Satu

Our Little Sister

Di sebuah komplek perumahan elite di pinggiran kota Seoul, hiduplah sebuah keluarga besar, sangat besar. Keluarga tersebut terdiri dari 11 anak laki-laki dan si bungsu alias anak ke 12 adalah seorang perempuan. Kedua belas bersaudara ini hidup dalam kemewahan, walau orang tua mereka sudah meninggal karena kecelakaan 10 tahun lalu, namun tidak ada kata kekurangan dalam hidup mereka. Si sulung, Cho Leeteuk beserta ketiga adik di bawahnya yaitu Cho Heechul, Cho Yesung dan Cho Sungmin adalah yang bertanggung jawab memastikan kesejahteraan adik-adik mereka. Di usia yang masih muda mereka sudah dilatih untuk meneruskan perusahaan milik orangtua mereka, dan mereka berhasil. Usaha Rumah Sakit mereka kini sudah menyebar ke wilayah asia. Sementara itu Cho Shindong yang adalah kembaran Cho Sungmin kini memilih untuk membuka usaha di bidang kuliner. Adik-adik mereka yaitu Cho Eunhyuk, Cho Siwon dan Cho Donghae kini tengah mengenyam bangku kuliah di salah satu universitas terkemuka. Sisanya, si kembar Cho Kibum dan Cho Ryeowook, Cho Kyuhyun dan si bungsu Cho Raekyo kini bersekolah di SMA unggulan yang masih satu lingkungan dengan universitas kakak-kakak mereka, masing-masing kelas 3,2 dan 1 SMA.

            “Rae-ah. Bangun! Sudah pagi, kau tidak mau sekolah?” Siwon mengguncang-guncang pelan tubuh dongsaeng perempuan satu-satunya yang kini masih tersembunyi di balik selimut.

            “Eng..” Raekyo menolak bangun dan mencoba bersembunyi lebih dalam, menarik selimut oranye nya ke atas kepala.

            “Hya! Raekyo! Cepat bangun! Malah makin bersembunyi, gimana sih.” Siwon menarik-narik selimut adiknya, sementara Raekyo belum mau menyerah, terjadi tarik-tarikan tidak seimbang di sana, akhirnya Siwon yang memenangkan pertandingan itu namun Raekyo masih bersikukuh tidak mau membuka matanya. Ia kembali bergelung di tempat tidurnya. Siwon hanya menggeleng-gelengkan kepalanya frustasi, adiknya ini selalu begini setiap pagi.

            “Hyung? Sedang apa?” Tiba-tiba pemuda tinggi berkulit pucat menongolkan kepalanya dari balik pintu. Surai brunetnya terlihat masih basah, menandakan ia baru mandi. Kyuhyun, pemuda itu melihat ke arah hyung kudanya menunjuk, ia sudah tau apa yang terjadi, perlahan senyum jahilnya terkembang. Dengan cepat Kyuhyun menghampiri tempat tidur Raekyo, mengangkat tubuh gadis itu dengan gaya bridal, kemudian membawanya ke kamar mandi. Dengan sekali lemparan, tubuh adiknya dengan sukses masuk ke dalam bak mandi ukuran raksasa berisikan air hangat yang sudah dipersiapkan para maid sebelumnya. Siwon yang melihat itu, segera berlari keluar kamar dan turun ke bawah menuju ruang makan di mana semua hyung dan dongsaengnya sudah berkumpul untuk sarapan, tidak lama si pelaku kejahilan bergabung sambil berusaha menahan tawanya. Ia mengacungkan jarinya ke atas meja makan satu, dua, ti....

            “YAAAAK!!!!!!! CHO KYUHYUN!!!!!!!! OPPA AKAN BENAR-BENAR MATI DITANGANKU KALI INI!!!! CHO KYUHYUN!!!!!!” Terdengar teriakan 7 oktaf dari arah kamar mandi di kamar Raekyo. Siwon mengelus dadanya perlahan, untung ia siap tanggap segera berlari keluar kamar, kalau tidak gendang telinganya sudah pecah sekarang. Kyuhyun kini tertawa terbahak-bahak sementara hyungnya yang lain diam membeku di tempat. Ryeowook dan Sungmin yang sedang memasak di dapur segera berlari ke arah meja makan, masih memakai celemek dan membawa spatula di tangan.

            “Apa itu tadi?” Sungmin mengedarkan pandangannya bertanya. Ia berhenti saat memandang Kyuhyun yang kini sedang mengelap air matanya karena terlalu banyak tertawa.

            “Ya! Cho Kyuhyun, apa lagi yang kau lakukan sekarang?” Leeteuk si sulung bertanya sambil kembali menggigit roti panggangnya yang tadi sempat terhenti dalam proses masuk ke mulutnya.

            “Ah, hyung, aku hanya membantu Siwon hyung membangunkan Raekyo. Dia susah sekali bangun sih.” Kyuhyun mengambil jatah sarapannya sambil masih tersenyum-senyum.

            “Memang apa yang kau lakukan sampai Raekyo semarah itu?”Yesung bertanya penasaran.

            “Hyung, Kyuhyun melempar Raekyo ke dalam bak mandi. Masih dalam kondisi tertidur.” Siwon mengadu dan sukses dihadiahi tatapan membunuh dari Kyuhyun. Benar saja semuanya kini memandang Kyuhyun dengan tatapan tajam.

            “Kyu, kau itu ya.” Donghae menyuarakan ketidaksetujuannya. Sementara Heechul sudah berdiri di sebelah kyuhyun dan memukul kepala dongsaeng yang mendapat predikat jenius di sekolahnya itu.

            “Kau itu jenius atau bodoh sih? Gimana kalau Raekyo kanbuh hah?” Kyuhyun sudah akan membalas ucapan hyung tercantiknya namun terhenti, ia lupa sama sekali keadaan Raekyo berbeda dengan mereka semua. Sejak lahir, Raekyo memiliki sistem imun yang rendah dan mudah sekali sakit. Apalagi memang adiknya itu mengidap penyakit paru-paru bawaan seperti dirinya dulu. Namun bedanya ia sudah sembuh total sementara entah kenapa pengobatan yang dijalaninya tidak mempan pada Raekyo.

            “Mian, Chullie-ah. Aku lupa. Habis Rae sudah lama tidak pernah kambuh sih, jadi aku tidak ingat. Lagipula airnya hangat kok, aku sudah periksa sebelumnya. Bener deh.”

            “memang kita teman? Panggil aku hyung, bodoh!” Heechul sudah akan kembali menjitak dongsaeng evilnya itu namun keduluan oleh Eunhyuk.

            “Dasar evil! Bisa-bisanya kau lupa. Lain kali bangunkan dongsaeng dan juga hyungmu dengan lebih beradab mengerti? Terutama aku. Kalau mau aneh-aneh ke shindong hyung saja, oke?” Kini seiris roti panggang sukses mendarat di muka Eunhyuk. Shindong refleks melempar sarapannya pada Eunhyuk mendengar ucapan dongsaengnya itu. Eunhyuk sudah akan membalas namun terhenti oleh sebuah suara terfeminim dari mereka semua, siapa lagi kalau bukan si bungsu, Raekyo.

            “Pagi oppa semua, ga termasuk Kyu-oppa. Chullie oppa, aku duduk di sini ya, oppa duduk di kursiku ya.” Raekyo kini sudah rapi dalam balutan seragam SMAnya. Ia menghempaskan tubuhnya ke kursi yang tadinya di duduki Heechul, Raekyo ogah duduk di kursinya sendiri yang bertempat persis di sebelah oppa evilnya. Semua oppa nya menyambut salamnya terkecuali Kyuhyun yang kini merengut padanya.

            “Ya, Raekyo! Kenapa cuma aku yang dilewat? Sini, duduk sebelah oppa. Jangan marah terus, jelek tau nanti kamu cepet tua kaya Teuki hyung. Kalau kamu duduk di sana nanti siapa yang mau nyuapin aku?” Kyuhyun melancarkan puppy-eyes andalannya yang dibalas sinis oleh Raekyo.

            “panggil aku Noona dulu.”

            “Noona! Raekyo noona. Ayo cepet sini!” Kyuhyun melambai-lambaikan tangannya memanggil Raekyo dengan semangat.

            “Raekyo noona apa lagi? Kepanjangannya?”

            “Raekyo noona tercantik sejagad raya.” Raekyo mengangguk-angguk senang. Ia pun pindah ke tempat duduknya sendiri. Kyuhyun memeluk Raekyo dibalas dengan Raekyo mengelus-elus kepala oppanya dengan sayang.Sementara yang lainnya hanya menghela nafas lelah dengan semua percakapan keduanya. Masih sepagi ini namun mereka sudah merasa amat lelah.

            “Hyung, sebenarnya yang maknae itu siapa sih? Kayanya kita harus periksa lagi akta lahir mereka berdua.” Ryeowook bertanya pada si sulung sambil mengacungkan spatulanya pada Kyuhyun dan Raekyo.

            “Hyung juga bingung Wookie.” Leeteuk geleng-geleng kepala melihat Kyuhyun yang kini sedang asik disuapin roti bakar sama maknae mereka. Kadang Kyuhyun memang manjanya tidak ketulungan. Di sisi lain, Raekyo, walaupun maknae dan wanita satu-satunya di antara mereka, ia tidak memiliki sifat manja maknae sama sekali. Bahkan ketika sakit pun, ia berusaha untuk mandiri. Tidak menyusahkan dan membuat khawatir kakak-kakaknya yang lain.

            “Sudah jam segini, kita bolos saja?” tiba-tiba suara dingin milik Kibum menyadarkan mereka semua. Dengan kompak, kesebelas orang lainnya di meja makan melihat ke jam di dinding, mata mereka membulat sempurna.

            “HYA!! KITA TELAT!!” Paduan suara lebih tepatnya teriakan menggema di ruang makan. Dengan terburu-buru mereka semua berlari menuju kendaraan masing-masing yang sudah dipersiapkan di depan rumah sebelumnya. Kibum yang tertinggal di belakang mengambil setangkup roti bakar yang ia bungkus dengan tisu, menyusul kesebelas saudaranya yang kini masih berteriak-teriak di depan rumah. Ia masuk ke dalam mobil tepat di bangku pengendara karena ia yang dipercayakan menyupir ke sekolah, memandang kembarannya Ryeowook yang sudah duduk manis di bangku penumpang sebelahnya dan duo maknae yang juga sudah berseru tidak sabar di belakang. Ia menyerahkan setangkup roti bakar yang sebelumnya ia bawa pada maknaenya, ia yakin Raekyo belum sempat makan apapun karena sibuk menyuapi Kyuhyun. Setelah melihat Raekyo mulai memakan sarapannya sambil mencegah Kyuhyun yang mulai ingin juga menggigit roti bakar itu karena dirasanya belum kenyang dari kaca spion, Kibum pun menjalankan mobilnya menuju sekolah. Suasana rumah yang tadi begitu ramai, kini hanya tersisa kesepian dan keberantakan yang ditinggalkan oleh para empunya rumah. Membuat sang kepala maid, Lee Ahjussi dan para maid yang bertugas pagi itu geleng-geleng kepala. Sungguh keluarga yang ramai bukan?

 

* * *

            “Oppa! Aku duluan ya. Lupa belum menyalin peer.” Raekyo segera berlari menuju gedung sekolahnya sesaat setelah Kibum memarkirkan mobil.

            “Jangan lari-lari Raekyo, nanti kamu jatuh. Aduh itu bocah.” Ryeowook geleng-geleng kepala memandang dongsaengnya.

            “Wokkie, Kibum-ie, aku juga duluan. Dadaaaahhh.” Kyuhyun dadah-dadah sambil berlari menjauhi kedua hyungnya yang mulai protes karena tidak dipanggil hyung oleh dongsaeng mereka yang evilnya tidak ketulungan. Mereka berdua pun berjalan beriringan memasuki gedung sekolah mereka yang nampak seperti mall. Untung saja mereka tidak telat.

 

RAEKYO P.O.V

            “Oppa! Aku duluan ya, Lupa belum menyalin peer.” Ucapku sesaat setelah Kibum oppa memarkirkan mobilnya. Aku berlari-lari menuju ke kelasku, bisa kudengar samar-samar Wooki oppa meperingatiku agar berhati-hati yang tidak kujawab karena saat itu pikiranku hanya tertuju pada peer yang sama sekali belum kusentuh. Aku memasuki pintu depan sekolah kemudian segera berbelok ke kanan untuk menaiki tangga karena kelasku terdapat di lantai 4. Aku meilirik jam tanganku, 5 menit lagi menjelang bel, mana keburu dengan sisa waktu yang ada untukku menyalin peer. Mana peer itu untuk mata pelajaran jam pertama.

            ‘dasar teledor Cho Raekyo!’ aku mengumpat dalam hati sambil memukul-mukul kepalaku sendiri. Beberapa hakseng yang melihatku buru-buru menyingkir takut ketabrak.

BRUK!! Aku tidak sadar, tiba-tiba aku sudah terduduk lebih tepatnya terjengkang di lantai. Sepertinya aku menubruk seseorang dengan postur badan yang lumayan kekar. Kuarahkan tatapanku dengan sinis, mencoba melihat siapa yang sudah berani menabrakku.

            “Ah, maaf. Kau tidak apa-apa?” Seorang namja mengulurkan tangannya padaku, mencoba memberi pertolongan. Aku yang kesal menepis uluran tangannya dan bangkit berdiri, mencoba melihat di mana aku terluka. Untung saja dengan sekilas pandang, tidak ada luka yang berarti hanya sikutku saja yang terasa linu bila tersentuh.

            “Kalau jalan lihat-lihat donk! Untung tidak ada luka serius.”aku mepelototi namja di hadapanku. Si tertuduh menampilkan ekspresi kaget namun kemudian tetawa.

            “Hei, kau yang menabrakku bukannya harusnya kau yang minta maaf? Oh iya, kenalkan aku siswa baru di sini, namaku Kim Woobin. Aku kelas 2 SMA. Siapa namamu?” Aku sudah akan mendebatnya namun tiba-tiba bel tanda masuk berbunyi. Dengan panik aku segera berlari meninggalkan pemuda yang berteriak mencoba memanggilku. ‘dasar sial sial sial! Bagaimana nasib peerku.’

 

KIM WOOBIN P.O.V

            “Hei, kau yang menabrakku bukannya harusnya kau yang minta maaf? Oh iya, kenalkan aku siswa baru di sini, namaku Kim Woobin. Aku kelas 2 SMA. Siapa namamu?” aku mencoba kembali mengulurkan tanganku yang sebelumnya sudah ditepis oleh yeoja di hadapanku. Namun lagi-lagi angin kosong yang kudapat, yeoja itu nampak memperhatikan jam tangannya dengan kaget kemudian kembali berlari lagi ke atas. Tanpa mengucapkan apapun.

            “Cho Raekyo kelas 1-B.” Aku memandang tanganku yang masih terlur dengan sinis kemudian memperhatikan punggung yeoja bernama Raekyo yang kini mulai menghilang dari pandangan. “Tidak sabar rasanya memulai permainan ini. Cho Raekyo.Nama yang cantik seperti orangnya namun sayang, kesialan kau terlahir di keluarga itu.”

 

KYUHYUN P.O.V

            “Selamat pagi anak-anak, hari ini sebelum memulai kelas, Sonsaengnim mau memperkenalkan hakseng pindahan dari kota sebelah. Namanya Kim Woobin. Semoga kamu bisa cepat beradaptasi ya. Nah, sekarang duduklah di kursi belakang yang kosong.” Sonsaengnim menunjuk meja kosong yang tepat berada di belakangku. Kulihat hakseng baru itu tersenyum kemudian mulai berjalan ke belakang mejaku. Ada sesuatu yang familiar dari wajahnya namun tidak bisa kuingat siapa. Ia berjalan melewatiku namun kurasakan ia memandang tepat ke arahku, menganggukan kepalanya kemudian duduk di kursinya.

            “Kyu, kau mengenalnya?” Shim Changmin sahabatku dari kecil yang juga teman sebangkuku berbisik mengutarakan rasa penasarannya.

            “Ani. Aku baru pertama melihatnya.” Aku balik berbisik padanya.

            “Wajahnya familiar ya. Rasanya tidak asing lagi, seperti aku pernah melihatnya nmun entah di mana.” Jonghyun sahabatku satunya yang duduk di depanku memutar badannya dan berbisik padaku. Aku hanya menganggukan persetujuanku ketika kulihat Sonsaengnim mulai memperhatikan kami bertiga dengan raut wajah kesal. Aku pun menunda percakapan kami dan kembali memperhatikan pelajaran.

             Akhirnya satu bagian dari pelajaran sekolah sudah selesai. Bel istirahat yang dinanti-nantikan seluruh hakseng terdengar sangat merdu. Beberapa hakseng nampak segera berlari keluar, menyongsong kebebasan untuk melepas penat kinerja otak mereka sebentar dari padatnya bahan pembelajaran. Tak terkecuali aku dan teman-temanku. Siang ini kami berencana bersantai di taman belakang sekolah, tempat favorit kami.

            “Hyung! Aku lapar!” Minho, satu-satunya sahabatku yang berbeda tingkat itu menerobos masuk ke kelas. Dengan sanntai ia duduk di kursi sebelah Jonghyun. Ia menampilkan senyumannya yang selalu ceria pada kami bertiga, Changmin yang memang selalu kelaparan mengangguk-angguk setuju sementara Jonghyun hanya tersenyum sambil geleng-geleng kepala menampilkan dimple di kedua pipinya. Anggota gengku berkumpul lagi, kyuline.

            “Hai, aku Kim Woobin. Kau di kelas apa?” tiba-tiba hakseng baru itu mengulurkan tangannya pada Minho. Kami yang terkejut hanya melongo menatapnya. “Ah, aku menegejutkan kalian ya. Atau memang kebiasaan di sekolah ini tidak berjabat tangan bila berkenalan?”

            “Ah, tidak, maaf aku hanya terkejut. Namaku Minho, aku kelas 1-A.” Minho yang segera tersadar segera menjabat tangan yang terulur di depannya.

            “1-A? Oh, kau berbeda angkatan rupanya. Kupikir kau seangkatan denganku juga.” Woobin tersenyum.

            “Woobin-ssi, kami mau makan di taman belakang sekolah. Kau mau ikut?” aku menawarkan pada namja jangkung di hadapanku.

            “Mulai lagi deh perekrutan kyuline.” Jonghyun geleng-geleng kepala yang ditanggapi cekikikan Minho dan Changmin.

            “Kyuline? Apa itu?” Woobin menatap kami bergantian bingung,

            “Tentu saja geng paling berpengaruh di sekolah ini. Hanya anggota tertampan yang bisa masuk. Kau lumayan juga, jadi, mau bergabung?” aku memberinya jurus andalan puppy-eyesku yang diikuti oleh Minho.

            “Ikut saja, Woobin-ssi. Ga akan nyesel deh.”

            “Ah, mian, mungkin lain kali. Aku ada beberapa urusan dulu.” Woobin nampak menyesal  melihat raut kekeecewaan aku dan Minho. “terima kasih sudah mengajakku.”

            “Oppa! Kyu oppa!” belum sempat aku menjawab, tiba-tiba dongsaengku itu menerobos masuk ke dalam kelas. “Oppa! Aku minjem duit ne? Aku lupa bawa dompet. Nanti di rumah kuganti ya.”

            “Aih kau ini. Kalau kepalamu bisa dibongkar pasang, sepertinya bakal ketinggalan juga.” Ucapanku ditanggapi cemberutan Raekyo dan cekikikan ketiga sahabatku.Aku mengulurkan selembar pecahan uang padanya, namun belum sempat diterima Woobin tiba-tiba menghampiri Raekyo dan memegang lengan dongsaengku itu.

            “Kau yang tadi kan? Tidak apa-apa? Ada yang luka? Parahkah? Sini coba kulihat.” Aku tertegun melihat pemandangan di depanku, kenapa Woobin bisa mengenal Raekyo?

            “Ah! Sakit! Lepaskan!” Teriakan Raekyo menyadarkanku dari keterbengonganku. Kulihat lengan dongsaengku yang sedang dipegang oleh Woobin berwarna hijau kehitaman. Ada sesuatu yang salah. Woobin yang kaget didorong oleh Raekyo segera melepaskan lengan gadis itu.

            “Raekyo! Tanganmu kenapa?” Jonghyun yang berada lebih dekat segera memeriksa lengan Raekyo.

            “Ah, oppa, bukan apa-apa.” Mimik Raekyo lebih terlihat kesal daripada kesakitan. Ia mencoba menutupi memar itu namun gagal. Ia melihat marah pada Woobin. “tidak usah dibesar-besarkan. Nah Kyu oppa, mana uangku?” Ia mengulurkan tangan padaku, namun aku mulai merasa marah. Apanya yang bukan apa-apa tangan Raekyo memar sampai berwarna kehitaman. Aku menaruh uangku di atas meja lalu berjalan ke arah dongsaengku, menarik paksa lengan yang coba ia sembunyikan.

            “Ini kenapa?” Raekyo sudah akan mencoba menyangkal namun mendengar nada marah di suaraku akhirnya dia mengalah. Kepalanya tertunduk.

            “Ah, Kyuhyun-ssi, itu semua salahku. Tadi pagi tidak sengaja adikmu tertabrak olehku hingga ia jatuh. Aku minta maaf. Tadinya mau kuobati namun adikmu tidak menghiraukanku. Kalau begitu aku permisi dulu, sampai ketemu sehabis istirahat. Maafkan aku ya, Rae-ah.” Woobin berjalan melewati kami namun sebelum berlalu, ia sempat mengelus kepala adikku pelan. Entah kenapa aku merasa tidak suka.

            “Oppa.” Raekyo mencoba melepaskan tanganku namun aku menahannya. Kucoba mengatur amarahku sebelum kupandangi dia.

            “Kau.., Bisa tidak sih hati-hati sedikit? Sudah dibilang jangan lari-lari. Jadi jatuh kan. Terus apa-apan itu tadi dengan hakseng baru itu? Kau kenal dekat dengannya? Kenapa dia bicara banmal padamu?”

            “Iya, Rae-ah. Kau kenal dengannya? Sebaiknya jangan dekat-dekat, ada sesuatu yang tidak menyenangkan dari caranya memandangmu.” Changmin menyetujui ucapanku.

            “Changmin oppa! Jangan ikut-ikutan memperkeruh suasana. Aku tidak apa-apa. Ini cuma memar biasa. Lagipula aku baru bertemunya saat tidak sengaja tertabrak olehnya, aku tidak mengenalnya sebelumnya. Oppa, lepaskan.” Raekyo mencoba melepaskan tangannya sekali lagi namun aku masih juga menahannya. Kekesalanku belum juga hilang.

            “Untung cuma memar. Bagaimana kalau kamu sampai terjatuih dari tangga, berguling-guling, kepalamu terantuk, pingsan?” Minho menimpali.

            “Yak! Choi Minho! Bisa tidak sih tutup mulutmu. Oppa, jangan dengarkan Minho, oke? Tuh kan Minho, kamu sih! Jonghyun oppa, selamatkan aku.”

            “Cho Raekyo! Istirahat ini, jangan ke mana-mana. Ikut kami saja. Ayo.” Aku memutuskan lebih baik bersama dengan dongsaengku. Perasaanku tiba-tiba menjadi tidak enak, sambil berjalan keluar kelas, kutarik tangan Raekyo yang masih memprotes usahaku menyeretnya untuk menghabiskan jam istirahat bersama gengku. Di belakang ketiga sahabatku mengekor bagaikan anak bebek.

 

WOOBIN P.O.V

            Aku menyeringai melihat iringan kelima hakseng di hadapanku. Permainan ini akan terasa mudah. Rencana awalku sudah berhasil dengan sempurna, tinggal menyusul rencana-rencana lainnya.

            ‘adikmu memar sedikit saja kau sudah kelabakan. Bagaimana bisa kau bertahan sampai seluruh rencanaku terlaksana? Apa kau bisa menahannya, Cho Kyuhyun?’ aku pun berpaling dari pemandangan di depanku.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
putripdian #1
Chapter 10: Please update
Taeyeon_ssJH
#2
Daebak!!!!!♡♡♡♡♡