My Heart In Yeosodo Land [TWO SHOOT] Bagian 1

Description

 

 

          Summary : Apa jadinya kalau seorang artis papan atas seperti Kwon Soonyoung harus tinggal disuatu pulau yang tidak ia ketahui pasti tempatnya dan bertahan hidup tanpa pegangan apapun. Bisakah Soonyoung kembali ke Seoul dan menemui seseorang yang berharga disana? –atau malah memilih tinggal.

 

Foreword

 

.

.

.

 

 

          “Ah, Mianhae.. nama tempat ini apa, Ahjumma?”

Bibi berpakaian sederhana itu melihat Soonyoung dari atas kebawah-bawah keatas, berkali-kali sampai Soonyoung sebel sendiri. Ditengah kesialan yang dirasakannya bibi itu masih sempat-sempatnya melongo mengagumi ketampanan Soonyoung. Soonyoung ena kan jadinya? –eh..

          “Ahjumma~? Jangan bengong dong entar ke masukan laler mao? Susah yah jadi cogans emak-emak pun doyan..”
 

Wajah Bibi itu berubah jijik.

          “Eh Sengklek nih bocah, itu sweater ngapa kek gitu masuk angin baru rasa!”

Wae? Apa yang salah dengan gaya berpakaiannya? Demi sempak goblin yang agung, seluruh pakaian yang dikenakan Soonyoung seharga apartement ditengah kota. Gak bohong dia mah, sweaternya barang bermerek tuh.

          “Ck! Gini nih kalau kelamaan tinggal dikampung, norak kan jadinya? Nih sweater mahal tau! Jumma mana sanggup belinya, ya gak? Iya dong!”

Luar biasa. Songong. –seorang, Kwon Soonyoung. Ah, Aniyo- Kwon Hoshi.

          “Apa? Minta di gampar nih bocah! Lu kismin atau fakir? Saoloh, gue yang melarat aja kagak pernah mau make sweater bolong-bolong gitu tong..”

          “HA.HA.HA. dasar rakyat jelata gak tau fashion. Ini namanya SWAG!!”

          “Ngelunjak nih bocah! Jumma lebih SWAG!” –amit, Ahjummanya gahol juga ternyata.

Soonyoung lari tunggang-langgang setelah dilempari Ahjumma tadi dengan ikan makarel asin yang baru saja diangkat dari jemuran. –Dan Soonyoung tidak menyianyiakan ikan berharga tersebut. –masih menyempatkan diri menggoda si Ahjumma.

          “-SWAG!!”

-SWAG gundulmu.

 

 

 

My Heart In Yeosodo Land

 

.

[Noname88]

 

OOC, /BL, TYPO, BAHASA NGALOR-NGIDUL (?) DLL...

*Ini pake Bahasa Formal guys, cuman prolognya doang yang rada sengklek :v*

Rated T

DISCLAIMER : FF INI ASLI MILIK SAYA, DARI HASIL PEMIKIRAN SAYA, PENGALAMAN DAN IMAJINASI SAYA.

.

.

.

 

          Salah satu gedung agency raksasa di Korea tengah sibuk mengurusi masalah yang lagi-lagi melibatkan artis didik kan mereka yang sedang naik daun. CEO sendiri pun ikut turun tangan setelah mendengar kabar ‘menjengkelkan’ mengganggu telinganya.

          ‘Hoshi Di Kabarkan Menjalin Hubungan Dengan Taemin’ –artis kebanggaan agency –tiiitttttt- musuh besar dari agency yang menaungi Hoshi.

          “Brengsek! Kenapa kalian malah memberikan majalah sialan ini pada ku?!”

Han Seongsu melempar majalah yang memasang gambar wajah Hoshi dan Taemin sebagai sampulnya. Setan cilik itu tahu betul cara membuat Han Seongsu pusing bukan main.

          “Hubungi pihak Taemin, minta mereka untuk mengkonfirmasi hal ini.”

Asistent Kwang menunduk hormat sebelum meninggalkan ruangan.

          “-dan kau, hubungi setan itu untuk cepat kembali setelah konsernya selesai.”

Han Seongsu kembali menunjuk pesuruhnya yang lain.

Bukan sebuah rahasia kalau Hoshi merupakan fanboy -garis keras- Taemin, bahkan sebelum ia memulai kariernya sebagai penyanyi solo dengan berbagai dance memukau selalu menjadi daya tarik tersendiri bagi para penggemar Hoshi –yang menamai diri mereka ‘Mochi17’. Nasib baik berpihak pada Hoshi, enam bulan setelah memulai debutnya Hoshi telah banyak menarik perhatian dari berbagai pihak. –tidak bisa dihindari kalau dirinya menjadi incaran media local dan non-lokal dalam kesehariannya.  Bahkan setiap gerak-geriknya pun tidak lepas dari sorot media.

          Hal yang lumrah kalau kau merupakan artis papan atas yang di idolakan oleh banyak kaum hawa maupun adam. Taemin sekalipun tidak bisa menolak pesona Hoshi, -bocah tengik itu bahkan berani masuk kedalam waiting room khusus untuk menemui Taemin.

          “Hyung, kau tahu perbedaanmu dengan berlian?” Najis-

Taemin kaget. Seharusnya ruangan ini khusus untuk dirinya sendiri, tapi kenapa malah ada bocah ingusan duduk seenaknya diatas meja rias didepannya.

          “Mianhae? –kau siapa?”

Anehnya Taemin malah mendengar suara cekikikan dibelakangnya.

          “-Tidak ada. Karena kau sama menyilaukannya seperti berlian .”

Eaaakk, faakkk emang si Hoshi.

Dagu Taemin diangkat dengan anggun. Hoshi menatapnya dengan gentle, mampu membuat Taemin ikut berdebar melihatnya. Ayolah, siapa juga yang bisa menghindar dari tatapan y namun membunuh milik Kwon Hoshi tersebut.

Entah telinga Taemin yang salah atau apa, rasa-rasanya banyak orang yang berbisik dibelakangnya.

          “Hyung, mau jadi pacarku?”

KYAAAKKKKK~ terdengarlah suara teriakkan histeris tersebut. Sialan. Ternyata Hairstylist nya penggemar berat Hoshi. Pantas saja dari tadi Taemin mendengar bisik-bisik setan.

 

Terlepas dari segala kegaduhan yang diperbuatnya, Hoshi memiliki bakat mempuni dalam menunjang karier bernyanyinya. Suara yang merdu, serta gerakan energik yang mampu menyesuaikan lagu beat yang ia nyanyikan. Dalam waktu singkat ia menggelar konser pertamanya di Yokohama-Tokyo sebagai tolak ukur kesuksesannya.

Fans yang ribuan –atau mungkin jutaan? Tentu saja mendukung, tapi dilain pihak tidak sedikit yang ingin menjatuhkan kariernya yang baru seumur jagung.

 

          “Aku tidak mau tahu, kalian cepat selesaikan masalah ini. buat pernyataan yang kira-kira tidak membuat fans kecewa. Entah apa itu, mau kalian membantahnya atau mengiyakannya. –yang terpenting karier bocah itu terselamatkan.”

Han Seongsu menutup rapat dadakan yang dihadiri para staf agency untuk  menangani masalah –Kencan antara Hoshi dan Taemin- yang menjadi perbincangan hangat diluar sana.

 

 

 

          Sayangnya, sosok yang digilai tersebut tengah merana seorang diri disebuah pemukiman senyap. Tanpa dompet. Tanpa handphone. –dan tanpa makanan.

GRUUUKKKK~ Fix. Soonyoung tidak bisa merenungi nasib seperti ini, paling tidak ia harus berusaha mencari makanan untuk mengisi perutnya yang kosong. Sejak datang ke pulau entah berantah ini, Soonyoung belum ada makan sedikitpun. Badannya jadi lemas, padahal tadi ia masih bisa berlari menghindari lemparan ikan asin milik Ahjumma galak-,

          “Ah, IKAN ASIN!”

Soonyoung menarik ikan asin yang sengaja dimasukkannya kedalam saku celananya. Kecil. Soonyoung ingin menangis sendiri melihatnya.

          “Lagipula ini tidak bisa dimakan mentah kan?”

-tentu saja. Kwon Soonyoung yang SWAG!

 

TOOKK TOOK TOOK “Permisi, apa ada orang didalam?” Soonyoung mengetuk pintu rumah yang sedang disandarinya selama hampir satu jam lebih, sepertinya tidak ada orang.

          “Yeoboseyo? Moshi-moshi!!”  Ikan asin yang sedari tadi digenggamnya malah dijadikan tongkat pemukul untuk memukul kerikil-kerikil kecil didekat kakinya. Sungguh malang nasib kekasih Taemin ini. “Yeoboseyo! Mosh-“

 

BRUUKKKK.. pintu dibelakang Soonyoung terbuka secara tiba-tiba membuat Soonyoung terjungkal masuk kedalamnya. Namja berbadan mungil terlihat mengucek matanya terkejut dengan kehadiran Soonyoung yang terjatuh tepat didepan kakinya.

          “Astaga! Kau siapa?”

Dengan tidak sopan Jihoon –namja yang membukakan pintu- menendang tubuh Soonyoung yang awalnya tertelungkup menjadi telentang menatap langit-langit ruangan bercat biru muda.

          “Lapar~ hiikkss…”

-Hikkksss, Jihoon juga ingin menangis melihat selera makan Soonyoung yang bukan main gilanya. Adiknya Seungkwan bahkan belum memakan sedikitpun hasil masakannya –yang niatnya ingin ia panaskan pada keesokan harinya-. Seungkwan pasti akan mencari Kimchi favorite nya ketika ia bangun ‘nanti’ yang ‘juga’ dihabiskan oleh Soonyoung.

          “Hei, kau ini manusia bukan? Kenapa napsu makanmu seperti monster?”

Soonyoung menghentikan kunyahannya sejenak.

          “Kau tahu, aku sejak pagi belum makan sama sekali. Aku akan mengganti semuanya setelah menghubungi Manager ku, ok?”

          “Cih, kau berlagak seperti artis eoh?”

          “Apa kau bilang? Memangnya tampang ku tidak terlihat seperti artis? Kau tidak pernah menonton televisi?”

Ya Tuhan, bahkan Justin Bieber pun akan menangis mengetahui betapa terkenalnya seorang Kwon Soonyoung. Dan si mungil berambut strawberry ini malah meragukan ketenarannya.

          “Masa bodoh. Cepat habiskan makananmu, lalu segera pergi dari rumahku.”

          “Kau kejam!”

          “Kau lebih kejam! Makanan ku semuanya habis kau makan!” –Ok, Jihoon menang.

Seharusnya pagi ini Soonyoung sedang tertidur nyaman diapartement mewah miliknya, bukan malah tertidur dalam posisi tidak-nyaman-sama-sekali diruangan kecil nan sempit milik Jihoon. Dengan hanya berbantalkan kedua tangannya.

          “Kenapa nasib ku sesial ini?”

Ia menghela napas berat.

Sebenarnya Soonyoung sangat berterima kasih kepada Jihoon yang mau menampungnya untuk sementara waktu –setelah dipaksa Soonyoung pastinya.

Membujuk namja berwajah bayi tersebut bukan perkara mudah, Soonyoung bahkan harus mengesampingkan harga dirinya dengan menangis berlutut dihadapan Jihoon yang berdiri angkuh dihadapannya.

          “Bangun! Kau tidak bisa tidur sepuasmu, bantu aku mencari makanan.”

Sekali lagi, Jihoon menjawil telinga Soonyoung yang pura-pura tertidur. Masih terlalu pagi untuk mencari makan, lagipula udara didalam ruangan saja sudah sedingin ini –apa kabarnya diluar sana?

          “Enggghh-mhh..”

          “Aigoo.. kau mau ku tampar atau ku cekik?!”

Gluukk.. Soonyoung segera membuka matanya secepat mungkin menghindari ancaman Jihoon. Soonyoung tidak mau mati konyol.

          “Ya,ya,ya. Ini aku sudah bangun! Aku baru saja mau tidur tahu! Semalaman aku tidak bisa tidur sama sekali, tempat ini membuatku sesak napas.”

          “Dasar tidak tahu terima kasih. Kalau kau tidak suka, pergi sana. Memangnya aku yang memintamu untuk tinggal dirumah ku?”

Alas tidur ayaman rotan digulung Jihoon dengan kasar, menariknya dari bawah tubuh Soonyoung yang masih setengah tidur.

          “Arrggghhh.. apa ditempat ini benar-benar tidak ada telepon umum?!”

          “Sialan. Jangan berteriak sepagi ini. kalau Seungkwan terbangun, akan ku tinju wajahmu hingga babak belur.”

Kepala Soonyoung ditoyor dengan manis oleh Jihoon. Soonyoung hanya sebongkah upil yang tidak berharga dihadapan Jihoon.

Yeosodo di pagi hari memiliki udara yang sangat dingin, hanya dengan jaket seadanya yang dipinjamkan Jihoon –Soonyoung berjalan lesu menuju pelabuhan yang biasa di jadikan tempat memancing oleh warga setempat. Jihoon didepannya berjalan cukup cepat mendahului Soonyoung, Berharap kapal  milik kepala desa belum berangkat, -kalau tidak ia terpaksa memancing di pinggiran pelabuhan dan hanya mendapatkan ikan-ikan kecil.

          “Percepat langkahmu. Aku tidak mau tertinggal kapal.” –Soonyoung membuang kotoran dihidungnya.

          “Aku tidak mau naik kapal, aku mabuk laut.”

          “Memang apa peduli ku?”

-Dasar pendek! Andai Soonyoung punya sepeser uang, ia akan membeli makanannya sendiri dan segera meninggalkan pulau –apa namanya? Oh, Yeosodo. Jihoon semalam memberitahunya.

          “Ahjussi, ahjussi.. tunggu kami sebentar.”

Kepala desa tersenyum melihat kedatangan Jihoon bergegas menuju kapalnya yang sebentar lagi berangkat. Jihoon memang selalu mendapat tumpangan gratis di kapal milik kepala desa, memancing di tengah lautan bersama warga lainnya yang juga mencari ikan untuk sekedar di makan atau di jual.

          “Jihoon-ah, tidak biasanya kau terlambat?”

          “Maafkan aku ahjussi, orang ini ikut denganku.”

Soonyoung memasang tampang bodoh melihat Jihoon menunjuk kearahnya.

          “Orang ini? Eiii, aku punya nama! Kwon Hoshi!! Senaknya memanggil dengan sebutan ‘orang ini’!”

Jihoon melengos. Kaki pendeknya bergerak lincah menaiki kapal dibuntuti Soonyoung yang masih mengomel tidak jelas dibelakangnya.

Kapal yang cukup menampung sepuluh hingga lima belas orang tersebut mulai meninggalkan pelabuhan menuju tengah laut. Pagi yang cukup cerah mengurangi kadar beku tubuh Soonyoung, kalau pagi ini tidak ada matahari sama sekali maka habislah Soonyoung terkapar diatas kapal karena membeku kedinginan.

          “Fyuuhhh~ tidak buruk ternyata.”

Angin sepoi-sepoi menerbangkan sebagian poni Soonyoung. Jihoon menghilang entah kemana, Soonyoung tidak peduli.

          “Hei nak! Ambil ini untuk sarapanmu.”

Ahjussi kepala desa memberikan sekotak bekal kearah Soonyoung, dan tentu saja diterima dengan senang hati.

          “Kamsahamnida!! Ahjussi..” entah dari mana datangnya tiba-tiba Jihoon menarik bekal yang ada ditangan Soonyoung.

          “Ini milikku!”

          “Enak saja! Ahjussi memberikannya untuk ku!”

Soonyoung kembali menarik bekal yang kedua sisinya dipegangi olehnya dan Jihoon, demi sekotak bekal Soonyoung rela tarik-menarik benda kotak tersebut ditengah kapal yang tengah bergoyang tidak seimbang.

          “Tidak bisa! Ini sebenarnya jatah makan ku tahu!”

BRUUAAKKK!! Bagai di Slow motion bekal yang diperebutkan Soonyoung dan Jihoon terbang begitu saja dan berakhir jatuh berserakkan dilantai kapal. Orang-orang yang melihat sebagian merasa iba dan sebagian lagi pura-pura tidak tahu.

Memangnya salah mereka kalau bekal dua manusia itu sampai terjatuh?

          “ARRGGGHHH! Aku bisa gila gara-gara kau!”

Telur rebus yang masih terselamatkan diambil Soonyoung, memasukkannya dengan cepat kedalam mulut. Jihoon hanya melongo melihat pipi Soonyoung yang menggembung.

          “Kau bilang dirimu artis? Ck, melihat kelakuanmu ini aku tambah tidak yakin kalau kau artis.”

Masa bodoh dengan mulut berbisa Jihoon. Setidaknya telur rebus dapat sedikit meredakan rasa mualnya, diam-diam kepalanya pening terombang-ambing dilautan lepas. Bagaimana pun juga, ini pengalaman pertama Soonyoung berlayar di tengah lautan

          “Kau yang bersihkan-, aku tidak mau dimarahi Ahjussi kepala desa karena kapalnya kotor.”

          “Berisik!”

 Dengan berat hati Soonyoung membersihkan sisa-sisa tumpahan makanan yang ada di lantai kapal, ah coba saja si pendek Jihoon tidak datang seperti jurig, Soonyoung pasti sudah makan dengan lahap. –hidup memang kejam.

          “Jangan melamun. Kalau aku mendorongmu kelaut kau tidak akan sempat menyelamatkan diri.” –Oh, Jihoon masih berada disampingnya. Namja mungil itu mengaitkan umpan dikail pancingnya, bersiap melempar tali pancingnya.

          “Kau sudah terbiasa memancing setiap hari?”

Jihoon sempat melirik sebentar kearah Soonyoung yang ikut memandang lautan dengan sendu, entah apa yang dipikirkan namja tampan itu.

          “Emm, kadang aku membawa Seungkwan ikut.” Jihoon kembali fokus pada alat pancingnya.

          “Seungkwan.. ngomong-ngomong aku tidak melihatnya sejak semalam. Kau selalu membicarakannya tapi aku sama sekali belum melihatnya.”

Helaan napas berat Jihoon menarik perhatian Soonyoung. Ia rasa hidup Jihoon benar-benar berat. “Seungkwan punya kelainan.”

          “Benarkah?!” mau-tidak-mau Soonyoung jelas terkejut. Jihoon terlihat santai dengan yang baru saja ia ucapkan, tapi tidak dengan Soonyoung. Ternyata ia membebani orang yang salah. Hidup Jihoon jauh lebih berat dari yang ia bayangkan.

          “-Kau tidak berniat membawanya kedokter?”

          “Aku sudah membawanya kedokter, tapi mereka juga tidak tahu bagaimana cara menangani penyakit Seungkwan.”  -“Aku turut berduka~”

 

Ember berukuran sedang yang dibawa Jihoon untuk memancing telah terisi penuh dengan berbagai jenis ikan hasil tangkapan ia dan Soonyoung. Harus Jihoon akui kalau namja itu cukup hebat dalam hal memancing.

          “Yuuhuuu~ kau lihat Jihoonie!! Aku menangkap banyak ikan.” Soonyoung melompat riang menuruni kapal terlebih dahulu, disusul Jihoon yang melompat takut-takut dengan disambut Soonyoung.

          “Jihoonie? Jangan sok akrab denganku.”

Sekali lagi, Jihoon menoyor kepala Soonyoung. –Jihoonie? Astaga! Pipi Jihoon memerah karena panggilan kelewat manis itu.

          “Hehehehe.. Jja, kita pulang dan masak ikan itu. Aku lapar~”

Greepp.. di sengaja atau tidak, Soonyoung menggenggam erat tangan Jihoon yang terbebas tanpa ember ditangannya. Berucap manja seolah mereka sudah cukup dekat untuk saling bergandengan tangan satu sama lain.

Jihoon tidak mau memikirnya terlalu jauh, bisa saja itu hanya gerak refleks Soonyoung karena terlalu senang. –tapi bolehkah? Kalau Jihoon merasa kembali punya tempat berbagi. Berbagi dengan segala kepayahan yang berlangsung di hidupnya. Seseorang yang mampu menggenggam tangannya saat ia lelah, dan mengulurkan tangannya saat ia tersungkur jatuh tanpa ada orang yang sudi menolongnya.

          “Nah, sebaiknya kita apakan ikan ini?” Soonyoung melepas jaket dari tubuhnya, merentangkan sedikit kedua lengannya.

          “Bersihkan kotorannya dulu, biar aku yang siapkan bumbunya.”

          “Baik, aku yang akan membunuh ikannya.” –hekkk! Apa Soonyoung bilang? Membunuh?! Jihoon menatap jengkel namja bodoh tersebut. Lupakan Soonyoung dengan ikan-ikan yang ingin dibunuhnya. Jihoon memilih untuk pergi kedapur menyiapkan semua bahan yang akan dipakainya untuk memasak.

Setelah jatah makannya yang jatuh karena ulahnya dan Soonyoung, Jihoon tidak mau lagi membuang waktu untuk mempercepat jam makan siangnya. Perutnya juga perih.

          “HYUUNNNGGG!!!”

Soonyoung dikejutkan sosok namja yang tidak lebih tinggi darinya keluar dari pintu rumah dengan hanya memakai piyama tidur. Namja tersebut berpipi cubby dan memiliki warna surai yang sama dengan Jihoon.

          “Hyung! Ada maling!!” Seungkwan berteriak heboh sambil menunjuk-nunjuk Soonyoung yang masih terpaku ditempatnya membersihkan ikan-ikan hasil tangkapannya dan Jihoon. Soonyoung masih shock.

          “Hah? Mana malingnya?”

Jihoon berlari kalang kabut membawa pisau dapur yang masih melekat ditangannya. Begitu ia melihat Soonyoung yang membeku seperti hilang nyawa, Jihoon malah terpingkal bahagia. “Hahahaha.. dia bukan maling Seungkwan-ah.”

          “-a-ah, YA! AKU BUKAN MALING! Seenaknya saja mengataiku maling.”

Barulah nyawa Soonyoung terkumpul sepenuhnya setelah mendengar pembelaan dari Jihoon. Hampir saja ia lari karena dikatai maling, bisa-bisa warga desa datang untuk memukulinya tanpa tahu kebenarannya.

          “Lalu Hyung ini siapa?” Seungkwan terlihat tertarik dengan Soonyoung. Ia bergerak mendekat.

          “Eoh, Hyung itu namanya Hoski –Hoshiki? Ah tidak tahu. Terserahmu mau memanggilnya apa.” Jihoon terlihat acuh dan kembali kedapur untuk menyiapkan bumbu-bumbu masakan yang tadi sempat tertunda.

          “Pendek sialan. Nama ku Hoshi! Bukan Hoshiki! Memangnya merek ayam!”

Tanpa disadari Soonyoung, Seungkwan menyentuh kalung perak berbandul ‘Diamond’ yang cantik melingkar dileher Soonyoung, rupanya namja gembul itu tertarik dengan kalung milik Soonyoung.

          “Heh, jangan sentuh!” –aaiisshh.. Seungkwan meringis ketika tangannya di pukul Soonyoung untuk menjauh.

Seungkwan memajukan bibirnya tidak suka, dan segera berlalu meninggalkan Soonyoung seorang diri. Soonyoung sangat sensitif terhadap kalung miliknya, -bersama Taemin sebagai tanda jadi hubungan mereka.

Soonyoung jadi merindukan Taemin, apa yang sedang dilakukan Taemin di Seoul sana? Apa kekasihnya itu juga merindukannya yang menghilang tanpa kabar. –atau malah tengah bersenang-senang dengan namja lain. –ck, untuk yang terakhir Soonyoung berusaha membuang jauh-jauh pikiran buruknya tersebut. Tidak mungkin kan Taemin berkhianat dibelakangnya.

 

 

          “Hansol-ah, bagaimana bisa Hoshi menghilang seperti ini?!”

Manager Lee membentak Hansol habis-habisan, pasalnya namja berdarah campuran itu yang terakhir kali sempat berhubungan dengan Hoshi sebelum namja sipit itu menghilang bagai tertelan bumi. “Demi Tuhan Hyung, aku tidak tahu. Hoshi hyung hanya menghubungi ku sebentar dan mengatakan kalau ia sudah sampai dibandara Incheon. Dia tidak mengatakan apapun setelahnya.”

“Lagi pula, Hyung kan managernya! Kenapa malah meninggalkan Hoshi hyung yang idiot itu sendirian sih?!”

Hansol juga ikut frustasi mendengar kabar hyung angkatnya tersebut menghilang setelah menggelar konsernya di Yokohama. Ponsel Hoshi juga sama sekali tidak bisa dihubungi.

          “Astaga.. si tua Bangka Seungso akan benar-benar membunuhku kalau ia tahu anak kesayangannya menghilang entah kemana!”

          “Apa?! Hoshi hyung anak dari CEO?! Jadi gossip itu sungguhan.” –Oooppss.. Manager Lee merutuk dalam hati atas mulutnya yang tidak bisa dikontrol saat sedang emosi. –masalah baru.

          “Hyung! Jadi Hoshi hyung anak dari CEO? –Hyung jawab aku!” Hansol menarik-narik lengan kemeja Manager Lee yang terlihat hampir meledak karena masalah yang dibuatnya sendiri.

          “Dengarkan aku Hansol-ah, itu sebuah rahasia. Jangan menjualnya seperti permen kapas kalau kau tidak mau ku lemparkan ke sungai Han.”

Hansol mengangguk paham. Pantas saja selama ini Hoshi selalu diperlakukan berbeda saat ia masih menjalani masa Trainee bersamanya, walaupun Hoshi sering mengomel karena diistimewakan seorang diri. Orang-orang berpikir Hoshi diperlakukan istimewa karena ia salah satu anak emas yang dimiliki agency. –tapi ternyata..

          ‘Ck, hidup ini penuh drama ternyata.’ Hansol memasang earphone nya kembali.

          “Ya! Aku belum selesai berbicara denganmu.”

 

 

 

          “Seungkwan! Jangan suka membuang-buang makanan!”

Soonyoung yang duduk terpaku di teras rumah Jihoon hanya sedikit menoleh kebelakang melihat kelakuan Seungkwan yang seperti anak-anak. Makan dengan cepat bahkan sambil berlari kesana-kemari, membuat Jihoon harus mengejarnya untuk menyuapkan makanan.

          “Seungkwan.. hyung kan sudah bilang untuk bersikap tenang kalau sedang makan.” –Seungkwan hanya berdehem dan duduk tegak menuruti ucapan Jihoon.

          “-anak pintar..” Soonyoung mengacak lembut rambut Seungkwan, mencoba ikut bergabung bersama dua saudara tersebut. “Kau sudah selesai makan?” Soonyoung mengangguk, padahal ia sudah lama menghabiskan ikan goreng hasil masakannya. Sedikit gosong sih, tapi cukup untuk mengisi perutnya.

-untungnya lagi Jihoon tidak memarahinya karena membuat ikan-ikan tersebut gosong. Jihoon memang the best!

          “Jihoon-ah, apa aku tidak merepotkanmu? selama dua hari ini Soonyoung sedikit-banyak tahu bagaimana kerasnya Jihoon untuk bertahan hidup. Rasanya begitu ‘salah’ saat ia harus menumpang dirumah namja mungil itu.

Jihoon menatap Soonyoung sekilas sebelum melanjutkan menyuapi Seungkwan, “Sebenarnya aku tidak keberatan sama sekali, hanya saja.. apa keluargamu tidak khawatir karena kau hilang mendadak.” –Tatapan Soonyoung berubah kosong setelah mendengar pertanyaan Jihoon.

          “Orang tua ku tidak akan khawatir sama sekali, -ah ani.. Appa ku mungkin hanya sedang linglung karena sumber pendapatannya tengah menghilang tanpa kabar.”

          “Maksudmu? Jangan bilang kalau Appa mu pernah menjualmu?”

Uhhuukkk.. Soonyoung jadi tertohok mendengar pertanyaan yang satu ini. Sial.

          “-heii- Umur Seungkwan sebenarnya berapa?” –Soonyoung mengalihkan topik, membahas Seungkwan sepertinya jauh lebih penting.

          Satu hari –Dua hari –Tiga hari –Empat hari –Lima hari. Soonyoung mulai merasa betah untuk tinggal bersama Jihoon. Namja mungil itu berhasil menjerat Soonyoung dalam pesona Yeosodo yang memabukkan. Di pagi hari mereka dengan rutin akan berangkat ke tengah laut untuk memancing ikan dan memasaknya dirumah. Siangnya Soonyoung akan menemani Jihoon pergi ke balai desa untuk melatih anak-anak bernyanyi, Soonyoung juga baru tahu kalau Jihoon punya bakat bernyanyi yang sangat baik. Sesekali ia ikut membantu Jihoon melatih anak-anak bernyanyi. Setelah pulang melatih, biasanya para ibu yang menjemput anak-anaknya memberikan Jihoon sayur-sayuran atau makanan jadi untuk rasa terima kasih karena Jihoon melatih vocal anak-anak mereka secara cuma-cuma.

Dan malamnya, Jihoon akan membersihkan rumah. Satu-satunya waktu luang yang ia miliki.

          “Jihoon-ah, kau tidak berniat untuk tinggal di kota?”

Mereka berdua memutuskan untuk bersantai di depan teras rumah sambil menikmati angin malam. “Tidak. Aku lahir dan dibesarkan ditempat ini.”

          “Padahal kau punya bakat menjadi penyanyi, kalau kau mau aku akan memasukkan mu ke agency milik ku untuk berlatih dan debut sebagai penyanyi.”

Soonyoung menatap serius namja didepannya. “Kau masih bermain dengan lelucon artis mu itu?”

-Heh? Lelucon?! Jadi selama ini Jihoon masih belum percaya kalau Soonyoung itu seorang artis? Ya Tuhan.. tolong hilangkan niat jahat Soonyoung untuk menggigit namja pendek tersebut.

          “Sial. Jadi selama ini kau pikir aku hanya berkhayal?! Kau akan terkejut saat managerku nanti datang dan menjelaskan betapa terkanalnya aku.”

Soonyoung terlihat bangga dengan ucapannya. “-dan besok aku sudah bisa kembali ke Seoul dengan di jemput managerku.”

          “Apa?! Jadi kau benar-benar akan pergi dari sini? –meninggalkaku sendiri lagi.”

DEG.. Apa ini? Jantung Soonyoung serasa ditarik jatuh ke lambung melihat wajah Jihoon yang merana. Sejujurnya kemarin sore Soonyoung diam-diam menemui kepala desa untuk meminjam telepon rumah yang satu-satunya ada di Yeosodo. Warga desa biasanya akan meminjam telepon tersebut dari rumah kepala desa untuk menghubungi sanak keluarga di luar pulau.

Dan Soonyoung melakukannya karena ia ingin kembali ke Seoul.

          “T-tapi kau masih bisa menghubungi ku Jihoon-ah. Aku akan menelpon mu setiap akhir pekan, kau harus datang kerumah kepala desa untuk menunggu telepon dari ku!” Soonyoung berusaha keras menghibur Jihoon, rasanya ia juga tidak rela meninggalkan Jihoon ditempat sepi ini.

Seungkwan memang sudah bangun dari tidur panjangnya. Bocah itu ternyata punya kelainan pada tidurnya, ia mampu tertidur hingga sebulan penuh. Dan bangun hanya untuk makan, mandi, dan –buang kotoran. Yang terakhir jangan terlalu dipikirkan. Semua kegiatan tersebut dilakukannya dengan cepat. Ketika ia terbangun, sebagian memorinya akan terhapus menyebabkan Seungkwan sering bertingkah layaknya anak kecil yang lupa dunia luar.

          “Berjanjilah untuk melakukan itu dengan rutin.” –Jihoon menggenggam gugup tangan Soonyoung. Namja itu hanya tersenyum hangat, dan menggenggam balik kedua tangan mungil Jihoon dengan lebih erat.

          “Pasti. Kau juga harus berjanji untuk selalu menunggu telepon dari ku!”

Kedua namja itu saling berpelukkan melepas rasa takut yang hinggap di hati mereka masing-masing. Jarak antara Seoul dan Yeosodo cukup jauh. Jihoon sangat takut memikirkan kalau Soonyoung akan segera melupakannya begitu ia kembali ke Seoul. Menjalani rutinitas hariannya tanpa mau mengingat lagi tempat persinggahannya di Yeosodo dengan ada sosok Jihoon didalamnya.

.

.

Pagi-pagi sekali rumah Jihoon sudah diributkan oleh kedatangan rombongan dari Seoul yang akan menjemput Soonyoung. –Cih, ini terlalu berlebihan sebenarnya. Soonyoung bahkan dibuat malu oleh Jihoon yang terus-terusan mengejeknya.

          “Kau seperti presiden yang baru ditemukan setelah puluhan tahun lamanya.”

Soonyoung berdehem gugup melihat Jihoon yang masih sibuk merapikan tatanan rambutnya, namja itu punya banyak kemampuan rupanya. “Diamlah! Aku sedang tidak ingin bercanda.”

          “Huhuhuhu~ lihat, tuan Kwon Hoshi yang terkenal tengah membentak ku.” 

Manager Lee yang juga ada ditempat itu bergumam jengkel menjawab setiap pertanyaan warga yang kebingungan dengan kehadiran rombongan mereka. “Berhentilah bertanya. Seharusnya kalian itu bersyukur bisa bebas bertemu dengan penyanyi terkenal seperti Hoshi.”

Salah satu Ahjumma menerobos kerumunan untuk melihat lebih dekat.

          “Jinjja! Jadi pemuda itu artis sungguhan.”

Soonyoung segera dirangkul oleh bodygruad begitu keluar dari rumah Jihoon. Seungkwan yang bersembunyi dibalik pintu menatap sedih kepergian Soonyoung, Seungkwan ingin ikut Soonyoung ke Seoul, tapi Jihoon melarangnya. –karena takut merepotkan Soonyoung ‘katanya’.

          “Tunggu sebentar.” –Soonyoung menahan langkahnya dan berbalik kea rah Jihoon. Namja mungil itu memberikannya sekotak bekal makanan.

          “Untukmu. Ada beberapa telur rebus didalamnya, kau bisa memakannya kalau merasa mabuk dikapal.”

          “Gomawo Jihoonie~ kau seharusnya tidak usah re-“

MUUACCHH.. –pot. Suasana hening seketika. Soonyoung membulatkan matanya melihat Jihoon mencium bibirnya dengan lembut. Jantung Soonyoung seperti dijungkir balik berulang kali, tiba-tiba perasaan untuk tetap tinggal menahannya untuk pergi.

          “Annyeong~” –Ku harap kau akan mengatakan itu di lain waktu saat bertemu lagi dengan ku. Dan mengenalkan dirimu dengan benar.”

Jihoon melepas ciumannya dan menghapus lelehan air mata dipipinya.

“-Nanti. Aku akan kembali untukmu.”

Soonyoung menarik tengkuk Jihoon, kembali mempertemukan bibir mereka dalam ciuman manis. Soonyoung tidak tahu apakah ia jatuh cinta atau hanya takut kehilangan. Yang pasti sesak didada yang kali ini ia rasakan –hanya Jihoon yang mampu membuatnya. Tidak dengan Taemin sekalipun.

          “Aigoooo~ anak muda jaman sekarang.”

          “Ohh.. romantisnya. Suami ku bahkan tidak pernah melakukan itu.”

Kedipan mata Soonyoung di tangkap dengan jelas oleh Seungkwan yang masih menyembunyikan dirinya dibalik pintu. Bocah itu menunjukkan jempolnya pertanda puas dengan pertunjukkan yang dibuat Soonyoung.

 

.

.

.

          “Hansol-ah! Hyung merindukan mu.” Hansol merentangkan tangannya menyambut Hoshi yang baru saja sampai dipelabuhan.

          “Hiikkss.. NADO HYUNG!! NADO!!”

Pukkk..puukk.. Hoshi menepuk sayang kepala Hansol yang menangis sesunggukkan dibahunya. Bocah itu memang selalu menempel dengan Hoshi, walaupun ia masih menjadi Trainee di agency milik Han Seong- Ah, kita harus memanggilnya Appa Hoshi. Hansol punya kebebasan di waktu senggangnya untuk membuntuti Hoshi.

          “Yakkkss~ Ingusmu Hansol-ah!! Menjijikkan.”

.

          “Kami akan menuntut pihak yang telah melakukan penculikan terhadap Kwon Hoshi dan membuangnya di pulau Yeosodo.”

Creekk…Creekk.. blitz kamera tidak henti-hentinya mengabadikan moment kembalinya penyanyi terkenal yang telah menghilang hampir sepekan. Hoshi hanya tersenyum lesu tanpa banyak bicara. “Maaf, apa bisa di ceritakan secara detail rangkai kejadiannya?” salah satu wartawan menyela.

          “Saat itu Kwon Hoshi baru saja menyelesaikan konser pertamanya di Yokohama Area pada tanggal 21 February lalu tepat pada pukul 20:00 Hoshi langsung berangkat menuju bandara Tokyo untuk terbang ke bandara Incheon Seoul. Hoshi tiba pukul 23:00 di Seoul. Saat sedang menunggu jemputan, Hoshi dibekap oleh orang tidak dikenal dan dibawa ke pelabuhan untuk diantar ke pulau Yeosodo dan-“ Hoshi sudah tidak mendengar lagi apa yang di sampaikan Manager Lee, namja tampan itu tengah termenung memikirkan seseorang yang telah mencuri hatinya dengan berani. Wajah Jihoon begitu lekat diingatannya.

          “-Soonyoung-ah! Katakana sesuatu.” Hoshi tersentak mendapat bisikan jengkel dari Manager nya. “Ah, ne.. Aku benar-benar minta maaf untuk seluruh penggemar yang telah mengkhawatirkanku. Aku makan dengan baik disana, ku harap kalian juga tetap menjaga kesehatan dan tidak terlalu mengkhawatirkanku.”

Semuanya ditutup oleh senyum menawan seorang Kwon Hoshi.

          “Soonyoungie~ Bogoshipo!!”

GREEPPP.. begitu Hoshi membuka pintu apartementnya, sosok Taemin sudah lebih dulu menunggunya didalam apartement tersebut dengan hanya menggunakan sweater putih polos yang kebesaran tanpa menggunakan bawahan sama sekali.

          “Hyung, sudah berapa kali ku ingatkan. Jangan menggunakan baju seperti itu didepanku. Belajarlah untuk menghargai dirimu sendiri.” Taemin tersenyum kecut mendengar ceramahan pembuka dari kekasihnya. Namja itu kembali bergelayut manja dilengan Hoshi.

          “Soonyoungie~ kau tidak merindukan ku yah?! Jangan-jangan…”

          “Aku merindukanmu hyung. Sangat.” –setengah hati Soonyoung mengecup pipi gembil Taemin sekedar menghilangkan rasa curiga berlebih namja manis itu.

          “Kalau begitu kita harus menghabiskan malam ini dengan bersenang-senang!! YEEYYY!!”

-hah- Soonyoung menghela napas malas. Hari-hari beratnya di Seoul berlangsung mulai malam ini juga.

 

 

          “Jihoon-ah, ada telepon dari Seoul untukmu.” –Ahjumma istri kepala desa memanggil Jihoon yang sejak tadi terduduk manis diteras depan rumahnya untuk menunggu panggilan tersebut.

Jihoon bergegas menyambut uluran telepon yang diberikan padanya. Menggumamkan kata ‘Kamsahamnida’ sebelum benar-benar menjawab panggilan telepon diseberang sana.

          “Yeoboseyo..” suara khas Soonyoung terdengar mengalun merdu ditelinganya. Jihoon bahkan tanpa sadar meneteskan air matanya.

          “Soonyoung-ah, bagaimana kabarmu? Apa di Seoul menyenangkan?”

Obrolan mereka terus berlanjut hingga terkadang Jihoon merasa lupa waktu dan harus menghentikan obrolan mereka lebih dulu, karena menunggu Soonyoung menghentikan obrolannya adalah hal yang sia-sia. Namja itu terus mengoceh tanpa henti menceritakan segala sesuatu yang dialaminya. –dan Jihoon akan dengan senang hati mendengarkannya.

Segalanya berjalan begitu baik –sampai dibulan ketiga.

          “Hahahaha.. rasanya aku ingin mencubit pipi mu Jihoon-ah.” –Soonyoung tergelak mendengar lelucon yang dikatakan Jihoon melalui telepon. Rasa lelahnya selalu terbayar di akhir pekan ketika Soonyoung dapat kembali mendengar suaru namja manis yang tengah dirindukannya setengah mati.

Beberapa bulan yang lalu Soonyoung bahkan nekat ke pelabuhan untuk pergi menemui Jihoon di Yeosodo. Tapi begitu ia menaiki kapal, Manager Lee sudah mengejarnya dan berakhir dengan telinga Soonyoung yang di jewer sepanjang jalan pulang menuju apartement nya.

          “Ngomong-ngomong bagaimana kabar Seungkwan?” Jihoon terdengar menghentikan tawanya sejenak, dan menjawab pertanyaan Soonyoung.

          “Syukurlah, ku harap anak itu selalu sehat. –kau juga Jihoon-ah, jangan sampai sakit, ne?”

          “Ne-, kau harus langsung pulang kerumah dan menyiapkan makanan untuk Seungkwan. -Arra, Arra..” Soonyoung dengan berat hati mematikan sambungan teleponnya. Rasanya begitu lega setelah ia mendengar suara Jihoon yang berfungsi seperti obat untuk rasa lelahnya.

Soonyoung meletakkan kembali Handphone nya ke atas meja rias, dan tergesa-gesa meninggalkan ruangan tersebut untuk melakukan live perform lima menit lagi.

Diam-diam Taemin masuk kedalam Waiting Room Soonyoung dan mengambil handphone milik Soonyoung. “Jadi selama ini kau bermain-main dibelakang ku eoh.. “ wajah Taemin terlihat geram menatap layar ponsel Soonyoung yang menggunakan wallpaper gambarnya bersama Jihoon yang sempat ia abadikan sebelum pergi meninggalkan Yeosodo, -manager Lee yang membelikannya handphone baru mengingat handphone lamanya menghilang bersama insiden penculikannya.

.

.

.

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet