The Truth About Forever

Description

Kebencian yang ada dalam diri Kyuhyun membuatnya menyendiri dan menjauh dari orang-orang terdekatnya termasuk keluarganya. "Memangnya kenapa jika aku menyukaimu?" "Karena kita tidak punya masa depan."

Foreword

Neighbour from Mars

 

 

The Truth About Forever

 

Cast:

Lee Sungmin

Cho Kyuhyun

 

Warning : Genderswitch

 

Desclaimer : cerita ini milik Orizuka, karena ini FF remake dari novelnya yang berjudul sama. Dan beberapa perubahan yang disesuaikan.

.

.

.

.

.

.

.

 

Kereta KTX jurusan Seoul-Ilsan berjalan tenang di antara persawahan. Di dalam kereta itu, seorang lelaki berumur dua puluh tahun tertidur dengan mulut separuh terbuka. Suara dentum-dentum keras terdengar dari headphone besar yang merosot dari telinganya dan malah melingkari lehernya.

 

Seorang anak perempuan menatap wajah lelaki di depannya itu dengan cermat. Ibu dari anak perempuan itu juga sedang terkantuk-kantuk. Anak perempuan itu bangkit dan mendekati lelaki di depannya. Dia memperhatikan iPod yang ada di tangan lelaki itu, lalu menjulurkan tangan, bermaksud menyentuhnya.

 

“Jangan!” seru lelaki itu, membuat anak perempuan itu tersentak kaget. Namun, mata lelaki itu masih terpejam. Rupanya, dia hanya mengigau.

 

Anak perempuan itu menghela napas lega, lalu kembali menjulurkan tangannya. Tiba-tiba, lelaki iti bergerak gelisah.

 

“Jangan! Lepaskan!! JANGAN!!!” seru lelaki itu.

 

Si anak perempuan terlonjak kaget dan akhirnya jatuh terduduk dengan wajah pucat pasi.

 

“Ada apa?” kata ibu dari anak itu. Rupanya ibu itu terbangun karena teriakan keras si lelaki. “Ada apa, Hyemi?”

 

Anak perempuan bernama Hyemi itu dengan segera menangis, lebih karena kaget. Ibu si anak menenangkannya, lalu melirik tajam ke arah lelaki tadi.

 

Kyuhyun, si lelaki tadi, masih terlalu kaget dengan mimpinya. Mimpi buruk yang sudah sekian tahun mengganggunya. Kyuhyun menyeka keringat dingin yang mengalir deras di wajahnya, lalu menatap si ibu yang juga menatapnya tajam.

 

“Oh. Maaf, Ahjumma.” Kata Kyuhyun setelah melihat Hyemi masih terisak meski dia tak tahu persis apa kesalahannya.

 

Ahjumma itu tidak begitu peduli dengan permintaan maaf Kyuhyun, bahkan membuang muka. Kyuhyun menggigit bibirnya merasa bersalah, lalu membetulkan duduknya. Setelah memastikan si ibu tidak kembali menatapnya, Kyuhyun membuang pandangannya ke luar jendela. Kereta masih melintasi persawahan.

 

Kyuhyun menghela napas berat mengingat mimpinya tadi. Tanpa sadar, tangannya mencengkeram lengan kirinya erat.

.

.

.

 Kyuhyun sudah sampai di Ilsan, kota yang dua hari lalu tidak pernah terpikirkan akan menjadi kota tempat tinggalnya. Saat itu, temannya memberi tahu tempat tinggal seseorang yang sedang dicarinya.

 

Kyuhyun berjalan ke luar stasiun, lalu menatap ke sekeliling. Di sebelah kanan stasiun, ada jalan menuju Ilsan Garden Park yang terkenal itu. Sekitar enam tahun lalu, saat study tour bersama teman-teman sekolahnya, Kyuhyun pernah ke sana. Selain itu, Kyuhyun sama sekali tak tahu menahu tentang kota itu.

 

Nekat. Itulah modalnya datang ke kota ini. Sekarang, Kyuhyun tak bisa mundur lagi. Dia sudah mendapatkan info penting tentang seseorang yang dicarinya, dan dia tidak mau kehilangannya lagi.

 

Setelah menghela napas, Kyuhyun memanggul carrier-nya dan mulai berjalan untuk mencari bus kota.

 

Kyuhyun menatap rumah-rumah di depannya yang tampak seperti bangunan flat. Dia sampai dengan selamat setelah penjual makanan di depan stasiun menyuruhnya untuk naik bus nomor 4. Sekarang, dia berada di kawasan perumahan dekat kampus INU(Ilsan National University) dan berniat untuk mencari flat.

 

Kyuhyun tidak memiliki banyak uang. Dia memiliki simpanan, tetapi tidak akan dihabiskannya untuk sebuah flat yang bertingkat mewah. Dia akan mencari flat dengan harga sewa semurah-murahnya. Tidak perlu bagus, toh dia tidak akan lama berada di kota ini. Setelah bertemu dengan orang yang dicarinya, Kyuhyun akan segera pergi.

 

Setelah dua jam mencari, Kyuhyun berhenti di sebuah kedai pinggir jalan. Agar hemat, Kyuhyun hanya membeli satu porsi ramen dan mandu. Dia hanya membayar lima ribu won untuk makanannya itu.

 

Setelah menyelesaikan makan siangnya, Kyuhyun bertanya pada si penjual letak flat khusus lelaki yang murah. Si penjual menyarankan untuk pergi ke tempat kenalannya yang ada di gang sebelah. Kyuhyun pun mengikuti sarannya.

 

Dan, di sini lah dia berada, di depan sebuah bangunan reyot yang sepertinya hanya tinggal menunggu waktu untuk rubuh. Bangunan itu bertingkat dua dan tampak menyeramkan karena semua catnya mengelupas aneh. Atap bangunan itu juga tampak seperti akan jatuh kalau diterpa angin sepoi.

 

“Apakah..ada yang tinggal di sini?” Kyuhyun bergumam sangsi. Namun, dia tetap melangkahkan kakinya masuk.

 

“OH, PENYEWA BARU? BOLEH-BOLEH!!!”

 

Seorang ahjumma berdaster yang merupakan pemilik flat menyambut Kyuhyun dengan suara stereo, membuat Kyuhyun merasa headphone-nya akan sangat berguna untuk menghindari kerusakan telinga. Ahjumma itu terlihat histeris. Kyuhyun jadi curiga, jangan-jangan flat ini tidak berpenghuni.

 

“Aku ingin tinggal hari ini juga, ahjumma.” Kata Kyuhyun sambil duduk di sofa yang segera mengeluarkan debu.

 

“TINGGAL HARI INI JUGA? OH, BOLEH!!” sahut ahjumma itu lagi, matanya sekarang berbinarbinar. Bahkan, nyaris berkaca-kaca.

 

“Dan aku akan langsung membayar lunas.” Kata Kyuhyun lagi, lalu dengan segera menutup telinganya sebagai antisipasi.

 

“OHHH!! MEMBAYAR LUNAS SEKARANG TENTU SAJA BOLEEHHHH!” Ahjumma itu kembali menyahut. Kini, dia sudah menangis.

 

Kyuhyun menatapnya simpati. Ahjumma itu menyeka air matanya, lalu menggenggam tangan Kyuhyun erat. Kyuhyun tak sempat menghindar.

 

“Nak... siapa tadi?”

 

“Kyuhyun.” Jawab Kyuhyun pendek.

 

“Nak Kyuhyun, flat ahjumma ini sudah hampir tidak ada penghuninya. Tinggal orang di bawah dan satu orang di atas. Kau liat sendiri bukan kondisi flat ini. Tidak ada yang mau tinggal di sini.” Ratap ahjumma itu dengan logat Ilsan yang kental.

 

“Lalu kenap...”

 

“Lalu, ahjumma juga tidak mempunyai uang untuk renovasi,” potong si ahjumma. “Jadi satu per satu mereka pergi. Sisanya bertahan karena mereka tidak mampu membayar flat yang lain. Aku kasihan dengan mereka...”

 

Kyuhyun mengangguk-angguk dengan mata kosong, seolah melakukannya hanya untuk formalitas. Ahjumma tadi tidak memperhatikannya dan sekarang sudah kembali terisak. Kyuhyun seperti sedang nonton drama korea.

 

“Tapi!! Kau tiba-tiba datang menyelamatkanku !! Terima kasih, Nak!!” sahutnya membuat Kyuhyun tersenyum kaku. Dia harus cepat menyelesaikan ini kalau tidak mau telinganya jadi korban.

 

“Baiklah...di mana kamarku, ahjumma?” tanya Kyuhyun setelah memberi sejumlah uang kepada ahjumma pemilik flat. Ternyata, biayanya sangat murah, jauh di luar perkiraan Kyuhyun.

 

“Ohh! Kau di lantai dua, tidak apa-apa kan?”

 

“Tidak apa-apa, ahjumma. Memangnya ada apa?” tanya Kyuhyun curiga.

 

“Ng... kamar yang di bawah, kecuali yang ditempatin rusak. Hanya tersisa satu kamar di atas yang masih bisa dipakai.” Kata ahjumma tadi dengan mata tertuju pada beberapa lembar uang seratus ribuan di tangannya.

 

“Ohh..Tidak masalah.”

 

“Tapi, Nak, masalahnya, kamar yang di atas itu. Ng... bagaimana yah... kamar perempuan.” Kata ahjumma lagi, membuat Kyuhyun melongo.

 

“Hah? Jadi, ini flat khusus perempuan?” tanya Kyuhyun, merasa capek karena sudah mengobrol panjang lebar.

 

“Bukan, ini flat campuran. Yang lelaki di bawah, yang perempuan di atas. Tapi, berhubung yang di bawah banyak yang rusak, jadi yang tersisa hanya di atas,” ahjumma itu nyengir bersalah.

 

“Tapi, jangan khawatir Nak. Anak perempuan yang ada di atas itu anak baik!”

 

Kyuhyun lagi-lagi melongo. Sebenarnya, yang harus merasa terancam itu siapa?

 

“Ahjumma, saya bukannya menolak, tetapi apa perempuan itu mau?” tanya Kyuhyun lagi.

 

“Oh, kau jangan khawatir! Dia pasti mau, pasti mau! Dia itu keponakan saya!” sahut si ahjumma membuat Kyuhyun melongo untuk kesekian kalinya. Orang macam apa yang membiarkan orang asing tinggal di sebelah keponakannya sendiri??

 

“Tapi, ahjumma...”

 

“Sudah, sekarang kau naik saja ke lantai dua. Kamarmu nomor sebelas. Kalau kamu butuh sesuatu, datang saja ke sini, ya?” kata ahjumma pemilik flat tak sabar.

 

Kyuhyun mengangguk, lalu bangkit sambil melirik ahjumma tadi yang sudah sibuk menghitung uang. Dia menghela napas, memanggul ranselnya, dan bergerak keluar rumah ahjumma pemilik flat.

 

“Yaishh! Ada apa denganku sebenarnya?”

 

Sebuah teriakan cempreng terdengar dari dalam kamar nomor sepuluh. Penghuninya, Sungmin, sedang tergeletak di lantai sambil menjambaki rambutnya dengan frustasi.

 

Tak lama, dia bangun dan menatap komputer yang ada di depannya. Di layar komputer itu, terdapat tulisan yang masih menunggu untuk diselesaikan. Sungmin memelototi tulisan itu, berharap dengan begitu dia akan mendapatkan inspirasi untuk meneruskannya.

 

 “Oh, inspirasi!! Datanglah!!” serunya lagi. Dia mengatupkan kedua tangan dan mengarahkannya ke langit-langit.

 

Sungmin kembali menatap layar komputernya, tetapi tak ada inspirasi apa pun yang datang. Perempuan itu menghela napas, meraih gelas di sebelahnya, dan meminum isinya, kopi. Cairan hitam yang akhir-akhir ini selalu diminumnya.

 

Sungmin melirik papan target yang ada di sebelah komputernya. Di sana tertulis: Menjadi Penulis Best Seller. Sungmin mendesah. Best seller? Menjadi penulis saja belum tentu.

 

“AAAHHH!! MENYEBALKANNN!!” seru Sungmin, membuat Kyuhyun yang sedang lewat di depan kamarnya terlonjak kaget.

 

“Hah? Ada apa?” gumam Kyuhyun. Dia bergerak menuju sebuah kamar yang pintunya sudah dipenuhi stiker.

 

Kyuhyun menengadah untuk melihat nomor kamar itu. Sebelas. Ini berarti kamarnya. Kyuhyun melirik kamar di sebelahnya. Pintu kamar itu ditempeli hiasan bertuliskan nama pemiliknya: Sungmin.

 

Kyuhyun memasukkan kunci di tangannya ke lubang kunci. Sebelum pintu kamarnya terbuka, pintu kamar sebelah sudah terbuka duluan.

 

Sungmin keluar kamar sambil menguap lebar. Dia melakukan gerakan-gerakan kecil untuk melemaskan ototnya, belum menyadari kalau ada seseorang di sebelahnya yang sedang menatapnya heran. Sungmin meregangkan otot leher dengan menoleh ke kiri dan ke Sungminn, dan pada saat itulah, dia mendapati seorang lelaki asing sedang manatapnya.

 

Sungmin mengerjapkan matanya beberapa kali, lalu akhirnya berkata. “Kamu siapa?”

 

“Yang akan tinggal disini.” Jawab Kyuhyun pendek.

 

“Oh,” Sungmin mengangguk-angguk, kemudian kembali bersenam-senam. Kyuhyun memanfaatkan kesempatan ini untuk masuk ke kamarnuya. Sesaat kemudian, Sungmin tersentak. “APAA? KAU AKAN TINGGAL DI SINI?? YAKK!!!”

 

Sungmin segera mendatangi Kyuhyun, tetapi pintu kamar Kyuhyun terbanting tepat saat Sungmin hendak bicara. Sungmin bengong sejenak, lalu menggedor+gedor pintu. Tak ada jawaban.

 

Sungmin memandang pintu itu geram, lali segera tahu siapa biang keladinya. Dia langsung berderap ke bawah.

 

“IMO!!” teriak Sungmin setelah sampai di rumah bibinya yang tak lain dan tak bukan adalah ahjumma pemilik flat tadi. “Kenapa ada lelaki yang tinggal di sebelah kamarku?”

 

“Tidak apa-apa, Sungmin” bibinya berkata santai sambil menghitung uang yang telah dihitungnya untuk kesekian kali. “Anaknya baik kok.”

 

Sungmin menatap tantenya tak percaya. “Imo tau dari mana kalau dia anak baik?? Memangnya Imo kenal?”

 

“Tidak.” Jawab bibinya. Sikapnya masih sesdantai yang sudah-sudah, membuat mulut Sungmin terbuka lebar.

 

“Tidak?? Lalu kenapa Imo membiarkan dia tinggal di sebelahku??”

 

“Kamu tahu sendiri, kamar di bawah sudah tidak ada yang bisa dipakai. Hanya kamar yang ada di sebelah kamu.” Kata bibinya lagi.

 

“Iya, tapi itu, khusus untuk perempuan! Dia itu lelaki!” Sungmin masih berusaha memprotes.

 

“Dia membayar lunas, Sungmin.” Jawab bibinya yang membuat Sungmin menganga semakin lebar.

 

“Imo!” teriak Sungmin lagi sehingga membuat perhatian tantenya itu akhirnya teralihkan.

 

“Sungmin, kau tahu kan, Imo sedang kesulitan uang. Anak-anak di flat ini sudah tidak ada yang membayar. Sekarang, ada yang ingin membayar. Yah.. Imo tidak bisa menolak.” Jelas bibinya dengan ekspresi memelas.

 

“Iya sih. Tapi Imo, apa lelaki itu bisa dipercaya? Kalau nanti dia melakukan hal yang tidak-tidak padaku, bagaimana?” tanya Sungmin, intonasi suaranya sudah menurun.

 

“Kalau dia melakukan hal yang tidak-tidak padamu, bukankah bagus? Orangnya tampan loh..” ujar bibinya santai. Tentu saja Sungmin langsung melotot mendengar jawaban itu. “Iya, iya. Kalau ada apa-apa, kau teriak saja. Jangan lupa selalu kunci pintu.” Bibinya cepat-cepat melanjutkan omongannya.

 

Sungmin menghela napas, tak tahu lagi harus berkata apa. Sepertinya, mulai sekarang, dia harus terbiasa dengan makhluk asing yang tinggal di sebelahnya.

 

Sungmin naik ke kamarnya dengan tubuh lunglai. Sebenarnya, Sungmin merasa ngeri harus tinggal bersebelahan dengan lelaki asing, tetapi berhubung Sungmin tinggal di sini secara gratis. Dia tak bisa protes lebih jauh. Memang benar, bibinya sedang mengalami kesulitan keuangan, jadi Sungmin harus maklum kalau dia menerima siapa saja yang membayar untuk flat sebobrok ini.

 

Begitu sampai di tingkat dua, Sungmin menatap pintu di sebelah kamarnya dengan sebal. Di antara dua puluh kamar, kenapa harus kamar itu yang masih bisa dipakai?

 

Sungmin berdecak sebal, lalu memutuskan untuk kembali ke kamarnya. Masih banyak yang harus dikerjakannya daripada memikirkan makhluk tidak jelas di sebelah kamarnya itu. Menjadi penulis best seller, misalnya.

 

Ketika dia baru hendak masuk, pintu di sebelahnya terbuka. Kyuhyun keluar dengan handuk tersampir di bahunya. Sungmin dan Kyuhyun saling tatap, seolah mempunyai pertanyaan untuk ditanyakan kepada satu sama lain.

 

“Kau...”

 

“Kamar mandinya di mana?” tanya Kyuhyun sebelum Sungmin sempat menyelesaikan kalimatnya.

 

“Ha? Oh, di situ,” Sungmin menunjuk pintu di ujung gang, membuat Kyuhyun segera beranjak ke sana. Sungmin tiba-tiba tersadar. “Eh! Yak! Yak! Jangan pakai kamar mandi itu!”

 

Kyuhyun berhenti dan menoleh. “Kenapa?”

 

“Itu kamar mandi perempuan! Kamar mandi lelaki dibawah!” Sungmin menunjuk pintu reyot di lantai bawah. Kyuhyun hanya meliriknya tanpa minat.

 

“Kamarku ada di lantai ini, jadi kamar mandinya juga yang ada di lantai ini.” Kyuhyun membalas.

 

“Hah? Tapi, itu kan... kamar mandi perempuan!” Sungmin masih bersikeras meski tak punya alasan lain.

 

“Memang apa bedanya? Sama-sama kamar mandi, kan?” Kyuhyun bertanya tak sabar.

 

“Ya, tapi, kan... jijik!” sahut Sungmin sambil membayangkan hal-hal apa yang bisa dilakukan lelaki itu di kamar mandi. Kamar mandi yang sudah beberapa bulan terakhir menjadi kamar mandi pribadinya.

 

“Oh...” gumam Kyuhyun, membuat Sungmin lega karena sepertinya lelaki itu mengerti. Namun, perkiraan Sungmin salah karena setelah itu Kyuhyun malah melengos dan tetap bergerak menuju kamar mandi di depannya.

 

“Yakk!” teriak Sungmin, tetapi Kyuhyun sudah keburu menghilang di balik pintu kamar mandi. Dengan segera, Sungmin meraakan firasat buruk tentang kehidupannya ke depan bersama lelaki aneh itu.

 

Baru beberapa detik, Kyuhyun keluar lagi dari kamar mandi. Sungmin menatapnya heran sementara Kyuhyun melambai-lambaikan tangan memanggilnya.

 

“Apa?” tanya Sungmin sebal.

 

“Tolong, ambil peralatan perangmu.” Ujar Kyuhyun.

 

Sungmin mengernyitkan tak mengerti. Namun, beberapa detik berikutnya, Sungmin langsung teringat akan pakaian dalamnya yang sejak mandi tadi pagi belum diambil.

 

“HUAAAA!!!” Sungmin berseri histeris dan segera berderap menuju kamar mandi untuk mengamankan pakaian dalamnya yang tergantung di balik pintu. Dia melangkah keluar sambil menatap curiga pada Kyuhyun yang tampak malas.

 

“Thanks.” Kata Kyuhyun pendek, lalu segera masuk ke kamar mandi, meninggalkan Sungmin yang melongo parah. Detik berikutnya, Sungmin tersadar.

 

“YAK! Kau melihatnya tadi?? YAKK!!” Sungmin menggedor-gedor pintu, tetapi yang terdengar hanya bunyi cebar cebur orang mandi.

.

.

.

Sungmin semakin tak bisa berkonsentrasi pada karya tulisnya setelah kejadian aneh tadi sore. Tetangga barunya tiba-tiba datang, memakai kamar mandinya, dan melihat pakaian dalamnya. Sambil berbaring di lantai, Sungmin menghela napas putus asa.

 

“Kenapa saat aku butuh konsentrasi, malah datang orang aneh,” gumamnya kesal.

 

Tiba-tiba, terdengar suara langkah-langkah kaki di luar. Menurut Sungmin, itu pasti langkah si lelaki aneh. Tadi sore, orang itu pergi ke luar. Iseng, Sungmin membuka pintunya dan melongok ke kiri. Kyuhyun tampak sedang mencari-cari kunci kamarnya. Di tangannya, terdapat plastik besar berisi berbagai macam mie cup dan air mineral.

 

“Kau bisa makan di rumah Imo,” kata Sungmin membuat Kyuhyun menoleh. “Semua anak di flat ini makan di sana.”

 

“Tidak perlu.” Tolak Kyuhyun, masih sambil mencari-cari kunci di seluruh kantongnya. Sungmin mengangguk-angguk pelan.

 

“Soal minum, akan mahal kalau kau selalu membeli per botol seperti itu. Kau bisa berlangganan galon di Imo,” tawar Sungmin lagi.

 

“Tidak perlu. Aku tidak kan lama di sini.” Kali ini Kyuhyun sudah mulai berkeringat dingin karena tak kunjung menemukan kuncinya.

 

“Oh, begitu.” Sungmin jadi penasaran. “Kalau tidak lama, kenapa menyewa kamar flat? Apalagi membayarnya lunas.”

 

Kyuhyun menghela napas dan menatap Sungmin. “Aku mempunyai alasan-alasan tertentu yang tidak harus aku bagi dengan semua orang,” jawabnya yang langsung membuat Sungmin cemberut.

 

“Iya, iya, sok rahasia.ujar Sungmin keki. Sementara itu, Kyuhyun kembali mencari kuncinya. “Lalu, kau datang dari mana?”

 

Putus asa karena tak juga menemukan kuncinya, Kyuhyun iseng membuka pintu. Ternyata, pintu itu tidak terkunci dan kuncinya masih tergantung di dalam. Kyuhyun menghela napas lelah. Dia menoleh Sungmin yang tampak masih menunggu jawaban.

 

“Dari sana,” kata Kyuhyun sambil menunjuk ke atas. Sungmin mengikuti arah jari Kyuhyun sambil menatap langit-langit. Wajahnya mengisyaratkan keheranan.

 

“Hah? Dari mana?” tanya Sungmin kebingungan. “Oh, aku tahu. Incheon?”

 

“Bukan,” kata Kyuhyun, hampir mendengus.

 

“Oh... kalau mendengar dari bahasamu, kau dari Seoul, ya?” tebak Sungmin lagi.

 

“Bukan, aku dari sana,” Kyuhyun menunjuk ke atas lagi. “Dari Mars.”

 

“Hah?” Sungmin bingung, tetapi Kyuhyun sudah masuk ke kamarnya sebelum Sungmin sempat bertanya lagi. Sungmin menggeleng-geleng simpati. “Hah, sudah aku duga. Lelaki ini pasti mempunyai kelainan jiwa,” gumamnya lagi sebelum melangkah masuk ke kamarnya sendiri.

.

.

.

-ToBeContinue-

.

.

.

Sorry banyak typo...

.

.

.

COMMENT?

 

Comments

You must be logged in to comment
uixalmt #1
yeah..really love this novel. dl jaman sekolah, punya novel ini serasa punya harta karun. diperebutkan anak2 sesekolahan baik namja ataupun yeoja. tp sayang sekarang novelnya ntah hilang kemana.