I Love You, But

Second Third [Discontinued]
Please Subscribe to read the full chapter

Tubuhku kebas saat aku membuka mata delapan jam kemudian. Kulongok jam dinding monokrom yang  menunjukkan pukul dua belas malam dan aku justru terbangun karena merasa tenggorokan dan perutku minta diberi kebutuhan. Kakiku pegal karena menghabiskan waktu untuk duduk dengan kaki tertekuk di bangku bus tanpa kebebasan dalam beberapa hari terakhir berkeliling di pulau Jeju. Setelah memastikan diri sadar sepenuhnya akibat kelelahan menumpuk yang tak terduga, aku menghambur ke dapur dan mencari sesuatu untuk di makan di dalam kulkas. Aku menemukan sisa makan malam yang sengaja ibu sisikan untukku. Kuambil makanan itu dan memanaskannya di microwave sampai cukup hangat. Aku tidak begitu suka dengan makanan panas jadi aku hanya memanaskan seperlunya.

Kukunyah makanan itu dengan enggan. Aku butuh makanan itu tapi aku merasa malas mengunyah, masih terlalu lelah untuk hanya sekadar mengunyah makanan, tapi toh kuhabiskan. Setelah merasa cukup kenyang melenyapkan semua makanan itu, aku kembali ke kamar dan mendapati kamarku berantakan seperti kapal pecah.

Bunyi debam tiba-tiba tercipta saat lututku berbenturan dengan lantai kayu. “Sial!” Rutukku. Melirik sebal pada tali tas selempang yang tergeletak di tengah ruangan, mengelus lutuku yang berdenyut nyeri. Sejak kepulanganku tadi siang, aku tidak memperhatikan gerak sembarangan yang kulakukan saat mengeluarkan barang-barang dari dalam koper dan tas ransel. Rasanya lelah sekali dan aku masih belum berminat untuk membereskan kamar. Alhasil aku hanya menepikan barang-barangku merapat ke dinding di sudut ruangan, juga agar tidak terjadi benturan yang lainnya.

Sesuatu yang berkilau menarik perhatianku dari dalam koper yang terbuka, di atas gunungan kecil baju kotor. Kuraih kamera digital milik Yubin yang tak sengaja terbawa olehku. Aku belum mengecek foto-foto yang diambil dengan kamera ini sepenuhnya, karena Yubin menolak untuk menunjukannya padaku. Dia selalu mengomel dengan foto-foto yang akhirnya kuhapus karena banyak alasan, misalnya saja saat mukaku terlihat aneh atau mataku sedikit merem karena kameranya bereaksi terlalu pelan atau bahkan bibirku yang monyong memaki Yubin yang mengambil gambar saat aku tidak ingin difoto. Siapa yang tidak ingin melenyapkan foto semacam itu? Tentu saja akhirnya kuhapus.

Aku membawa kamera ke meja belajar agar aku bisa menyambungkannya ke laptop. Fotonya banyak sekali sampai memorinya penuh, padahal isinya hanya kami berdua, beberapa terdapat tambahan wajah Bora dan Dasom. Membuktikan bahwa aku dan Yubin hanya bersenang-senang dengan mereka, tanpa Luhan dan Yixing maksudku. Tapi tidak masalah, yang penting kami tetap bisa bersenang-senang.

Ya, bersenang-senang. Pikiranku langsung tertuju pada kejadian di malam terakhir di pesisir pantai saat itu. Aku menggeleng cepat, mencoba membuyarkan bayangan gerakan bibir Luhan yang tiba-tiba terlintas di pikiranku. Senang-senang tingkat kategori paling atas.

Kubuka satu per satu foto yang ada di sana, mencari-cari kecacatan pose dan tampang memalukan yang bisa jadi terpampang pada diriku. Foto terbanyak diambil di hari pertama dan kedua sampai akhirnya memori semakin menipis dan kami mengirit dalam tiga hari berikutnya. Saat keberangkatan, diam-diam Yubin mengambil gambar ketika pergi dari toilet, aku sedang berdiri dengan Luhan dan Yixing saat itu. Aku terlihat begitu kecil di samping Luhan yang badannya agak berisi, setidaknya ia tidak sekerempeng Yixing. Foto terakhir yang terdapat Luhan, yaitu saat kepulangan di bandara. Luhan seperti pembuka dan penutup cerita karena ia hanya muncul di awal dan di akhir. Isinya, yang berarti hari saat tamasya, tak ada fotonya sama sekali. Kecuali satu, yaitu saat acara pertunjukkan DJ yang dibawakan oleh salah seorang teman kami− Chanyeol dari kelas sebelah−di pantai dekat penginapan yang berlangsung pada malam ketiga. Acara ini murni disebut sebagai penampilan bakat murid-murid di sekolah karena bukan hanya Chanyeol yang mengisi acara, tetapi juga beberapa teman lain yang hobi menyanyi dan stand up comedy. Acara itu lebih tidak formal dibandingkan dengan acara di malam terakhir saat pertunjukan seni. Karena ini diselenggarakan di pantai, sebagian besar murid memanfaatkan keadaan untuk berpakaian minim musim panas. Karena saat itu guru tidak bertugas jaga jadi kami bebas melakukan apapun, selama masih dalam batas wajar.

Tepat seperti yang telah Yubin prediksi mengapa kami harus membeli bikini baru. Yubin sangat senang akhirnya saat itu datang. Kuputar kembali ekspresinya saat itu.

“Awas saja kalau Jongdae tidak mencoba ngobrol denganku.” Katanya garang sampil bersedekap memandangi Jongdae dari kejauhan, menonjolkan badannya yang terbalut bikini mencolok yang membuatku malu. Dasar Yubin.

Aku akhirnya memutuskan untuk menggunakan bikini lamaku yang tidak begitu mencolok dan agak tertutup. Setidaknya aku lebih nyaman menggunakan yang itu daripada yang baru. Kuperbesar foto itu karena sesuatu menarik perhatianku, di bagian pojok kanan saat aku sedang berdiri dengan Yubin−berpose cantik menuruti aba-aba dari Dasom yang mengambil foto kami−Luhan tertangkap kamera sedang  duduk memandang ke arah kami, dengan segelas sirup di tangan kirinya. Benar itu Luhan, kan?

Ya, dengan ciri khasnya menggunakan snapback dibalik dan celana pendek memamerkan kakinya yang berambut tipis. Aku mendesah, mungkin ia hanya kebetulan tertangkap kamera dan tidak sedang memandangi kami dengan sengaja. Kugeser foto berikutnya, sampai berjumlah tiga dan Luhan masih tak bergerak dengan posisi seperti sebelumnya sementara aku dan Yubin yang berada di tengah gambar telah berganti gaya. Aku berusaha untuk tidak berpikir macam-macam. Hanya kebetulan, aku meyakinkan diri.

Setelah itu aku tak menemukan foto Luhan lagi. Di Green Tea Museum, Gunung Songak, Pantai Yongmeori, Teddy Bear Museum, Seogwipo, Elephant Land, Jeju Mini World, Sunrise Peak, dan Kimnyeong Maze Park, hanya berisi wajah-wajahku, Yubin, Bora dan Dasom.

Tak kusadari satu jam telah berlalu dan aku mulai menguap, seolah tidur selama delapan jam masih belum cukup. Jadi kuputuskan untuk merebahkan tubuh lagi di atas kasur. Setelah mengkopi foto-foto dari kamera Yubin, aku memindahkan beberapa foto ke ponsel. Saat itulah pertama kalinya aku menyentuh ponselku lagi. Beberapa pesan telah kuterima.

Salah satunya dari Luhan. Isinya kosong. Tak ada isinya, sama sekali. Apa dia salah pencet?

Pesan lainnya dari Yubin yang menanyakan apa kameranya ada padaku, lalu aku membalas ‘iya’ dan siap tidur lagi.

Tak ada pesan dari Taehyun. Tidak seperti biasanya.

Hari yang ‘agak’ bahagia telah berlalu, sekarang saatnya menjalani hidup yang agak berliku. Sebelum liku-liku itu kulalui, mataku berbaik hati mendamaikannya lebih dulu.

-

Ibu tidak membangunkanku pagi berikutnya, kami diberi dispensasi satu hari tidak masuk sekolah karena mereka pengertian dengan keadaan kami yang pastinya kelelahan, jadi aku tidak masuk sekolah hari itu.

Saat ibu menyadari aku telah terbangun, aku disuruh sarapan yang kelewat siang karena aku molor lagi selama tujuh jam sejak terakhir memejamkan mata.

“Haru… ayo sarapan, jangan hibernasi terus.” Kata ibu dari lantai bawah, suaranya memenuhi ruangan.

“Iya… sebentar.” Jawabku lirih tanpa khawatir membuat berisik tetangga.

Aku beres-beres lebih dulu sebelum turun untuk makan. Kupisah baju kotor dan baju bersih, meskipun sebenarnya sebagian besar adalah baju kotor. Oleh-oleh berupa lima tumpuk kaos oblong bergambar pulau Jeju dalam berbagai warna kuletakkan di atas meja belajar. Kusapu bersih lantai kamar begitu semua barang telah disesuaikan dengan kebutuhan. Aku turun ke lantai bawah sambil menggendong baju kotor di tangan kiri dan membawa tiga kaos oblong berwarna merah, cokelat dan abu-abu yang masih terbungkus rapi di tangan kanan.

Baju-baju kotor itu kuletakkan di mesin cuci, setelah itu aku makan di ruang makan, ditemani ibu yang sedang menonton TV di seberang ruangan.

“Ini Bu, oleh-oleh murah.” Candaku, seraya memberikan kaos oblong itu pada ibu. Ibu bukan tipikal ibu-ibu yang berpenampilan glamor karena nyatanya kami bukan dari keluarga yang pantas berpenampilan glamor. Satu hal yang menyenangkan adalah, ibu suka memakai kaos oblong jadi aku tidak perlu khawatir dia tidak menyukai apa yang kubelikan.

“Percaya.” Ujarnya mencibir, “Tapi tidak apa-apa, yang penting ada oleh-oleh, dan ini membuktikan kalau kau benar-benar ke Jeju.” Katanya sambil tertawa lirih.

Aku memanyunkan bibir masam, kami kemudian mengobrol sebentar mengenai perjalanan ke Jeju. Ibu hanya sekali ke Jeju yaitu saat berlibur dengan Ayah sebelum aku lahir, tetapi juga bukan dalam rangka bulan madu. Kami bercerita tentang beberapa lokawisata yang sama-sama kami kunjungi dan aku menunjukkan beberapa foto yang ada di ponselku padanya.

“Bu, aku mau ke tempat Yubin, ya? Mengantar kameranya yang terbawa kemarin.” Aku memutus pembicaraan setelah hening beberapa saat kehabisan bahan pembicaraan.

Ibu memberiku ucapan “Hati-hati di jalan, jangan pulang terlalu malam.” Setelah itu memberiku beberapa lembar won sebagai uang saku.<

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
marumero
After more than a year, new chapter is up! Please check it out :)

Comments

You must be logged in to comment
shima3588 #1
Chapter 6: maaf kak baru komen padahal udah baca dari part awal :((
next kak ceritanya keren ^^
aku sampe baper banget sama luhan xD
AinunJariyaaah #2
Chapter 5: Udh nyium bau2 konflik deh kkkkk
Luhan ih kok imut banget sih!?!?! Tapi mesum juga sialan,tapi sukaaaa ;A;
Haru sm jia ada hubungan apa dimasa lalu? Dan nanti gimana hubungan kedepannya luhanxharu? Mereka bakal jadi ciuman kah? im curious tbh wkwk anyway happy new year ka! Lol telat udh lama lewat haha
Keep writing jangan sampe wb menyerang mu kaa ditunggu chapter selanjutnyaaa :))))
Fighting author-nim!
AinunJariyaaah #3
Chapter 4: Ditunggu kelanjutan ceritanya kaaaa ><
AinunJariyaaah #4
Chapter 3: Bakalan terjebak cinta segitiga kah? wkwk lol
AinunJariyaaah #5
Chapter 2: Luhan ert asdfghjkl ><
AinunJariyaaah #6
Chapter 1: Ijin baca ya kak :)))
choco_honey #7
Chapter 4: aaahhh.....koq kya pendek ya chapter nya, apa karena saya terlalu menikmati?? hahaaa
unni_fanna #8
kak..cepetan dilanjutnya hehehe... gue yakin bakal keren
jijipark16 #9
Chapter 2: Chap 2 udah mulai kerasa deg degan
jijipark16 #10
Chapter 1: aku fans nya author marumero. Semangar thor. chap 1 masih manis2 dan belum ada yg menegangkan. Jangan lama2 diupdate ya