Part 1: Five Girls

You and I: A Story between You and Me

Pagi yang cerah menyambut aktivitas pagi masyarakat kota Seoul di hari yang cukup dingin. Lee Soo Young dan Lee Hwayoung menyambut datangnya sinar lembut mentari pagi yang masuk perlahan ke kamar mereka. Mereka yang tinggal berdua di sebuah apartemen yang terletak di dekat kampus utama Kyunghee University itu pun mulai mempersiapkan keperluan untuk kuliah mereka.

Meskipun memilliki marga yang sama, akan tetapi mereka berdua merupakan sahabat baik semenjak masa kanak-kanak mereka. Mereka memang bukan satu keluarga. Akan tetapi, kedekatan mereka yang seperti saudara itu sering membuat orang-orang mengira mereka adalah kakak-adik.

Hwayoung pun mulai bangkit dari istirahat panjangnya. Gadis berambut sebahu itu segera beranjak dari tempat persembunyiannya menuju kamar Soo Young yang tak jauh dari kamarnya. Karena orang tua Soo Young dimutasi untuk bekerja ke Amerika semenjak Soo Young memulai perkuliahannya, Hwayoung yang sudah menganggap Soo Young sebagai adik perempuannya sendiri pun bersedia tinggal bersama dengan gadis berambut sebahu yang selalu mengenakan kacamata tipis itu, karena rumah orang tua Hwayong yang berada jauh dari kota Seoul.

Perlahan, Hwayoung membangunkan gadis yang susah sekali bangun pagi itu.

“Youngie-ya… Palli ireona…”

“Hmm… Wae, Hwa-ya?” tanya Soo Young setengah bangun dari tidurnya.

“Lupa kalau hari ini kita mau pergi ke perpustakaan kampus dan menghadap Kim seongsaengnim? Cepatlah bangun, pemalas…” jawab Hwayoung sambil menarik selimut tebal bermotif teddy bear Soo Young.

“Keundae, Hwa-ya…”

“Tak ada kata tapi. Ayolaah… Banguun…” Kini Hwayoung pun menarik kaki Soo Young dan akhirnya gadis itu pun memaksakan diri untuk bangun dari tidurnya.

“Karena kamu udah memaksaku bangun seperti ini, buatkan aku pancake pagi ini,” omel Soo Young sambil menata rambutnya yang sedikit berantakan.

“Arra, arra… Jja, sana mandi. Aku siapkan pancake untuk sarapan kita hari ini…”

Dengan langkah yang pelan, gadis berkacamata tipis itu pun masuk ke kamar mandi sambil menuruti perintah sahabat karibnya itu.

 

***

Sementara itu, di Incheon, Yang Soo Yun terjaga dari tidurnya setelah dia mendengar panggilan lembut dari ayahnya lima menit yang lalu. Gadis yang memiliki rambut bergelombang sebatas pinggangnya itu menggeliat perlahan di tempat tidur yang didominasi warna biru langit. Kemudian, dia meraih jepit rambut berwarna biru kesayangannya dan menata rambutnya itu.

Perlahan, dia menuruni tangga dan melihat ayahnya memulai aksi lihainya di dapur. Gadis 20 tahun ini memang tinggal berdua dengan ayahnya semenjak kedua orang tuanya bercerai 10 tahun yang lalu. Saat itu, dia hanyalah gadis kecil berusia 10 tahun yang tak tahu-menahu soal perceraian. Namun, setelah waktu berlalu, gadis itu mulai menyadari alasan dibalik berpisahnya kedua orang tua yang sangat ia cintai. Meskipun begitu, dia tetap tidak bisa membenci ibunya. Karena dia tahu, kedua orang tuanya `masih sangat mencintai walau terhalang oleh rasa gengsi mereka yang tinggi.

“Oh, kamu sudah bangun, Yun-ah? Hari ini mau appa buatkan nasi goreng daging sapi?” tanya sang ayah sambil mengecup kening anak perempuan satu-satunya itu lembut. Yang ditanya hanya mengangguk pelan. Sepertinya dia masih berusaha untuk mengumpulkan nyawanya.

“Eh, kenapa anak appa bengong? Jja. Mandi sana. Kamu ada jadwal latihan dengan sunbaemu hari ini, ‘kan? Seleksinya hanya berselang seminggu lagi, lho,” ujar beliau sambil mendorong lembut bahu putrinya.

“Nde, arrasseo…”

***

Tak jauh dari kediaman keluarga Yang, aktivitas pagi keluarga Kim juga berlangsung seperti air yang mengalir mengikuti arus. Kim Ryeona, putri sulung keluarga itu pun memulai paginya dengan membantu ibunya menyiapkan makan pagi keluarga besarnya. Dengan teliti dia memotong kentang yang akan dijadikan campuran sup untuk makan pagi keluarga yang beranggotakan 4 orang ini sambil melantunkan sebuah lagu dengan lembut.

“Aigoo… Pagi-pagi kamu sudah menyanyikan lagu itu. apa kamu tidak bosan?” tanya sang ibu.

“Aniyo. Ini lagu favoritku. Lagunya terdengar lembut di telingaku, eomma…” jawab Ryeona.

“Kamu ini, sama saja dengan appamu. Menyanyi dimana saja kalian mau,” kata sang ibu tersenyum sambil menggeleng kepalanya.

“Biarpun begitu, dia tetap putrimu, yeobo…” ujar sang ayah sambil mengacak rambut putri sulungnya lembut.

“Appa…” kata Ryeona sambil memajukan bibirnya beberapa senti.

“Sudah,sudah. Selesaikan pekerjaanmu lalu pergi ke kampus sana,” kata ibunya.

Ryeona pun menurut dan menyelesaikan sisa pekerjaannya.

 

***

Kembali lagi ke seoul, di kediaman keluarga Park, putri bungsu keluarga ini pun mempersiapkan dirinya untuk pergi ke kampusnya di Hanyang. Park nam Gil, putri bungsu dari keluarga Park dan juga adik dari leader boyband Super Junior, Park Jungsoo, pun turun dari kamarnya dengan buru-buru.

“Aish, kamu ini. sudah mau tugas akhir masa’ masih terlambat?” tanya kakak sulungnya (yang juga cewek) yang bernama Park Inyoung.

“Tadi terlambat bangun soalnya,” jawab sang adik yang tengah sibuk mencari kunci mobilnya.

“Eomma, ada lihat kunci mobilku?” tanya Nam Gil pada ibunya yang sibuk memanggang roti untuk makan pagi sekeluarga.

“Di atas meja telepon,” jawab ibunya.

“Tak mau sarapan dulu, Nam gil-ah?” tanya Ny. Park lagi.

“Ani. Aku mau sarapan di cafeteria kampus saja. Aku harus ke perpustakaan pagi ini,” jawabnya sambil mengesun pipi sang ibu.

“Hati-hati di jalan, ya…” ujar Tuan Park.

“Nee…”

Gadis tomboy itu pun segera memacu mobilnya menuju Hanyang University.

 

***

Beginilah aktivitas pagi kelima gadis yang berbeda karakter itu. meski berbeda, persahabatan mereka telah terjalin lebih dari 5 tahun lamanya. Mereka berlima adalah teman satu SMA di Seoul. Dan uniknya, mereka berlima sama-sama penggemar Super Junior, atau biasa disebut ELF. Dari sanalah, awal cerita persahabatan mereka tertulis.

Selain menjadi salah satu bagian dari ELF, mereka juga menyukai game arcade, terutama game Pump It Up, sebuah game arcade dengan konsep dance simulation yang melatih kemampuan seorang pumper, sebutan bagi pemain pump, dalam mengikuti irama yang diiringi dengan anak panah yang harus diinjak. Game yang notabene diproduksi oleh sebuah game developer top di Korea Selatan itu menarik minat kelima gadis ini setelah melihat Soo Yun, yang sangat menyukai tarian dan jago banget nge-dance, memainkannya untuk pertama kali. Sejak saat itulah, kegiatan bermain Pump It Up itu menjadi agenda rutin mereka setiap minggu.

Selama 5 tahun itu mereka telah melewati berbagai macam kejadian. Meskipun mereka pernah bertengkar, namun ternyata pertengkaran itu memperkuat ikatan persahabatan mereka. Mereka juga mempunyai satu kesamaan lain: sama-sama tak punya pacar. Setiap mereka berkumpul di suatu tempat, mereka pasti membicarakan atau mengkhayal jika salah satu dari member Super Junior yang mereka suka menjadi pacar mereka.

Akan tetapi, mereka masih belum tahu, apakah hal itu tetap menjadi khayalan ataukah menjadi kenyataan…

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet