First Meeting
Not Just Brother and Sister“hallo? Kau masih disana kan? Pokonya jangan dulu pergi sebelum aku datang..”
Kondisi jalanan hari ini memang kurang bersahabat, kemacetan disana sini, merugikan orang orang yang sedang terburu buru atau dalam keadaan mendesak. Tapi sepertinya keadaan seperti itu juga akan merugikan orang orang sepertiku yang tidak bisa menahan kesabaran. Kuputuskan untuk keluar dari mobil dan segera berlari menuju sebuah tempat makan.
Sampai di tujuan pandanganku langsung mencari sosok seorang pria yang sudah lama tidak aku jumpai. Sampai akhirnya pria tersebut melambaikan tangannya ke arahku. Sebuah senyuman refleks terpancar di wajahku.
“apa yang terjadi?” tanya pria tersebut padaku yang masih belum fokus karena keringat yang terus mengucur dari dahi.
“hah? Apa?”
“apa kau baru saja mengikuti lomba lari? Hhahaha”
“enak saja! Aku kesini hanya untuk bertemu denganmu, kau tidak mengatakan dari jauh hari kalau kau sudah tiba di korea, setidaknya kan aku bisa mengosongkan jadwalku terlebih dahulu..”
“ini yang dinamakan ke-ju-tan.. hei.. kau seolah olah tidak melihatku bertahun tahun saja, aku hanya pergi 6 bulan. Kalau begitu bagaimana reaksimu jika bertemu dengan’nya’ nanti yaaa? Hhhahaahaha” sepertinya aku tahu siapa yang dia maksud. Pria yang sudah tidak pernah aku temui lagi beberapa tahun terakhir dan tidak pernah aku tahu lagi kabarnya.
“Yaa! Oppaaa! Jangan bahas dia lagi, aku bahkan sudah tidak pernah memikirkannya…”
“uwooohhh, sepertinya kau sangat sensitif kalau sudah menyangkut tentangnya” pria ini memang tidak pernah mau berhenti untuk menjahili aku. “ku dengar dia baru saja keluar wajib militer beberapa minggu yang lalu. Kau tidak mau menemuinya?”
“untuk apa? Aku tidak perduli ko” ucapku berpura pura apa yang aku katakan adalah suatu kebenaran.
“hei tidak usah berbohong… 3 tahun sejak kalian putus kau selalu menanyakan kabarnya padaku, setiap kalian bertemu dengannya di acara penghargaan kau tidak pernah bisa tenang, dan saat kau tahu dia akan memulai wajib militer kau menangis 3 malam di telepon denganku. Memangnya aku lupa semua itu hah???” siaaaal, bila ada sebuah bola tenis di depanku, ingin ku lempar tepat ke mukanya. Bagaimana bisa dia mengatakan semua itu dengan santai.
“yeo jin gooooo opaaaa kau benaaar benaaaarrr meeeenyyeeebbaaalllkaaaannnnnn!!!!”
“hei hei heiiii jangan berteriak, suara mu sangat fals bahkan saat berteriak hahahahahah.. oh ya, apa lawan main di drama barumu belum ditentukan?”
“kau memang sangat menyebalkan oppa… ya, belum sampai saat ini, aku sangat penasaran siapa nantinya yang akan ditentukan.”
“bagaimana kalau yang menjadi lawan mainmu nanti adalah orang yang sangat ingin kau temui saat ini? Hahaha”
“memangnya siapa yang sangat ingin kutemui saat ini? Tidak ada tuh”
“Park-Bo-Gum”
“kyaaaaaa! Opaaaa kau benar benaaaaaaarrrrr!!!!” jingoo oppa sebenarnya memang gila, aku tidak berhenti memukulnya dengan tasku, bahkan ingin ku lempar ke mukanya.
“hei hei sudah aku kesakitan ini… bila hal itu terjadi, aku akan menjadi orang terdekatmu yang paling bahagia hahahaha”
“sudahlah aku ingin pergi dari sini, aku sudah tidak sanggup bicara denganmu..” aku segera pergi meninggalkannya. Kami memang sering bertengkar, tapi semua itu hanya pertengkaran layaknya seorang sahabat, tidak lama kemudian kami akan bertindak seolah tidak ada yang terjadi.
Aku saat ini memang sedang memiliki projek drama, aku akan berperan sebagai mahasiswi pintar dan merupakan putri dari pemilik universitas yang jatuh cinta pada seorang senior miskin yang sekaligus asisten dosen. Klise? Aku setuju bila banyak orang berpikir seperti itu. Tapi ini pertama kalinya aku bisa berperan sebagai mahasiswi setelah sekian banyak peran yang aku mainkan hanya sebagai siswa SMA yang lemah.
____________________________________________________________
Di kamar aku sedang sibuk mengerjakan tugas tugas kuliah yang terus menumpuk karena tidak pernah aku kerjakan, setiap pulang shooting atau pemotretan aku selalu langsung tidur. Ya, memang ini resiko bila aku melakukan keduanya, kuliah, dan bekerja.
*tok tok tok* “yoojung-ah apa ibu bisa masuk sebentar?”
“ya ibu ada apa?”
“yoojung-ah lawan mainmu sudah di tentukan.”
“oh ya bu? Siapa?”
“bogummy.” keheningan terjadi beberapa detik, aku masih mencerna ucapan terakhir ibu. Bogummy? Bo bogummy? Bogum? Parkbogum?
“PARK BO GUM???!!!!!!!!!!!!!!!!!” kepalaku seketika kosong, tidak bisa berpikir sama sekali, berbanding terbalik, jantungku benar benar berdegup dengan kencang, bahkan lebih cepat dari anjing berlari (?)
“apa kau tidak apa apa? 2 hari lagi sutradara dan penulis naskah meminta kalian untuk bertemu sebelum pembacaan naskah.”
“ah aku tidak tau ibu aku ingin tidur sekarang.” ucapku kosong. Sepertinya ibu mengerti keadaanku sekarang, tanpa berbicara ibu langsung meninggalkan aku sendiri di kamar.
Malam itu aku terus melamun, kosong, tidak bisa berpikir apa apa, karena terlalu banyak yang harus aku pikirkan kedepannya, dan tanpa sadar aku tertidur tanpa sadar dengan apa yang baru saja aku terima
____________________________________________________________
*drrt drrrt drrrt drrrt* getaran dari handphoneku membangunkan aku di pagi hari.
“ya hallo? Ada pagi pagi begini menelpon?”
“YOO JUUNG SELAMAT!!!! AKU SANGAT BAHAGIA SEKALI SAAT INI HHAHAHAGAHAHA”
“apa maksudmu?” tanyaku sambil mengumpulkan nyawa.
“SELAMAT AKHIRNYA KAU AKAN BISA BERCIUMAN LAGI DENGAN BOGUM HYUNG HAHAHA
Comments