Rainbow

Second Third [Discontinued]
Please Subscribe to read the full chapter

1 missed call.

2 missed call.

3 missed call.

Kutatap layar ponsel dengan enggan saat panggilan keempat Taehyun masuk membuat getar tak nyaman di dalam saku rok. Kugeser ikon berwarna hijau yang tertera di sana dan meletakkan ponsel di telinga.

“Halo…” ucapku datar.

“Hei Haru,” Taehyun mengucapkan namaku dengan riang, aku hanya memutar bola mata karena ia selalu begitu. Selalu riang dan setelah ia menyebut namaku dengan ekpresi demikian, aku tahu apa yang akan ia katakan selanjutnya. “Kau ada acara nanti malam? Mau makan malam denganku di luar?” Kira-kira seperti itulah tepatnya.

Ini bukan pertama kalinya Taehyun mengajakku makan malam berdua, atau nonton film berdua, atau menemaninya belanja. Aku selalu membuat alasan untuk menghindari hal-hal yang bisa membuat kami bertemu, tapi ia tak gentar dan selalu mengulangi pertanyaan yang sama berulang kali sampai aku hafal apa yang akan dia ucapkan. Bisa saja aku langsung menjawabnya tanpa harus mendengar pertanyaan itu berkali-kali.

Tapi yang mengherankan, aku tak pernah bosan mendapat pertanyaan yang serupa dari Taehyun. Aku tak pernah mengabaikan pertanyaan itu dan membiarkannya begitu saja karena aku tak pernah sampai hati untuk menolaknya.

Hubungan percintaanku dengan Taehyun kira-kira berakhir satu setengah tahun yang lalu. Saat tahun terakhir di SMP berlangsung. Dan ya, tidak berakhir dengan manis memang, tapi bagiku, itu sesuatu yang patut untuk dikenang kala hati sedang rindu akan hadirnya―kebetulan aku sedang tidak suka dengan siapa-siapa secara serius, jadi, yah, katakanlah aku belum bisa move on. Cintaku pada Taehyun belum seutuhnya lenyap tidak seperti hubungan kami yang seolah tak terselamatkan lagi. Tapi begitulah Taehyun menyakiti hatiku, membuatku menjadi benalu di hubungan yang sebelumnya ia miliki bersama perempuan lain tanpa sepengetahuanku. Persis sama seperti apa yang terjadi dengan hubungan pertama kami. Karena satu setengah tahun yang lalu bukanlah hubungan pertama kami. Ada sejarah panjang di masa lalu yang membuat Taehyun tak pernah absen mengisi hariku yang kian berwarna.

“Maaf Taehyun, aku ada acara nanti malam.” Dustaku.

“Oh begitu, ya sudah lain kali saja. Kabari aku kalau kau ada waktu luang ya?” Katanya tetap tak gentar.

“Em,” jawabku super singkat sebelum Taehyun menutup panggilan.

Kuhela napas pendek, memasukkan ponsel kembali ke saku rok saat seseorang menyenggol lenganku.

“Mau ke kantin?” Yubin, teman sebangkuku, bahkan sejak masih di SMP bertanya. Bel istirahat baru berdering saat aku mengangkat panggilan Taehyun sebelumnya.

Kupandangi dia agak lama sampai akhirnya kujawab, “Ayo. Aku lapar sekali tadi tak sempat sarapan.” Keluhku, mengingat kayuh maraton pagi tadi. Bukan lari maraton lagi, tapi kayuh maraton karena aku berangkat naik sepeda. Kakiku sampai berdenyut nyeri hingga jam pelajaran ketiga berlangsung. Untunglah sudah tidak terlalu nyeri. Sekarang gantian perutku yang nyeri karena kelaparan.

Kami berjalan ke kantin mengambil makanan, minuman dan buah―yang sayang sekali aku tak kebagian karena kami datang telat ke kantin―lalu duduk satu meja dengan Yixing dan Luhan, teman sekelas dan teman dekat kami, ‘teman pewarna hidup’ begitu aku dan Yubin menyebut mereka. Luhan terlihat makan dengan enggan, pasti sesuatu sedang terjadi. Sementara Yixing mengajak Yubin mengobrol begitu kami duduk.

“Ada yang tak beres?” tanyaku pada Luhan yang menekuk muka terang-terangan. Meskipun kami baru kenal beberapa bulan saja, tapi aku sudah mulai memahami ekspresi wajah sehari-harinya.

Luhan mengangkat bahu, menyerah dengan makanannya dan membuat mataku berbinar karena ia membiarkan apel yang tak tersentuh di atas nampan. “Biasa. Jia.”

Mulutku membentuk huruf O besar begitu mendengar jawabannya. Sudah yang ke berapa kali dalam seminggu ini Luhan cemberut karena Jia? “Nanti juga baikan, sabar ya.”

“Ambil ini. Aku jadi tak berminat memakannya.” Yubin menyodorkan apel yang tak kudapat sebelumnya. Kupandangi ia dengan bingung, lalu dagunya menuding meja seberang. Mataku mengikuti arah yang ia tujukan, melihat Jongdae sedang makan berdua dengan pacar barunya, Yookyung.

Mulutku kembali membentuk huruf O tapi kali ini lebih kecil dari sebelumnya sambil cengengesan. “Sering-sering saja Jongdae muncul tiba-tiba.” Aku bergurau, lalu kuambil apel yang Yubin merikan dan menggigitnya dengan lahap padahal sandwich yang sebelumnya kumakan belum habis. Yubin mulai menggerutu tak jelas karena kemunculan Jongdae.

“Dasar monster pemakan segala.” Luhan bergumam.

Bibirku manyun sinis mendengar ucapan Luhan, “Biar. Yang benting pewutku dak mewonta lagi.” Sanggahku dengan mulut yang penuh makanan, belum sempat kutelan kunyahan itu, “UHUK! UHUK!!!” aku tersedak makananku sendiri, kurengkuh minuman di samping nampan dan meminumnya sekaligus. Yixing berdecak keras saat aku hampir kehabisan napas karena tenggorokan yang perih.

“Pelan-pelan, bodoh!” Luhan mencela, menyodorkan minumannya yang baru diseruput sedikit saja. “Minum ini, minumanmu sudah habis.” Kusambar minumannya tanpa pikir panjang dan minum lagi, kali ini lebih pelan-pelan karena Luhan tak henti-hentinya mencelaku.

Bel masuk berdering setelah aku menghabiskan makananku−dan makanan sisa milik Luhan yang dibiarkan menangis ditinggal majikan.

Salah besar makan terlalu banyak sampai kenyang di jam pelajaran siang karena kantuk mulai menerjang. Untung kali ini pelajaran Bahasa Inggris sedang berlangsung, jadi tidak terlalu parah dan dalam beberapa sisi aku sangat menikmatinya karena ini pelajaran favoritku.

Setelah Bahasa Inggris, Matematika mulai menjajah mata ini. Aku tak tahan sampai-sampai sempat tertidur di kelas selama beberapa menit saat guru sedang asyik mengajar jajaran bangku depan. Itulah beberapa keuntungan mengambil tempat duduk di tengah atau paling belakang. Yubin akan membangunkanku saat guru mulai berkeliling kelas dan menanyai satu per satu dari kami jawaban soal yang tertera di papan tulis−yang pastinya aku tak tau apa jawabannya, mendengarkan materinya saja tidak. Keberuntungan kembali menghampiriku saat bel akhir pelajaran berdering tepat di bangku samping, yaitu bangku Luhan dan Yixing. Yixing baru sempat disebut namanya namun kelas mulai riuh membereskan alat-alat tulis ke dalam tas. Alhasil ia selamat dari terjangan soal sang guru.

“Nyaris!” ujar Yixing meringis saat aku menghampirinya di depan ruangan, aku dan Yubin mengikik karena menganggap keberuntungan Yixing adalah sesuatu yang lucu. Aku menepuk bahunya sebagai tanda turut bersenang hati karena Yixing terlepas dari kesulitan sampai aku dan yang lainnya melihat Mr. Choi berdiri di ambang pintu, menatap aku dan Luhan bergantian.

“Luhan, Yong Haru. Jangan lupa membersihkan toilet dan koridor lantai dua sekarang. Atau kalian akan mendapat poin hukuman lebih banyak.” Katanya garang. Tanpa repot-repot menunggu jawaban dariku dan Luhan, Mr. Choi melenggang pergi melongok ke kelas sebelah mencari mangsa lainnya.

“Sialan, aku lupa.” Keluhku, tak mengingat keterlambatan masuk sekolah pagi tadi.

“Aku juga.” Luhan sependapat.

Kami berjalan mengambil alat pembersih di gudang pojok gedung dan mulai membersihkan toilet dan koridor laintai dua. Luhan mengambil bagian toilet, dengan kedok kalau toilet akan lebih sulit dibersihkan dan membutuhkan tenaga banyak, sebagai laki-laki sejati ia harus melakuka

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
marumero
After more than a year, new chapter is up! Please check it out :)

Comments

You must be logged in to comment
shima3588 #1
Chapter 6: maaf kak baru komen padahal udah baca dari part awal :((
next kak ceritanya keren ^^
aku sampe baper banget sama luhan xD
AinunJariyaaah #2
Chapter 5: Udh nyium bau2 konflik deh kkkkk
Luhan ih kok imut banget sih!?!?! Tapi mesum juga sialan,tapi sukaaaa ;A;
Haru sm jia ada hubungan apa dimasa lalu? Dan nanti gimana hubungan kedepannya luhanxharu? Mereka bakal jadi ciuman kah? im curious tbh wkwk anyway happy new year ka! Lol telat udh lama lewat haha
Keep writing jangan sampe wb menyerang mu kaa ditunggu chapter selanjutnyaaa :))))
Fighting author-nim!
AinunJariyaaah #3
Chapter 4: Ditunggu kelanjutan ceritanya kaaaa ><
AinunJariyaaah #4
Chapter 3: Bakalan terjebak cinta segitiga kah? wkwk lol
AinunJariyaaah #5
Chapter 2: Luhan ert asdfghjkl ><
AinunJariyaaah #6
Chapter 1: Ijin baca ya kak :)))
choco_honey #7
Chapter 4: aaahhh.....koq kya pendek ya chapter nya, apa karena saya terlalu menikmati?? hahaaa
unni_fanna #8
kak..cepetan dilanjutnya hehehe... gue yakin bakal keren
jijipark16 #9
Chapter 2: Chap 2 udah mulai kerasa deg degan
jijipark16 #10
Chapter 1: aku fans nya author marumero. Semangar thor. chap 1 masih manis2 dan belum ada yg menegangkan. Jangan lama2 diupdate ya