Chapter 1

Always be My Valentine

13 bulan yang lalu

 

“Ini tidak adil!” Jaehyun membentak sambil membalikkan badannya menghindar untuk menatap mataku. Tubuhnya terlihat bergetar, bukan karena angin malam dingin yang mulai terasa menusuk tulang di roof top gedung SM tempat kami beradu argument saat ini, tapi karena kemarahan yang ditahannya.

“Berapa kali aku memintamu untuk mengerti posisiku? Aku tidak bisa berbuat banyak karena ini adalah keputusan dari manajemen,” aku berusaha untuk kembali menjelaskan. Hal ini sudah kuduga akan terjadi dan jika ini masih menjadi argument yang tak kunjung berakhir diantara kami maka aku sangat kecewa karena ketidakpedulian Jaehyun untuk memahaminya.

Aku paham dengan kekecewaan yang dia alami, jebal… Aku bukan laki-laki bebal yang tidak tahu bahwa dia masih menyimpan sakit hati karena tertundanya rekaman solo yang harusnya dia lakukan di bulan lalu, dan sekarang manajemen baru saja menyampaikan padanya pribadi bahwa rencanya untuk bermain drama terpaksa harus ditunda karena berbenturan dengan program lain yang lebih diprioritaskan, tapi itu juga bukan keputusanku, kan? Lalu kenapa dia marah padaku?

Jaehyun terlihat meyandarkan kedua tangannya pada pinggir pembatas pengaman yang membuatku tak berani untuk mendekatinya, dia tahu benar aku takut ketinggian.

“Yuno’yah…” Beringsut sedikit mendekatinya aku memanggil nama kecil laki-laki itu. Biasanya dia akan melunak saat aku memanggilnya menggunakan nama itu yang menjadi bagian dari keakraban kami yang menyenangkan. Kulihat Jaehyun menghela nafas, lalu membalikkan badannya namun dia masih menghindari tatap mataku dengan menundukkan kepala.

“Aku tahu kau pasti kecewa dan merasa ini tidak adil…”

“Tapi kau seharusnya bisa bersikeras memperjuangkanku juga. Kau seorang leader, kata-katamu pasti lebih didengar dan dipertimbangkan…” Suaranya masih terdengar kesal kendati dia hanya berbisik namun cukup keras untuk kudengar, membuatku tanpa sadar menghela nafas seakan tak sabar.

Jaehyun akhirnya mengangkat wajahnya untuk melihat reaksiku yang sebenarnya dan pancaran matanya yang menyiratkan kekecewaan tergambar disana.

“Aku tak lebih dari kalian semua disini,” aku bergumam mencoba untuk tidak terdengar lemah, merasa letih tiba-tiba karena harus menjadi sosok yang selalu dijadikan ujung tombak oleh orang lain, walaupun mereka adalah team memberku juga. Mereka pikir manajemen sebesar SM tidak memikirkan group yang lain? Masih banyak group dibawah SM yang bahkan belum pernah debut, belum lagi mereka yang juga menunggu untuk comeback setelah beberapa tahun hiatus. Apa semua anggota membernya tidak melihat bahwa manajemen sudah memprioritaskan NCT saat ini dibandingkan group yang lain? Kenapa mereka begitu menuntut sekarang untuk mendapat kesempatan secara personal? Yang lebih mengecewakan kenapa itu juga yang diributkan oleh Jaehyun saat ini?

Aku bisa melihat tatap mata laki-laki di hadapanku melembut sekarang. Mungkin karena dia melihat beban yang harus aku tanggung dengan permintaan-permintaan sporadic dari masing-masing member yang membuatku tertekan. Dengan perlahan dia berjalan kembali ke arahku, berdiri tepat dihadapanku sementara tatap mata kami terpaut.

Mianhae, seharusnya aku tidak menumpahkan kekesalanku padamu,” desisnya pelan, lalu mengulurkan tangan untuk memeluk tubuhku, menarikku dekat dan mengeratkan rengkuhannya hingga kepalaku bersandar di lekuk lehernya. Hidungku yang dingin menyentuh kulit lembut leher Jaehyun, tanpa kusadari aku menghela nafas panjang untuk menghirup aroma tubuhnya yang terasa menyenangkan, menenangkan syaraf otakku yang tegang.

Aku membalas pelukannya dengan melingkarkan tanganku ke pinggangnya yang ramping, bagaimana mungkin dia bisa memilik pinggang seperti ini dengan dada bidang yang nyaman? Dan tubuh laki-laki ini sangat menyenangkan untuk dipeluk, aku tahu sekali akan hal itu. Beruntung siapapun yang akan menjadi kekasih Jaehyun nanti, karena dia akan merasakan hal yang sama.

Sekelebatan wajah-wajah perempuan melintas dipikiranku secara tiba-tiba. Mereka para idol maupun artis yang pernah dekat dengan Jaehyun, bukan dekat dalam artian berpacaran, aku tahu itu, dia tak akan pernah menyembunyikan hal itu dariku, tapi pikiran mengenai suatu saat nanti laki-laki itu mungkin akan memilih satu diantaranya, itu yang mengganggu pikiranku.

Dengan enggan aku melepaskan diri darinya setelah pemikiran itu merasukiku. Kenapa aku harus merasa hatiku seperti tertusuk duri saat memikirkan hal itu?

“Ayo masuk. Kita sudah terlalu lama disini, aku kedinginan,” kataku kemudian sambil membalikkan badan dan melangkah menuju ke teras tempat dimana dua pasang lift penumpang tersedia disana.

Jaehyun segera menyusul langkahku lalu kembali kurasakan tangannya merangkul pundakku dengan akrab. Kami sudah sedemikian terbiasa melakukannya, tapi saat ini, di detik ini aku sedang tidak ingin. Jadi aku geser pundakku untuk melepaskan rangkulannya, aku yakin dengan gerakan kecil ini pun Jaehyun menyadari keenggananku.

Jadi kami berdua diam berdiri menunggu lift datang. Aku menyandarkan tubuhku pada sisi kanan pintu lift dan Jaehyun tetap berdiri ditempatnya dengan mulut terkunci. Raut wajahnya terlihat datar, namun sekilas aku bisa melihat percikan emosi di tatap matanya.

Mungkin sejak saat itulah hubungan kami mulai merenggang. Bukan karena protes Jaehyun atas lagu solo-nya yang gagal untuk diluncurkan, atau drama yang dibintanginya mundur dari jadwal yang sudah disepakati, tetapi karena duri yang mulai menyakiti hatiku, yang tanpa aku sadari mempunyai arti sebenarnya yang lebih dalam.

 

****

 

“Wooaah… Selamat hyeong! Aku ikut senang mendengarnya.”

Ucapan selamat berulang memenuhi kakaotalk di ponselku. Dalam waktu setengah jam hampir semua member NCT memberiku selamat karena rencana comeback SuperM diumumkan melalui group chat SM.

Hampir semua mengucapkan, minus Ten dan Mark yang juga bagian dari SuperM tentu saja, aku melihat tak ada notifikasi dari Jaehyun.

Hanya selang satu minggu setelah kejadian di rooftop SM malam itu, manajemen mengumumkan realisasi comeback SuperM. Sebetulnya rencana comeback ini memang sudah menjadi bagian dari rencana besar SM tahun ini dan seharusnya bukan kabar yang mengherankan karena sebagian besar group yang bernaung di SM pasti juga mengetahuinya, karena walaupun dirapatkan dalam forum tertutup namun kabar seperti ini pasti akan tersebar juga.

Yang diberi ucapan selamat oleh semua orang adalah karena jadwal ini tidak meleset atau mundur dari rencana sebelumnya sehingga konfirmasi kepastian dijalankannya rencana inilah yang menentukan di saat-saat terakhir, well… Tidak jarang semua rencana itu bisa mundur atau dibatalkan secara tiba-tiba karena suatu hal yang tak pernah bisa kami mengerti, karena keputusan akhir selalu berada ditangan pimpinan SM, yang tak lain adalah Lee So Man sajangnim.

Aku mendengus menatap layar ponselku, pesimis dengan pemikiran bahwa akan menemukan pesan dari Jaehyun disana. Sejak malam itu aku merasakan Jaehyun menarik diri dariku. Kami memang pulang bersama dari kantor SM menuju ke dorm, tapi perjalanan diisi dengan keheningan.

Selama hubungan persahabatan kami sejak SM Rookies, sejak kami hidup bersama dalam satu dorm, bahkan berbagi kamar yang akhirnya membuat kami jauh lebih dekat dari member lainnya, tak lebih dari 5 jari aku bertengkar dengan Jaehyun hingga menimbulkan suasana yang begitu dingin seperti saat itu.

Tapi dia memang lelaki seperti itu. Jaehyun bisa marah tanpa kita tahu bahwa sebenarnya kita telah menyinggung perasaannya. Contohnya saat pertama dia bersikap seperti ini adalah ketika tanpa sengaja aku menyinggung perasaannya dengan pertanyaan mengapa dia mau hidup susah menjadi Rookies di SM jika dia bisa melakukan apapun yang dia inginkan dengan kekayaan orang tuanya. Aku menyampaikannya dengan nada bercanda, sumpah! Aku tak menyangka dia akan berubah sikap menjadi dingin seperti itu padaku, mendiamkanku tanpa sebab selama satu minggu!

Pada saat itu, untunglah ada Mark. Pribadinya yang terbuka apa adanya membuat kesalahpahaman kami tidak berlangsung lebih lama, semuanya terpecahkan hanya karena Mark menyampaikan keluhan Jaehyun padaku tanpa tahu bahwa kami sedang saling mendiamkan, yang pada akhirnya memberiku titik terang permasalahannya. Si polos Mark bahkan mungkin tidak sadar bahwa dia telah menyelamatkan persahabatan kami saat itu.

Aku sendiri tidak pernah menyangka, bahwa menjadi anak orang kaya tidak selalu membuatmu bahagia. Bagiku yang dulu hidup pas-pas an, bayangan menjadi anak keluarga yang bisa memenuhi semua kebutuhanmu terlihat sangat menyenangkan. Aku tidak mengerti bahwa itu memberi beban tersendiri bagi Jaehyun yang semenjak kecil selalu merasa dimanfaatkan oleh siapapun demi uangnya, atau mencari muka di depan keluarganya, atau keuntungan pribadi mereka. Hal itu membuatnya lebih suka sendirian dimanapun dia berada.

Menciptakan image dingin, arogan dan acuh menjadi andalannya dalam pergaulan sehari-hari. Dia berperan seperti pangeran berhati dingin yang tak bisa di dekati oleh siapapun karena menganggap orang lain lalat di hadapannya. Sikap itu membuatnya tidak pernah mempunyai sahabat sebelum bertemu denganku karena dia tidak mudah mempercayai tendensi orang yang ingin dekat dengannya.

Dia bisa dekat denganku karena kepala kosongku yang tak pernah tahu apa-apa dengan kondisi sekelilingku. Mengetahui bahwa Jaehyun anak orang kaya pun baru kuketahui beberapa tahun kemudian, jauh setelah kami menjadi sahabat akrab yang bahkan saat itu Jaehyun masih terlihat enggan tiap kali kami membicarakan mengenai topik keluarga.

Menjadi Rookies di SM memang dia sengaja karena dia sebetulnya menyadari bahwa sikap yang dibuatnya selama ini kelak bisa menghancurkannya menjadikannya pria kesepian yang tak memiliki siapapun untuk dia percayai. Aku setuju dengan hal itu, karena kalau kau mengenal Jaehyun, sebetulnya dia lelaki pemalu yang berperasaan halus, dia tidak banyak bicara dan cenderung mendengarkan orang lain, dia peka terhadap orang-orang disekelilingnya, yang mana saat ini semua member adalah sahabat dan saudaranya terdekat sehingga hal itu juga menjadi perhatiannya.

Sikap dingin Jaehyun yang kedua adalah saat aku menolak ketika manajemen menunjukku secara resmi sebagai Leader NCT. Oh, ya. Aku menolaknya, dan dengan tegas, tak peduli saat itu Jaehyun berusaha membujukku dengan sabar yang akhirnya  membuatku  membentaknya, menuduhnya ingin memojokkanku pada posisi sulit karena dia benar-benar berusaha membujukku saat itu.,

Hello… Yang ditawari tanggung jawab itu aku, jadi aku berhak untuk menolaknya, iya kan? Lalu kenapa dia yang marah dan terlihat kecewa saat aku melakukannya? Dan, yah… Dia mendiamkanku lagi, 5 hari lamanya, aku ingat sekali karena hari berikutnya adalah hari dimana aku harus memberikan jawaban finalku atas tawaran itu. Dan diakhir hari ke 5 itulah, dengan bantuan Taeil Hyeong, kami akhirnya bisa bicara dengan normal lagi.

Manajemen bukannya tidak memberiku tawaran yang cukup bagus. Menjadi Leader itu berarti : pemasukan yang lebih besar dari member lainnya tentu saja, previlage kamar pribadi yang lebih luas lengkap dengan furniture yang cukup mewah, ada meja kerja luas berikut perlengkapan yang memadai untuk mencipta lagu maupun koreografi yang memang terkadang muncul begitu saja di kepalaku. Kesempatan untuk tampil dan mendapat spotlight lebih pun mengikuti seorang Leader, tawaran menjadi brand ambassador akan ditawarkan pada Leader terlebih dahulu daripada member lain, dia bahkan bisa memberi hak suara menentukan brand mana yang cocok untuk membernya. Yang jelas rekeningku akan lebih cepat terisi jika aku menjadi Leader, itu pun belum termasuk royalty atas lagu-lagu yang aku ciptakan juga kemungkinan royalty atas koreografi pada MV.

Lalu apa yang membuatku menolaknya? Karena tanggung jawab yang berat seorang Leader yang melekat bersama semua kemewahan itu. Bayangkan… mengurus orang sebanyak itu, 20 orang untuk sebuah group itu terlalu banyak dan bahkan manajemen sepertinya tidak akan pernah menarik rem untuk tidak menambah anggota lagi. Aku bukan orang bodoh yang mau mengorbankan masa mudaku untuk mengurus orang lain, aku pecinta malas-malasan di dorm, latihan hanya saat ada jadwal, pergi keluar untuk cuci mata walau hanya ke supermarket terdekat, menikmati pemandangan dan kesibukan orang lain sementara aku bersantai, itulah tujuan hidupku. Bagaimana mungkin aku membuang semua itu untuk menjadi leader dari 20 orang pemuda dengan 10% keunikan dan kemampuan yang berbeda, 10% lainnya berupa sifat yang mampu membuat pecah kepalamu dan 80% sisanya berisi  jiwa pemberontak yang menguasai kepala mereka masing-masing?

Tidak. Aku masih ingin waras, terima kasih.

Tapi pada hari terakhir dimana aku dan Jaehyun kembali berbicara, laki-laki itu dengan sikap yang jauh lunak padaku pasca aku umpati karena usaha kerasnya membujukku, berkata padaku malam itu sebelum kami berpisah tidur – karena selama saling mendiamkan dia memilih untuk tidur bersama manajer, bertukar tempat dengan Taeil Hyeong. Dengan senyum terulas di bibirnya, dia berucap :

“NCT membutuhkan leader yang benar-benar kapabel untuk mengemban tugas itu, aku akan berhenti untuk memintamu mempertimbangkan kembali tawaran itu setelah ini, tapi biarkan aku mengatakan hal yang mungkin tidak kamu ketahui Yongie Hyeong, bahwa kau adalah laki-laki bertanggung jawab, tak peduli sebesar apapun godaan bermalas-malasan datang padamu, kau akan bangun lebih pagi dari yang lain dan menyiapkan keperluan member bahkan sebelum mereka menyadari kalau memerlukannya. Kau memberi contoh dan bukan memerintah kami, kau bekerja lebih keras bukan untuk dirimu sendiri. Selama ini kami selalu bersyukur karena kau ada, oleh karena itu kami memandangmu, menghargaimu dan dengan senang hati menempatkanmu sebagai leader. Tak ada yang lebih baik bagi kami selain kamu sebagai pemimpin yang akan membawa kami ke tempat yang lebih baik dari sekarang.”

Kemudian dia pergi, keluar dari kamar dan membiarkanku terbengong mendengar kata-kata yang luar biasa panjang untuk ukuran bicara Jaehyun yang lebih sering diam selama ini. Pagi hari berikutnya saat aku dipanggil kembali kedua kalinya ke kantor SM untuk memberikan jawaban final atas tawaran itu, aku menjawab : Ya.

 

~tbc~

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet