Dua

Our Little Sister

AUTHOR P.O.V

            Brak! Kyuhyun menutup pintu mobil dengan sekuat tenaga sesaat setelah mereka berempat sampai di rumah. Ryeowook dan Kibum saling pandang tidak mengerti. Memang dari pertama masuk ke mobil Kyuhyun terlihat marah sementara Raekyo jadi lebih pendiam dari biasanya. Apakah mereka berdua bertengkar?

            “Kalian kenapa?” Ryeowook bertanya pada Raekyo sambil menutup pintu mobil. Kibum hanya terdiam mengamati, namun terlihat pancaran matanya penasaran. “Kalian bertengkar?”

            “Ani. Sudahlah oppa biarkan saja Kyu oppa. Dia kan memang labil, suka marah-marah sendiri. Ayo kita masuk saja, Kibum oppa, ayo donk, lambat banget.” Raekyo menggandeng kedua kakaknya setengah menyeret keduanya masuk ke rumah. Keduanya hanya mengedikkan bahu tanda tidak mengerti.

            “Kalian sudah pulang.” Donghae menyambut mereka di ruang keluarga. Raekyo yang melihat kakaknya sudah di rumah segera menghampiri Donghae, “Kyuhyun kenapa tuh?”

            “Hae oppa. Tumben sudah di rumah?”

            “Kenapa? Kau tidak suka ya?” mata Donghae mulai berkaca-kaca

            “Aigo, oppa cengeng sekali sih. Aku kan cuma bertanya bukan berarti tidak suka. Sudah ah aku ke kamar dlu.” Raekyo segera berlari ke atas menuju ke kamarnya. Di tengah tangga ia berpapasan dengan Kyuhyun yang tengah berjalan ke bawah.

            “SUDAH KUBILANG JANGAN LARI-LARI CHO RAEKYO! BELOM KAPOK EOH?” Donghae, Ryeowook dan Kibum kaget mendengar bentakan Kyuhyun, namun Raekyo malah menjulurkan lidahnya mengejek Kyuhyun walau ia memperlembat larinya juga menjadi berjalan.

            “Kyuhyun-ah. Kau ini kenapa sih? Dari pulang sekolah marah-marah?” Donghae menepuk kursi di sebelahnya menyuruh Kyuhyun untuk duduk di sampingnya.

            “Iya, kau ini kenapa sih berantem sama Raekyo?” Ryeowook menimpali.

            “Itu hyung, tadi Raekyo jatuh di tangga. Ketabrak orang gara-gara berlari. Tangannya sekarang memar. Dasar anak itu.” Kyuhyun menjelaskan sambil menghempaskan tubuhnya di sebelah hyung ikannya.

            “Mwo?? Terus sekarang bagaimana lukanya? Ada luka lain?” Donghae memperlihatkan raut wajahnya yang khawatir. Kibum juga, namun lebih memilih diam.

            “Tidak tahu ya, yang terlihat hanya memar di tangannya. Dia tidak mau mengaku.” Kyuhyun mendelik sebal ke arah kamar dongsaengnya. Sementara itu Ryeowook sudah dalam perjalanan ke kamar Raekyo, tangannya membawa salep untuk mengobati memar.

            “Wookie tunggu, aku ikut.” Kibum tidak tahan lagi, ia menyusul ke kamar Raekyo untuk melihat keadaan dongsaengnya.

            “Semoga tidak ada luka lain. Anak itu benar-benar. Lalu siapa yang menabrak Rae?”

            “Hakseng baru di sekolahku, hyung. Dia sih sudah minta maaf telah menabrak Raekyo, tapi ada satu hal yang membuatku entah kenapa kesal, hyung. Hakseng itu bilang padaku saat pulang sekolah, intinya boleh tidak dia mengejar Raekyo.”

            “Mengejar? Bermain kucing-kucingan maksudnya?” Kyuhyun mengerucutkan bibirnya kesal. Kadang-kadang hyungnya ini polos atau bodoh sih.

            “bukan hyuuuunng. Maksudnya dia minta ijin mau menjadikan Raekyo pacarnya.”

            “Siapa yang punya pacar? Raekyo?” tiba-tiba suara Siwon mengaggetkan keduanya. Siwon nampak baru pulang dari kuliahnya diikuti dengan Eunhyuk.

            “Benar Rae punya pacar? Siapa namja yang berani-berani mendekati adik kita? Dia harus melewatiku dulu!” Eunhyuk berkata berapi-api. Kyuhyun mengangguk-angguk setuju. Siapapun yang mendekati Raekyo harus melewati Eunhyuk, eh mereka semua terlebih dahulu. Melewati Eunhyuk saja sih gampang, dia kan ikan teri.

 

AT RAEKYO’S ROOM

            “Kan sudah oppa bilang, hati-hati. Untung cume memar di lengan, kalau kenapa-kenapa gimana?” Ryeowook ngomel panjang lebar sambil mengobati lengan dongsaeng terkecilnya itu.

            “dasar evil comel. Arasso oppa. Aku akan lebih hati-hati.” Raekyo mendesah melihat tatapan Kibum padanya, “iya deh bukan evil comel. Tapi kyu oppa evil comel.”

            “Dia itu oppa mu, jangan lagi manggil dia evil comel atau apapun itu. Nah, sudah selesai. Ayo kita turun ke bawah. Yang lain pasti khawatir padamu.” Raekyo menggeleng menolak ajakan Ryeowook.

            “Aku mau tidur saja oppa. Aku capek.” Ryeowook mengangguk mengerti, iapun keluar kamar dongsaengnya sementara Kibum masih tetap dalam posisinya semula bersandar di dinding.

            “Rae-ah” Raekyo menatap bertanya pada Kibum. “Kamu kambuh lagi ya?” Raekyo terkejut. Dari mana Kibum tahu bahwa ia kambuh? Padahal ia sudah bersikap biasa bahkan memoles lipgloss untuk menutupi bibirnya yang pucat. Sejujurnya memang dadanya sakit sejak jam pelajaran terakhir. Ini semua gara-gara seseorang dengan sengaja menaruh tasnya di atas ring basket di gedung olahraga. Saat setelah selesai istirahat Raekyo melihat tasnya tidak ada di tempat ia menaruhnya semula. Otomatis ia kelabakan mencarinya. Ketika akhirnya ketemu, tasnya berada di atas ring basket, Raekyo mencoba berbagai cara untuk meraih tasnya kembali. Usahanya membuahkan hasil namun menguras tenaganya dan membuat dadanya sesak.

            “Bum oppa, jangan bilang oppadeul ya? Pleaseeeee.” Raekyo memohon pada oppa esnya itu. Ia sudah bisa membayangkan reaksi semua oppanya bila mengetahui ia kambuh lagi. Terakhir kali ia kambuh kesebelas oppanya menolak meninggalkan kamarnya dan bersikeras menemaninya hingga sembuh. Alhasil setelahnya kamarnya berantakan, pengap dan panas dijejali dua belas makhluk. Raekyo bergidik ngeri.

            “Sesak sekali?” Kibum duduk di tepi ranjang mengelus kepala dongsaengnya. Raekyo mengurungkan niatnya untuk berbohong, toh oppa esnya merupakan salah satu oppa yang paling sulit untuk dibohongi. Jadi ia pun mengangguk. Kibum menghela nafasnya, ia sudah tau Raekyo pasti begini. Maknaenya itu selalu berusaha agar kakak-kakaknya tidak khawatir. “Sudah minum obatmu?”

            “belum. Lagipula ini masih bisa ketahan kok oppa. Aku ga mau ketergantungan pada obat.” Melihat ekspresi kakaknya Raekyo buru-buru menambahkan, “tapi kalau nanti masih sesak aku akan minum obatnya. Aku janji.”

            “Baiklah. Tidur sana.” Kibum sudah beranjak namun tangan Raekyo menahannya.

            “Temani aku oppa. Jangan pergi.” Tersenyum, kibum pun merebahkan dirinya di samping Raekyo. Kadang sifat manja Raekyo bisa keluar juga. Ia memperhatikan hingga Raekyo tertidur sebelum ia sendiri menyusul adiknya ke alam mimpi.

 

            Malam harinya semua keluarga Cho sudah berkumpul di meja makan untuk menyantap makan malam kecuali Raekyo yang saat terakhir Kibum lihat masih tertidur lelap. Ryeowook dan Sungmin bersenandung berdua di dapur sambil memasukkan bahan-bahan makanan ke dalam panci. Sementara sisanya sibuk mengobrol, bercanda gurau di meja makan.

            “Raekyo mana, bum?” Heechul bertanya pada Kibum karena terakhir Kibum yang turun dari arah kamar Raekyo.

            “Tadi masih tertidur, hyung.”

            “Tumben, tidak biasanya dia masih tertidur jam segini.” Heechul menjawab bingung.

            “Tuh dia. Rae! Cepat ke sini, kita makan malam.” Shindong memanggil turun dongsaengnya yang terlihat perlahan menuruni tangga. Raekyo tersenyum mengangguk. Sebenarnya tidur siang tidak membuatnya merasa lebih baik. Malah sebaliknya. Kini kepalanya berdenyut nyeri ditambah nafasnya yang memang masih berat. Belum lagi udara di sekitarnya yang malah terasa panas, ah sepertinya dia juga demam.

            “Sini duduk Rae. Kamu malah berhenti di sana.” Yesung memanggil dongsaengnya yang memang kini berhenti menuruni tangga. Ucapannya sukses membuat semua yang berada di meja makan menghentikan aktivitas dan melihat pada si bungsu termasuk Kyuhyun yang sedang asik bermain dengan PSPnya. Entah kenapa Raekyo merasa ruangan seakan berputar, ia mencoba menarik nafas perlahan-lahan menenangkan dirinya. Panik malah akan memperburuk situasi. Matanya kini berkaca-kaca, dadanya sakit. Ia menutup matanya, mencengkeram erat pegangan tangga seolah nyawanya bergantung di sana. Kakinya seolah terbuat dari agar-agar, Raekyo pun berjongkok. Melihat ada yang tidak beres semua di ruangan beranjak menghampirinya namun Kibum yang memang mengetahui apa yang terjadi berlari cepat menghampiri Raekyo. Ia mengangkat tubuh gadis itu turun dan membaringkannya di sofa.

            “Bum, apa yang terjadi?” semua kini mengelilingi Raekyo. Menatap cemas keadaan gadis itu yang kini bergelung di sofa.

            “Kambuh lagi.” Hanya itu yang Kibum katakan sebelum dirinya melesat ke kamar Raekyo untuk mencari obat-obatan dongsaengnya. Semua mata terbelaklak, Leeteuk menghampiri Raekyo menarik adiknya dalam pelukannya.

            “Rae. Raekyo. Kamu kenapa? Rae, jawab oppa Rae.” Leeteuk menepuk-nepuk pipi Raekyo perlahan, membuat Raekyo membuka matanya, melihat raut kecemasan para oppanya.

            “Aku baik-baik saja, oppa. Jangan khawatir. Ini.. ini sudah biasa kan?” Raekyo mencoba tersenyum.

            “Jangan bohong! Kamu menangis Rae.” Siwon duduk di sebelah Raekyo menghapus air mata adiknya. Raekyo memang jarang menangis, bila ia menangis menyatakan bahwa ia sudah kewalahan.

            “Kenapa kamu tidak minum obatmu?” Kibum kini kembali bersama beberapa botol obat di tangannya. Ia geleng-geleng kepala melihat obat adiknya masih utuh, padalah ia sudah janji akan meminumnya bila tidak membaik. Sungmin segera berlari ke dapur untuk mengambilkan air minum sementara yang lain menatap khawatir pada dongsaeng kecil mereka.

            “Apa ini efek jatuh tadi pagi?” Ryeowook bertanya.

            “Siapa yang jatuh?” Heechul memotong sebelum Raekyo sempat menjawab.

            “Raekyo, hyung. Tadi pagi ia jatuh di sekolah ditabrak seseorang, tuh sampai lengannya memar.” Donghae mengadu yang tentu saja dihadiahi tatapa tidak setuju dari Raekyo. Heechul berjongkok di depan dongsaengnya itu, memeriksa lengannya.

            “Terus, mana orangnya sekarang? Besok oppa ke sekolah ya.” Perkataan Heechul ditanggapi anggukan yang lain.

            “Oppa jangan berlebihan ah. Ini tidak sengaja kok. Lagipula aku yang salah.” Raekyo membujuk semua kakaknya. Sudah cukup satu sekolah tahu semua oppanya protektif, tidak perlu pembuktian lebih lanjut kan.

            “Orang itu hakseng baru di sekolahku, hyung. Dia juga bilang padaku akan mulai mengejar Raekyo.” Kyuhyun menimpali dengan kesal.

            “Mwo?? Berani-beraninya dia.” Heechul mulai berjalan mondar-mandir, raut wajahnya kesal. Sementara Sungmin yang sudah kembali segera membantu adiknya meminum obat.

            “Chullie, sudahlah. Raekyo juga masih sakit. Rae, oppa gendong ke kamar ya.” Leeteuk menggendong Raekyo ke atas diikuti yang lainnya. Berat hati Raekyo menghela nafasnya, setelah ini pasti....

            “Malam ini kita semua akan menemanimu, Rae. Jadi kau tidak akan kesepian.” Eunhyuk berkata dengan lantang. Kibum yang menyadari keresahan Raekyo hanya tersenyum simpul. Mau bagaimana lagi, mereka semua sangat protektif ada Raekyo.

            “Nah, kau tidur lah. Istirahat oke? Kebetulan besok kan hari Sabtu jadi kamu bisa bangun siang.” Sungmin membetulkan selimut Rekyo hingga gadis itu hampir tertutup semuanya. “Sebentar kami tinggal dulu ya, tenang saja kita semua akan menjaga kamu malam ini.”

            “Hyung, lebih baik Rae tidur sendiri saja, kalo kita semua di sini bisa-bisa dia makin sesak nafas.” Mendengar ucapan Kibum, Raekyo segera bangun memeluk oppa esnya itu lalu mendaratkan ciuman sayang di pipinya.

            “Oppa saranghaeyo!” Kibum yang terkejut, hanya tertawa kecil. Sementara yang lain menatap bengong.

            “Yak! Cho Raekyo, kenapa cuma Kibum yang dicium?” Kyuhyun menyodorkan pipinya ke arah dongsaengnya yang masih menggelayut manja pada Kibum. Tentu saja, yang didapat Kyuhyun hanya tampolan di pipinya.

            “Kyu oppa pergi sanaaaaa. Dasar jorok, oppa belum mandi kan?”

            “Hya, enak saja. Aku udah wangi gini. Coba deh cium, kerasa nanti wanginya.” Kyuhyun mencoba sekali lagi menyodorkan pipinya pada sang dongsaeng. Belum sempat Raekyo bereaksi, tiba-tiba Siwon menghampiri Kyuhyun dan mencium pipi dongsaengnya itu. “Kuda jelek! Apa yang kau lakukan?!”

            “Enak saja kuda! Panggil aku hyung tampan.” Siwon menjitak kepala Kyuhyun dengan sedikit tidak pelan. Keduanya pun mulai berdebat, sementara itu yang lain hanya geleng-geleng kepala. Heechul tepat melihat ke arah Raekyo saat gadis itu menghela nafas.

            “Rae, masih sesak? Oppa temenin tidurnya ya. Oppa takut kamu malam-malam butuh sesuatu.” Heechul melepas pelan rangkulan Raekyo pada Kibum. Kembali mencoba menidurkan si bungsu di kasurnya.

            “Sudah lebih baik kok, oppa.” Raekyo tersenyum menenangkan oppa tercantiknya, “Chullie oppa saja ya yang temenin aku tidur. Sudah lama aku tidak ditemenin tidur sama Chullie oppa.”

            “Yak Cho Raekyo, kau curang!”

“Pilih kasih!”

“Aku juga mau nemenin kamu, Rae-ah.”

“Kita udah lama juga ga tidur bareng, Rae-ah!”

Terdengar protes di sana-sini dengan raut muka cemburu. Bahkan Kibum yang biasanya diam pun mulai menyuarakan protesnya. Sementara itu Heechul tertawa kegirangan, menyeret Leeteuk dan semua dongsaengnya yang lain keluar kamar dengan paksa.

“HAHAHAHA! Kalian dengar itu kan, Raekyo lagi mau bermanja-manja sama aku! Pergi! Pergi kalian semua! Jangan ganggu quality time Cho Heechul dan Cho Raekyo!” Protes yang lain masih terdengar jelas bahkan setelah pintu kamar ditutup di depan muka mereka. Melihat itu Raekyo tersenyum simpul, bukannya ia pilih kasih, tapi di saat sakit Heechul oppa lah orang yang akan pertama ia mintai tolong. Selain karena oppanya itu jadi ekstra perhatian, hal yang jarang terlihat mengingat sifatnya yang jail dan evil bila sehari-hari, tapi juga Heechul adalah orang yang praktis dan tidak akan banyak menggangu dirinya.

Tertawa puas, Heechul merebahkan diri di sebelah si bungsu. Raekyo tiba-tiba teringat akan sesuatu, perlahan ia menoel oppa tercantiknya itu.

“Oppa.”

“Hm?”

“Aku..lapar, aku belum makan malam. Tadi kan aku belom sempet makan sebelum digendong Teuki oppa ke kamar.” Mata Heechul melebar sempurna. Benar juga, adiknya itu bahkan dirinya juga belum makan malam. Ia mulai merutuki keteledoran dirinya, bagaimana mungkin dia bisa tidak ingat. “Oppa, kita ke bawah dulu yuk. Lapar…” Raekyo menarik tangan Heechul, mereka berdua pun turun ke bawah untuk menghapus rasa lapar. Heechul menghela nafas, bakal susah kembali mengusir sepuluh orang lainnya untuk tidak tidur di kamar Raekyo malam ini.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
putripdian #1
Chapter 10: Please update
Taeyeon_ssJH
#2
Daebak!!!!!♡♡♡♡♡