Pertemuan Pertama (Choices)
My Lovely TeacherRuang kelas 3-2 yang biasanya ramai oleh para penghuninya kini terlihat sepi karena semua siswa sedang berada dilapangan sekolah untuk mapel olah raga.
Atas instrusksi dari guru semua siswa berlari mengelilingi lapangan tak terkecuali dengan Amber. Dari belakang terlihat seorang siswi yang sangat cantik sedang memperhatikan Amber dengan seksama bahkan terkadang melemparkan senyum kecil.
"Minah datang, minah datang..." Lirih Key menyenggol lengan Amber yang masih sibuk mencuci wajahnya di wastafel yang ada didekat lapangan.
"Hi Amber... Untukmu." Minah menyerahkan sebotol minuman pada Amber dengan rambut dan bajunya yang basah karena air tadi, dan menurut minah itu sangat seksi. Amber mengambil air minum itu tanpa mengucapkan terimakasih namun Minah tak masalah dengan hal itu.
"Kau gila ya...? Menolak gadis seperti Minah."
"Benar... Minah itu sempurna, dia adalah putri tunggal dari seorang CEO artist management no 1 di Korea." Key mengiyakan perkataan Henry.
"Diam deh!! Aku itu masih marah dengan kalian!! Gara-gara kalian kelangsungan hidupku terancam.!" Teriak Amber setelah seharian mendiamkan kedua temannya itu.
"Maaf, maaf...!!" Henry menyatukan kedua telapak tangannya.
"Jadi, tadi pagi kau meberikan jawaban nomor berapa atas pilihan yang diberikan paman padamu?" Key menatap Amber yang sedang berdiam diri melihat refleksinya pada kaca besar yang ada di toilet.
"Pilihanku..."
~
Disebuah ruangan yang cukup besar dengan beberapa rak buku beserta isinya, meja, sofa dan komputer terlihat seorang gadis muda yang sedang mendiskusikan hal penting dengan dosennya.
"Bagaimana?" Pekik Luna saat melihat Krystal keluar dari ruangan dosen itu.
"Beliau bilang list penerima beasiswa untuk semester depan sudah full, tapi prof. Cho akan mengusahakan agar aku bisa masuk list tunggunya, siapa tahu ada yang gugur karena tidak memenuhi syarat." Jelas Krystal sambil berjalan menuju perpustakaan meningalkan area dosen dengan beberapa buku besar ditangannya.
"Hasshhh... Dasar si tengik itu, kenapa dia baru memberitahu kita tentang beasiswa itu selambat ini." Kesal Luna pada pacarnya Jonghyun yang telah memberikan info kepada mereka.
"Sudahlah, aku harus berterima kasih padanya karena sudah memberitahu mengenai info itu."
"Jangan, tidak usah. Nanti dia besar kepala."
Dari belakang seorang pria muda mengamati kedua gadis yang ada didepannya kemudian menghampiri mereka.
"Sedang membicarakan aku ya??" Pekik pria itu saat merangkul tangan Luna. Luna yang merasa kesal dengan pria itu memukuli tangan dan perutnya.
"Sakit. Sakit.!" Luna pun berhenti memukuli pria itu, Krystal hanya tertawa geli melihat pasangan yang ada didepaanya itu.
"Jadi bagaimana hasilnya."
"Hasilnya kacau, seperti dirimu." Luna menarik Krystal menjauh dari Jonghyun.
Krystal mengambil beberapa buku yang ada di rak perpus kemudian duduk disebuah meja panjang dengan diapit kedua pasangan tadi.
"Maaf ya Krys, ayah baru memberitahuku kemarin." Bisik Jonghyun agar tak terlalu mengganggu mahasiswa lain.
"Iya, tidak apa-apa."
"Ini semua gara-gara kau." Luna menunjuk muka Jonghyun dan membuatnya tak terima. Pasangan itu bertengkar dihadapan Krystal dan mengganggu belajarnya.
"Plakkk... Plakkk..." Krystal memukul kepala kedua orang itu dengan buku yang cukup besar dan berhasil membuat mereka kesakitan.
"Jika kalian masih berisik lebih baik pergi. Jangan ganggu aku.!"
"Kenapa sifat galakmu tak hilang-hilang, kalau terus seperti ini kapan kau bisa dapat pacar?" Jonghyun mengelus kepalanya yang mungkin sedang benjol itu.
"Plaakk..." Lagi-lagi Krystal memukul kepalanya.
"Krys nanti malam anak-anak kelas mau kumpul. Kau ikut kan.?"
"Luna... Aku, "
"Stop, aku sudah tahu. Jjong, ayo pergi." Luna dan Jonghyun pergi meninggalkan Krystal seorang diri di perpustakaan.
~
Siang itu seperti biasanya Amber tidur diruang kelas sendirian selam jam istirahat dengan earphone yang terpasang ditelinganya.
"Ini gila... Aku tidak sebodoh itu hingga harus les." Gerutu Amber dengan mata tertutup.
"Kau memang bodoh. Baru sadar ya." Mendengar ejekan Henry Amber membuka matanya dan mulai memukul temannya itu. Bukannya kesakitan dia malah tertawa hebat. Sementara Key heran melihat dua temannya itu.
"Kenapa ayahmu harus menyewa guru les? Di daerah Gangnam kan banyak bimbel yang terkenal." Tanya Key dengan mulut penuh roti.
"Itu berbahaya, dia tak akan membiarkan orang lain tahu jika anaknya memiliki cacat. Apa kau tidak ingat dengan kekacauan yang ia buat seme
Comments