Smile Again

Second Third [Discontinued]
Please Subscribe to read the full chapter

“Aku lupa kau kena hukuman sejak sore tadi, sudahlah lupakan saja. Sebaiknya kau istirahat.” Yixing melangkah pergi saat ia menyadari aku baru pulang dari sekolah.

Tapi mukanya yang kusut membuatku beranjak menghampirinya, “Tak apa, Yixing. Tunggu aku sebentar di sini, oke?” Kataku tak mau mendengarkan perkataannya yang terus-terusan menyuruhku istirahat. “Di sini saja! Jangan pergi!” Aku memperingatinya. Sedetik berikutnya aku menghambur ke dalam rumah dan langsung mengganti pakaian tanpa sempat mandi dan hanya membasuh muka dengan kecepatan super lalu berpamitan pada ibu―yang tentu saja disembur habis-habisan karena aku langsung pergi lagi padahal baru pulang sekolah―dan kembali bergabung dengan Yixing di halaman depan.

Ia menatapku murung dan kami berjalan bersama menuju mobilnya yang terparkir di depan rumah. “Yakin tak apa-apa?” Yixing tampak khawatir.

“Tak apa, sungguh. Ayo kita pergi sekarang.” Ajakku meyakinkan Yixing. Terserahlah Yixing mau pergi ke mana akan kuikuti sampai dia merasa lebih baik dan persetan dengan rasa lelah yang sengaja tak kurasa ini. Dia butuh bantuan saat ini, aku bersedia meluangkan waktu untuk dia seperti biasa.

Ternyata salah. Karena Yixing berhenti dan memakirkan mobilnya di depan rumah Luhan dan tanpa membutuhkan waktu yang panjang Luhan sudah muncul di hadapan kami berdua.

“Tak apa kan kita pergi bertiga?” Yixing meminta persetujuan dariku. Aku hanya mengangkat bahu mengiyakan. Aku langsung pindah ke jok belakang sementara Luhan langsung mengambil kendali di balik setir.

“Hei.” Luhan menyapaku dengan senyuman khasnya. Senyuman yang akan membuat semua perempuan terpikat. Dulu aku merasakannya. Dulu.

“Hei.” Balasku agak canggung, mengingat percakapan kami sebelumnya yang terbilang tidak biasa.

Kami melaju menerjang jalan raya dan melihat keadaan Yixing yang cukup mengkhawatirkan seperti ini aku tahu ke mana kami akan pergi.

Butuh waktu sekitar setengah jam untuk sampai ke tempat tujuan. Yixing langsung menjajah ruangan dengan menyingirkan beberapa pelanggan yang duduk di kursi sekitar konter bar. Petugas keamanan sempat mencegah kami karena kami masih di bawah umur tapi Yixing berontak dan memaksa kami masuk, baru setelah itu seseorang datang untuk menjemput kami di pintu depan. Kakak Yixing, Luo. Lalu kami melenggang masuk ke dalam bar tanpa hambatan.

Yixing langsung menenggak beberapa minuman beralkohol yang ia minta pada sang bartender di konter seberang ruangan. Ia terus menambah minumannya tanpa henti. Luo mendekatiku dan Luhan yang duduk agak jauh dari Yixing.

“Kenapa lagi dia, ge?” tanya Luhan penuh tanda tanya sementara aku menyimak dengan khidmat.

“Apa lagi? Dia pasti tertekan dengan keadaan rumah yang seperti itu. Biarkan saja.” Jawab Luo lugas, seolah membiarkan Yixing minum-minuman keras di bawah umur adalah jalan terbaik untuk mengatasi masalah yang sedang ia hadapi. Aku tidak tahu apakah itu hal yang tepat dilakukan atau tidak.

Aku memandangi Yixing kasihan. Ia mempunyai keluarga yang utuh, tapi tak sempurna. Orang tuanya setiap hari bertengkar dan membuat Yixing tak tahan hidup di sana lagi. Dalam beberapa malam akhir-akhir ini Yixing sering menginap di tempat Luhan karena ingin menghindari pertikaian yang memuakkan itu. Tapi hasilnya justru tidak baik bagi Yixing karena ia dipaksa pulang oleh orang tuanya dan sebagai anak yang penurut Yixing tak bisa menolaknya. Ia telah meminta beberapa kali untuk tinggal terpisah dengan orang tuanya, tapi mereka tidak mengizinkan. Permasalahan keluarganya cukup rumit karena ayah Yixing adalah orang Tiongkok dan ibunya orang Korea. Mereka sering terlibat pertengkaran hebat yang aku tak tahu kenapa. Apa benar-benar hanya masalah perbedaan semacam itu?

Kulirik Luo yang masih santai mengawasi adiknya yang sedang mabuk dan sekarang membiarkannya minum dengan ukuran botol, bukan lagi gelas per gelas. Aku hanya minum soda dengan beberapa nol koma sekian persen alkohol saja karena aku tak ingin diusir dari rumah dengan alasan mabuk-mabukkan di bawah umur. Luhan juga meminum minuman yang sama karena ia punya kewajiban untuk menyetir mobil membawa kami pulang. Luhan melirikku dan mata kami bertemu, tapi aku langsung mengalihkan perhatian saat musik yang sedang diputar berdentum keras. Aku meliriknya, melihat Luhan sedang tertawa menunduk melihat gelasnya.

Ia beringsut turun dari kursinya dan menghampiriku. Argh kenapa ia justru mendekatiku, aku kan sedang berusaha menghindar darinya, resahku. Aku tak bisa mengabaikan keberadaan Luhan yang sebentar lagi berdiri di depanku, jadi aku memandanginya ragu-ragu. Saat berikutnya, ia mengulurkan tangan dan memintaku berdansa dengannya.

“Wanna dance?” Begitu ucapnya. Aku mendengus keras dan tertawa mendengar ajakannya. Ia memasang senyuman menawannya itu dan membuatku menerima ajakannya. Murah sekali, hanya dibayar dengan senyuman manis Luhan saja aku sudah mau membeli permintaannya dan meruntuhkan harga diriku. Tapi persetan dengan itu, yang penting kami menikmati suasana. Musik masih berkumandang dengan beat yang cepat. Kami meliuk-liukkan tubuh mengikuti irama dan tertawa keras-keras meski suaranya masih terkubur suara musik di dalam ruangan yang memekakan telinga.

Ia melakukan gerakan aneh dengan menggerakan pinggulnya ke depan dan belakang. Aku langsung bersorak geli melihat gerakannya yang terbilang erotis. “Jangan lakukan itu, Luhan! Kau terlihat sangat mesum sekarang!” teriakku kencang-kencang berpacu dengan suara yang diputar oleh DJ di atas sana.

Luhan menabok lenganku ringan tidak setuju dengan kalimat yang aku lontarkan dan kami tertawa bersama. Setelah menari beberapa menit sudut mataku menangkap Luo beranjak dari tempat duduknya lalu kami menoleh ke arah Yixing yang tersungkur di lantai. Aku langsung menghampirinya, begitu juga Luhan.

“Sudah cukup, Yixing.” Luo mengangkat Yixing yang dibantu Luhan dan mereka memapahnya ke luar ruangan. Aku berjalan mendahului mereka untuk membuka pintu mobil dan Yixing masuk ke dalamnya di jok belakang. “Tolong jaga adikku, antarkan dia sampai di rumah. Pacarku sedang di apartemen jadi aku tak bisa membawanya ke sana.” Ucap Luo meminta tolong.

“Eh.. ge, kalau ke rumah apa tidak terlalu beresiko? Aku bisa membiarkannya menginap di tempatku lagi.” Luhan memberi saran. Aku mengangguk setuju, karena mengantarkan Yixing ke rumah sepertinya bukan ide yang bagus.

“Sebenarnya juga tak apa, karena aku yakin orang tua kami tidak peduli sama sekali. Tapi kalau menurutmu itu yang terbaik, boleh saja. Tolong jaga dia ya.”

Luhan dan aku mengangguk, melambaikan salam perpisahan dan Luhan menderukan mesin mobil meninggalkan kelab. Dalam perjalanan aku dan Luhan hanya banyak terdiam. Aku sempat tertidur beberapa menit sebelum sampai di depan rumah dan Luhan membangunkanku.

“Haru.. Haru.. bangun kita sudah sampai.” Luhan mengoyak tubuhku dengan pelan. Aku terkaget dengan sentuhannya dan langsung membelalakan mata lebar-lebar.

“Ah.. Oh.. kita sudah sampai.” Refleks aku langsung melepaskan sabuk pengaman dan membuka pintu keluar dari mobil. Alhasil tubuhku sedikit limbung dan hampir jatuh. Tapi aku bisa menguasai diri sampai mengucapkan sampai besok pada Luhan.

“Hati-hati jangan sampai jatuh. Sudah sana masuk dulu.” Luhan mengakhiri. Ia melesat pergi setelah aku menghilang di balik pintu gerbang.

-

Aku tidak mengerti kenapa hari ini aku harus menerima hukuman lagi, dan aku tidak habis pikir kenapa aku lupa membawa tugas yang sudah kukerjakan beberapa hari lalu. Dasar bodoh, rutukku. Aku tak terlambat hari ini, tapi justru lupa membawa tugas.

“Silakan tugas dikumpulkan di depan.” Begitu ucap Mr. Jung, membuatku menghela napas sebal. Mr. Jung menangkap kegelisahanku dan mengambil kesempatan ini dengan baik. “Nona Yong, tugasmu belum ada di sini?”

“Maaf Sir, saya tidak membawanya. Tertinggal di rumah.” Ujarku tanpa berbelit-belit.

“Kalau begitu kau harus merapikan perpustakaan sepulang sekolah.” Katanya begitu enteng, paham betul aku pantas diperlakukan sedemikian rupa.

“Baik, Sir.” Aku langsung menuruti karena kali ini aku merasa sangat bodo

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
marumero
After more than a year, new chapter is up! Please check it out :)

Comments

You must be logged in to comment
shima3588 #1
Chapter 6: maaf kak baru komen padahal udah baca dari part awal :((
next kak ceritanya keren ^^
aku sampe baper banget sama luhan xD
AinunJariyaaah #2
Chapter 5: Udh nyium bau2 konflik deh kkkkk
Luhan ih kok imut banget sih!?!?! Tapi mesum juga sialan,tapi sukaaaa ;A;
Haru sm jia ada hubungan apa dimasa lalu? Dan nanti gimana hubungan kedepannya luhanxharu? Mereka bakal jadi ciuman kah? im curious tbh wkwk anyway happy new year ka! Lol telat udh lama lewat haha
Keep writing jangan sampe wb menyerang mu kaa ditunggu chapter selanjutnyaaa :))))
Fighting author-nim!
AinunJariyaaah #3
Chapter 4: Ditunggu kelanjutan ceritanya kaaaa ><
AinunJariyaaah #4
Chapter 3: Bakalan terjebak cinta segitiga kah? wkwk lol
AinunJariyaaah #5
Chapter 2: Luhan ert asdfghjkl ><
AinunJariyaaah #6
Chapter 1: Ijin baca ya kak :)))
choco_honey #7
Chapter 4: aaahhh.....koq kya pendek ya chapter nya, apa karena saya terlalu menikmati?? hahaaa
unni_fanna #8
kak..cepetan dilanjutnya hehehe... gue yakin bakal keren
jijipark16 #9
Chapter 2: Chap 2 udah mulai kerasa deg degan
jijipark16 #10
Chapter 1: aku fans nya author marumero. Semangar thor. chap 1 masih manis2 dan belum ada yg menegangkan. Jangan lama2 diupdate ya