, sebenarnya kau percaya Raekyo yang sepenuhnya bersalah?”

            “Itu.. aku juga tidak tahu, Kyu. Kamu sendiri?” Donghae memperhatikan Kyuhyun yang kini sedang membungkuk mengecek kondisi Raekyo. Ekspresi Kyuhyun membuat Donghae segera menghampiri adiknya. Pemuda itu sedang memeriksa tangan dan kaki Raekyo. Donghae terkejut melihat luka memanjang di sepanjang kaki dan tangan kiri Raekyo. Luka yang ia yakin Kyuhyun pun tidak sadar sebelumnya. Luka itu nampak baru terlihat masih mengeluarkan darah. “Kyu, Raekyo sebenarnya kenapa?”

            Kyuhyun tidak sempat menjawab pertanyaan Donghae. Ia kini menyibukkan diri dengan handphonenya. Tangannya dengan lincah mengetik pesan yang segera ia kirimkan pada seseorang. Tidak berapa lama kemudian pintu kamar Kyuhyun diketuk, Donghae segera memasang mimik waswas namun Kyuhyun dengan tenang membuka kunci kamar dan mempersilahkan tamunya masuk. Sungmin masuk ke kamar Kyuhyun membawa gulungan selimut di tangannya. Ekpresinya nampak panik.

            “Kyu, kau terluka? Mana yang terluka? Kenapa kau menyuruhku membawa kotak P3K? Apa yang….” Mulut Sungmin terbuka lebr melihat pemandangan di depannya.

            “Hyung, kau melaksanakan seperti permintaanku kan? Hyung yang lain tidak ada yang curiga kan? Hyung! Minnie hyung!”

            “Eh? Oh.. eh.. Ne, Kyu. Semua sedang di kamar masing-masing. Nampaknya hanya Leeteuk dan Heechul sedang berbincang di meja makan, tapi ia juga tidak melihatku. Apa yang sebenarnya terjadi? Hae, kau juga di sini? Siapa yang terluka, itu siapa di kasurmu, apakah… Rae?!” Sungmin menyerahkan kotak P3K yang ia gulung dengan selimut lalu segera menghampiri Raekyo. Matanya mengecek Raekyo secara cepat lalu Sungmin menaruh tangannya di kening Raekyo. Gadis itu demam tinggi.

            “Hyung, cepat kau obati Raekyo hyung, aku tidak mahir mengobati orang.” Kyuhyun menyerahkan kembali kotak P3K yang sebelumnya ia terima dari hyung kelincinya itu.

            “Kyu, Raekyo harus minum obat bukannya pakai betadine dan kasa.” Sungmin mengerutkan keningnya.

            “Bukan hyung, itu juga kami tahu. Tapi ini..” Donghae menunjukkan luka-luka di tubuh Raekyo yang sebelumnya tidak Sungmin sadari. Sungmin segera menghampiri Raekyo dan mengecek lukanya. Mukanya nampak terperangah,

            “Raekyo, dia kenapa Kyu?” Tangan Sungmin bekerja cepat. Pemuda itu mengobati Raekyo dengan telaten. Raekyo tetap diam bergeming bahkan saat Sungmin mengorek keluar butiran pasir yang masuk ke dalam luka gadis itu. Di sisi lain Donghae sudah menangis. Hatinya yang memang lembut itu tidak tega melihat keadaan Raekyo. Kyuhyun duduk di sisi lain Raekyo sambil menggenggam tangan gadis itu.

            “Aku juga tidak tahu, hyung. Aku menemukannya sedang di taman…” Kyuhyun pun menceritakan kembali kronologis saat ia menemukan adiknya dengan lebih rinci. Kedua hyungnya mendengarkan dengan seksama, ekspresi mereka mengeruh begitu mendekati akhir cerita.

            “Pantas saja lantai rumah penuh air yang sepertinya menetes dari tubuh kalian, tadi Heechul hyung sempat bertanya. Namun untung saja kini sudah dibersihkan oleh maid.”

            “Benarkah itu, hyung? Hyung, kalau Leeteuk hyung sampai tahu, bagaimana?” Donghae menyuarakan kekhawatirannya.

            “Itu juga yang hyung takutkan. Semoga saja dia tidak curiga.”

            “Hyung! Kita belum mengganti baju Raekyo, hyung. Bagaimana ini?” Kyuhyun menyadarkan ketiganya. Benar saja Raekyo masih memakai seragamnya yang basah.

            “Lebih baik kita meminta tolong pada maid ahjumma saja. Sambil kita juga turun, Kyu. Ini sudah waktunya makan malam, yang lain bisa curiga kalau kita tidak ikut makan malam.” Sungmin memberikan solusi.

            “Tapi…”

            “Tidak ada tapi-tapian, Hae-ah. Ayo kita ke bawah. Dan bersikaplah biasa.” Sungmin menarik kedua adiknya keluar kamar. Walau berat hati, Kyuhyun dan Donghae menurut, mereka tahu ucapan Sungmin ada benarnya juga.

 

DI RUANG MAKAN

            Ketiga pemuda bergabung dengan yang lainnya di meja makan. Kyuhyun, Sungmin dan Donghae mencoba bersikap biasa, mereka duduk dalam diam sambil menunggu makanan disajikan. Sebelumnya Kyuhyun sukses menyuruh seorang maid untuk ke kamarnya dan mengganti pakaian adiknya.

            “Kyu, yang membuat basah seluruh rumah itu kamu ya? Kamu hujan-hujanan?” Heechul bertanya.

            “Loh, bukannya sudah hyung katakan untuk membawa payung?” Siwon terlihat bingung. Seingatnya adiknya itu keluar rumah sambil membawa payung.

            “Ah, itu hyung. Aku lupa menaruhnya. Jadi terpaksa hujan-hujanan.”

            “Yak! Kalau sudah begitu cepat suruh maid bersihkan lantai. Kalau ada yang sampai terpeleset gimana?” Shindong menegur dongsaeng evilnya itu.

            “Ngomong-ngomong Teuki hyung ke mana?” Sungmin menyadari si sulung tidak ada di kursinya.

            “Tidak tahu, tadi Yura noona datang, mereka berbincang lalu segera menuju ke luar rumah. Sepertinya pembicaraan mereka serius.” Kibum menjawab.

            “Wah, apakah mereka bertengkar?” Eunhyuk mengangkat alisnya bertanya.

            “Sudahlah, lagipula bukan urusan kita kan?” Yesung berkata acuh sambil menyuap potongan daging yang ia comot dengan tangannya.

            “Hyung.. em.. apa pendapat hyung mengenai Raekyo?” Seketika semua membeku mendengar pertanyaan ragu-ragu Kyuhyun.

            “Yak! Kyu, bagaimana bila Teuki hyung mendengar pertanyaaanmu? Kamu mau terima resikonya?” Heechul menegur Kyuhyun.

            “Kau sudah dengar peraturannya kan? Jangan membicarakan Raekyo lagi.” Siwon menggelengkan kepalanya.

            “Tapi hyung…”

            “Kalian membicarakan siapa?” Tiba-tiba Leeteuk datang didampingi Yura. Semua seketika langsung terdiam. Semua berharap Leeteuk tidak mendengar apapun yang tadinya mereka ucapkan. Tapi dugaan mereka salah, Leeteuk memang mendengarkan semuanya. “Jadi, begini kalian kalau di belakangku? Kalian membicarakan anak itu lagi.”

            “Hyung, kami bisa jelaskan. Kami tidak…” Ryeowook mencoba mendinginkan suasana.

            “Jadi, kalian mau disamakan dengan anak itu? Begitu, hm?” Leeteuk memandang tajam semua dongsaengnya. Semua refleks menunduk terkecuali Kyuhyun.

            “Hyung, jebal dengarkan kami sekali ini saja. Hyung, kurasa semua ini bukan salah Raekyo, dia tidak tahu apa-apa hyung. Tidak adil kita memperlakukannya begini.” Kibum yang duduk di sebelah Kyuhyun menyikut tangan adiknya agar berhenti. Namun Kyuhyun tidak menghiarukannya. Pemuda itu malah berdiri dan menghampiri Leeteuk, dengan berani ia memandang mata si sulung.

            “Kau sadar kan apa yang kau katakan? Kau membela anak itu sekarang, hm? Katakan apa yang anak itu katakan padamu hingga kau membelanya seperti ini?” Suara Leeteuk terdengar dingin. Yura mengelus-elus tangan kekasihya berusaha menenangkannya, mata wanita itu menatap tajam Kyuhyun.

            “Hyung, pikirkan sekali lagi. Sudah sebulan hyung kita tidak menghiraukannya. Bukankah sudah cukup? Ia juga pasti merasa menderita, hyung!”

            “Kyuhyun cukup! Hyungmu sudah bilang agar tidak lagi membahas ini kan? Kenapa kamu sama sekali tidak mendengar? Kamu malah asik bermesraan dengan pembunuh orangtuamu. Mengaku saja lah, tadi kami lihat di rekaman CCTV yang ada di pos satpam, kamu masuk ke rumah menggendong Raekyo, iya kan?” Perkataan Yura sontak membuat semua di sana terkejut kecuali Sungmin dan Donghae yang saling melirik cemas.

            “Kyu, benarkah itu?” Heechul memastikan.

            “Jadi, sekarang kegiatan kami pun kau awasi, hyung? Apa bedanya rumah ini dengan penjara?” Kyuhyun berkata marah.

            “Kau sudah berani-berani melanggar perintahku, kamu tidak menganggapku lagi sebagai yang tertua, Kyu? Sudah jelas-jelas kita semua jadi yatim piatu karena anak itu. Untung saja tadi Yura curiga dan memaksaku untuk mengecek CCTV, ternyata benar kan kamu masih berhubungan dengan anak itu.” Leeteuk kembali mencecar Kyuhyun.

            “Otakmu itu perlu dicuci,Kyu. Kamu tidak merasa jijik dengan dirimu sendiri berbuat baik pada orang yang membunuh orangtuamu?” Yura tersenyum sinis.

            “CUKUP!! SEBULAN INI APA KALIAN TIDAK BERKACA BAGAIMANA SIKAP KALIAN SEMUA??! SUDAH KUKATAKAN RAEKYO TIDAK SALAH, ANAK ITU TIDAK TAHU APA-APA!! MEMANG BILA KITA MEMPERLAKUKANNYA BEGINI EOMMA DAN APPA AKAN HIDUP KEMBALI??!! MEMANG KALIAN YAKIN INI YANG APPA DAN EOMMA INGINKAN UNTUK KITA PERBUAT??!! LIHAT KELUARGA KITA SEPERTI APA SEKARANG, HYUNG!! APA KITA MASIH BISA DISEBUT KELUARGA??! HANYA KARENA UCAPAN DARI WANITA YANG TIDAK JELAS DARI MANA ASAL-USUL INFORMASI ITU BERASAL KELUARGA KITA HANCUR BERANTAKAN!! INI YANG KALIAN MAU???”

PLAK!!!! Leeteuk menampar keras pipi Kyuhyun. Semua seketika terdiam kaget, Kyuhyun memegang pipinya yang memerah sambil memandang marah pada si sulung. Ia tidak takut, ia tahu apa yang ia katakan itu benar. Akhirnya Kyuhyun tahu jawaban yang selama ini ia cari, ia tidak pernah sedikitpun membenci Raekyo, perasaan yang selalu ada dalam hatinya itu amarah. Marah karena begitu lemahnya ikatan persaudaraan mereka semua hingga kabar tidak jelas pun sudah memporakporandakan mereka semua.

            “Kau tahu apa yang kukatakan itu benar. Kalian semua tahu itu, ya kan?! Jujurlah pada diri kalian sendiri.” Kyuhyun memandang semua hyungnya. Tidak ada satupun dari mereka yang menatap balik padanya, bahkan Sungmin dan Donghae pun tidak. Padahal mereka berdua tahu Raekyo sakit di atas.

            “Cukup! Mulai sekarang, bergabunglah dengan anak haram itu. Jangan pernah menganggap kami sebagai keluargamu lagi. Ini pilihanmu sendiri, semoga kau menyesal!” Leeteuk menatap tajam Kyuhyun. “Ada lagi yang mau bergabung dengan mereka?”

            Tidak ada satupun yang menjawab. Leeteuk pun duduk di kursinya sambil menarik Yura bersamanya. Ia mulai memakan makan malamnya seolah tidak pernah terjadi apa-apa.

            “Asal kalian tahu saja, Raekyo sedang sekarat sekarang di atas. Kalau sampai terjadi apa-apa dengannya, kalau sampai… dia… meninggalkan kita semua, itu semua salah kalian.” Kyuhyun berjalan pergi tanpa berbalik ke belakang. Dia tidak menyesali keputusannya. Raekyo itu adiknya, adik satu-satunya dan mulai detik ini Kyuhyun bertekad akan menjaga Raekyo apapun yang terjadi. Ia akan menebus kesalahannya selama sebulan ini. Ia akan mempertaruhkan segalanya asal Raekyo tetap bersamanya.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
putripdian #1
Chapter 10: Please update
Taeyeon_ssJH
#2
Daebak!!!!!♡♡♡♡♡