One

Apostrophes
Please Subscribe to read the full chapter

a·pos·tro·phe /əˈpästrəfē/

a punctuation mark ( ’ ) used to indicate either possession (e.g., Harry's book ; boys' coats ) or the omission of letters or numbers (e.g., can't ; he's ; class of ’99 ).

 

“Ini tidak akan mudah.” Jinri menghembuskan napas, memandang lurus ke arah villa dua lantai yang ada di hadapannya.

Villa yang berjarak satu jam jalan kaki dari salah satu puncak Gunung Jiri ini dihimpit oleh hutan di sisi kanan dan kirinya dengan jurang yang kedalamannya paling tidak 20 meter tepat di belakang, dan sejauh jarak mata memandang, Jinri tidak bisa melihat penginapan lain. Tidak mengherankan sih, villa ini terletak di sisi yang berlawanan dari titik terakhir yang bisa dicapai dengan menggunakan Jeep, tempat dimana banyak penginapan untuk para pendaki. Tapi di musim liburan ini harga penginapan bisa menjadi dua bahkan tiga kali lipat lebih mahal, dan Byun Baekhyun berhasil meminjam villa ini dari pacarnya dengan gratis, jadi Jinri tidak bisa mengeluh. Lagipula, dari luar Jinri bisa lihat bahwa tempat ini benar-benar seindah yang gambar yang diceritakan Baekhyun, Jinri penasaran apa memang ada balkon di salah satu kamar di lantai dua, Baekhyun bilang balkon yang terletak di bagian belakang villa itu menghadap langsung ke arah matahari terbenam, mungkin akan sedikit mengerikan jika dia melihat ke bawah -dengan adanya jurang yang cukup dalam itu, tapi dia benar-benar harus mendapatkan kamar dengan balkon.

“Hey, kamu masih belum menyelesaikan semuanya?” Kim Jongdae menjentikan jarinya di depan wajah Jinri.

Ups, sudah berapa lama dia terdiam disini? Jinri menengok ke belakang, melihat dua Jeep yang mereka tumpangi tadi, hanya tersisa Chanyeol dan Baekhyun yang sedang sibuk menurunkan koper besar dari bagasi, apa yang mereka bawa? Jinri yakin dia bisa menyembunyikan tubuh seseorang di dalam koper itu. Jinri menunjuk tas jinjing ukuran sedang yang ada di tangannya.

“Aku hanya membawa ini, semua beres.”

“Bukan itu maksudku.” Jongdae menggeleng, lalu dengan dagunya menunjuk ke arah Myungsoo dan Soojung yang berjalan masuk bersama ke dalam vila. Oh, jadi Jongdae mengira dia sedang melihat mereka.

“Aku akan menyelesaikannya malam ini.” Jinri tersenyum, lalu melanjutkan langkahnya.

Ah itu tidak akan mudah, tapi hal itu akan selesai malam ini.

 

Jinri berhasil mendapatkan kamar yang dia inginkan. Kamar di lantai dua yang menghadap langsung ke arah matahari terbenam. Sempurna. Dia bahkan mendapatkan Soojung sebagai roommate-nya. Hubungan mereka memang sedikit ...aneh akhir-akhir ini, tapi Soojung adalah sahabat terdekatnya dan dia tidak ingin berbagi kamar ini dengan siapapun selain Soojung.

“Kalau kau mau aku akan tidur di tempat lain.” Soojung berkata dengan nada bersalah.

...mungkin maksudmu di tempat Myungsoo, Jinri membantin, tapi berhasil menahan dirinya untuk tidak mengatakan kalimat itu. Lagipula sejak mereka berdua memasuki kamar ini Soojung terlihat tidak nyaman. Seperti tidak tau apa yang harus dia lakukan. Dan Jinri tidak mau membuat Soojung semakin tidak nyaman.

“Aku tidak apa-apa, Jung. Jika kau masih merasa ..aneh, mungkin aku bisa tidur di kamar Chanyeol nanti malam. Tapi kita coba dulu, oke?” Jinri menatap Soojung, dia benar-benar ingin Soojung tidur di kamar ini.

“Oke.” Soojung mengangguk, duduk di tempat tidurnya lalu memandang kosong ke arah balkon yang ada tepat di sebelah tempat tidurnya (lihat, Jinri adalah teman yang baik dia bahkan membiarkan Soojung dapat tempat tidur yang lebih bagus). Tapi Jinri benar-benar tidak suka ekspresi Soojung, wajahnya seolah-olah dia telah melakukan kesalahan yang sangat besar pada Jinri. Soojung sahabatnya adalah orang yang selalu percaya diri, bahkan saat benar melakukan kesalahan pun Soojung akan dengan percaya diri memohon maaf, bukan seperti ini.

“Pemandangannya indah sekali kan?” Jinri duduk di sebelah Soojung, memandangi langit yang berwarna jingga, sebentar lagi matahari akan terbenam. “Aku benar-benar menginginkan kamar ini sejak Baekhyun bercerita tentang betapa bagusnya vila milik paca- uh, ...profesor Kim. Aku beruntung Jongdae mau bertukar kamar, walau sekarang aku harus mengabulkan satu permintaannya.” Jinri mengerang, Soojung tersenyum kecil.

Setelah pembagian teman sekamar yang berjalan cukup mudah (“Aku dan Kyungsoo, Baekhyun dan Jongdae, lalu ...uh, Myungsoo maafkan aku tapi kau harus tidur sendiri karna Jinri akan sekamar dengan Soojung.” Chanyeol, sepupunya yang bertubuh besar berkata dengan wajah serius dihadapan Myungsoo, seolah menantang Myungsoo untuk membantah, tapi sungguh Chanyeol tidak perlu melakukan itu karena Myungsoo tidak akan mencoba untuk berada di satu kamar yang sama dengan Jinri, tidak lagi.) Mereka lalu memilih kamar dengan menggunakan undian yang dibuat oleh Kyungsoo, dua kamar di atas dan dua di bawah, sementara satu kamar lagi yang berada di lantai atas dibiarkan kosong karena itu kamar 'pemilik' tempat ini. Jongdae, yang harus Jinri akui memang memiliki keberuntungan yang tidak biasa, berhasil mendapatkan kamar ini sementara Jinri mendapatkan kamar lain di lantai yang sama.

“Ayolah, Jongdae tidak seburuk itu.” Soojung mencoba menenangkannya.

“Kita sedang membicarakan orang yang sama, kan? Kau tahu Jongdae adalah orang yang menantang Byun Baekhyun untuk mengirimkan video setengah telanjangnya ke Profesor Kim.” Jinri bergidik, dan Baekhyun, yang sama ...tidak wajarnya dengan Jongdae, atau justru lebih tidak wajar lagi, dengan senang hati melakukan hal itu.

“Yeah, tapi harus kita akui itu berakhir dengan baik kan? Mereka sudah bersama selama ..berapa lama?”

Jinri mendengus, membisikan kata “dua tahun.”

“Dan lagipula, aku pikir Jongdae menyukaimu, Jinri. Mungkin kamu bisa memberinya kesempatan dan melupakan..” Soojung mendadak menutup mulutnya dengan kedua tangan.

Jinri menghembuskan nafas, bagaimana bisa dia melupakan sesuatu yang bahkan belum berakhir? “Aku perlu sekaleng beer.” Atau dua kaleng atau seluruh beer yang dibawa Chanyeol.

 

“KAU TIDAK MEMBAWA BEER?”

Jinri kira dia yang berteriak, tapi bukan, itu suara pria. Do Kyungsoo, satu-satunya teman Chanyeol yang cukup normal. Jinri tidak tau Kyungsoo bisa berteriak senyaring itu.

“Maafkan aku..” Chanyeol, sepupunya yang tubuhnya paling tidak dua kali lebih besar dari Kyungsoo, terlihat benar-benar ketakutan. Uh, Kyungsoo memang terlihat sangat menakutkan sekarang.

“Lalu apa yang kau bawa di koper yang sangat besar itu?” Kyungsoo bertanya, suaranya lebih tenang.

“Itu milikku.” Baekhyun mengangkat tangan, “Isinya peralatan games...”

“Ya Tuhan, aku tidak yakin bisa menghadapi kalian dalam keadaan sadar.” Kyungsoo menggeleng pasrah, menatap Chanyeol, Baekhyun dan Jongdae yang berdiri di hadapannya, (tidak menghiraukan pekikan “Hey apa salahku!” dari Jongdae), lalu beralih ke arah Jinri, Soojung, dan Myungsoo yang hanya diam, “dan terutama kalian.”

Baekhyun tidak memikirkan hal lain selain pacarnya, dan Chanyeol mungkin terlalu bodoh untuk menyadari apa yang terjadi diantara mereka bertiga. Tapi Kyungsoo cukup observant untuk mengetahui bahwa ...sesuatu telah terjadi, dan dia juga orang yang memperkenalkan Jinri dengan Myungsoo, tentu saja dia tahu.

“Uh, mau main truth or dare?” Jongdae bertanya sebelum salah satu dari Chanyeol atau Baekhyun bisa mempertanyakan maksud pernyataan Kyungsoo.

“Kau tidak tahu apa yang terjadi setelah sekelompok teman yang sedang liburan (seperti kita!) memainkan permainan itu, Jongdae?” Baekhyun berkata dengan nada serius, tapi wajahnya terlihat sumringah.

“Byun, pertama-tama, itu terjadi di Mexico. Dan kedua, itu hanyalah film yang tidak akan terjadi di dunia nyata.”

“Jangan bilang aku tidak memperingatkanmu!” Baekhyun berlari ke dapur, lalu kembali dengan sebotol air. “Apa kita bisa memutar ini?”

 

Setelah putaran pertama dan Byun-si-bodoh-Baekhyun dan Kim-si-sama-bodohnya-Jongdae memberikan tantangan pada Chanyeol untuk mencium Kyungsoo, di bibir, tampaknya tidak ada satupun dari mereka yang berani memilih tantangan. Satu jam pertama permainan, Jinri merasa dia mengetahui lebih banyak tentang teman-temannya (teman-teman Chanyeol, sebenarnya) dari pada yang dia ketahui sejak mengenal mereka selama bertahun-tahun lamanya. Walau jujur saja, Jinri lebih memilih untuk tidak mengetahui beberapa, atau kebanyakan, dari informasi tersebut. Misalnya rahasia Jongdae bahwa dia tidak bisa tidur tanpa selimut merah muda yang sudah dia miliki sejak umur 6 tahun. Dan terutama rahasia Baekhyun tentang kapan dan dimana pertama kali dia dan Profesor Kim melakukan ...sesuatu. Ugh, Jinri tidak akan bisa melihat Dosen Kelas Sejarah Musik nya itu tanpa teringat penjelasan detail Baekhyun sekarang.

Selesai mengakhiri ceritanya, Baekhyun memutar botol, ujung botol itu terus berputar melewati Chanyeol yang bertelinga merah (entah karena cerita Baekhyun, atau karena tantangan yang dia terima sebelumnya), Kyungsoo yang terlihat bosan, Jongdae yang sangat bersemangat, lalu Jinri, lalu Myungsoo, hingga berhenti di hadapan Soojung.

“Ah, Soojungie lagi!” Baekhyun mengeluh, Soojung sudah mendapat gilirannya tadi, yang dia lalui dengan memberitahu satu rahasia bahwa minuman beralkohol, sesedikit apapun kandungan alkoholnya, dapat membuatnya tertidur. “Truth lagi?”

Soojung mengangg

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
babbychoi
#1
Chapter 2: Tuh kan! Aku tuh nggak bisa tenang kalo baca cerita kakak. Otaku pasti muter dan—
Kenapa Jinri?
choramyun99 #2
Chapter 3: Such a great story.... Aku kangen kakak tau... Kaget banget pas liat notif ada cerita baru dan authornya adalah kakak.... Beneran gak sabar nunggu cerita kakak lainnya. Apalagi The Truth, sumpah penasaran kelanjutannya. Semangat ya kak!!!