Just like a dream

Description

Author : Choi Di Jee

Title : Just like a dream

Pairing : KaiSoo x KriSoo x HunSoo x KaiBaek

Main cast : Do kyungsoo x Kim Jongin

Support cast : Kris, Sehun, Baekhyun, Siwon, Suho, etc.

Genre : Romance. Angst. Hurt. Comfort. GS (Gender Switch)

Rated : T

Summary : Semuanya terlihat seperti mimpi. Aku tidak menyangka mimpiku terlihat sebegitu nyatanya.

 De ja vu

Foreword

In a dream

Aku terbangun di sebuah taman yang sangat luas. Kulihat sekeliling sepi. Hanya aku dan malam yang dingin. Kulihat sekitarku lagi mencoba mengenali dimana sekarang aku berada. Tiba tiba kepalaku sangat pusing. Kupegangi kepalaku mencoba untuk menetralisir rasa sakitnya. Pandanganku memudar.

Brukk

Aku jatuh terduduk. Ahh.. sakitt.

Aku coba untuk berdiri. Perlahan akhirnya aku bisa berdiri seiring rasa sakit dikepalaku menghilang. Aku mendongak mencoba lihat keadaan sekitar. Aku terkejut melihat ada 2 pria yang berdiri tidak jauh dariku berdiri sekarang. Aku mengenal mereka berdua tapi mereka berdua tidak saling kenal.

Kris berdiri disebelah kiri. Sehun disebelah kanan. Jarak mereka tak terbilang dekat. Aku berada didepan mereka dengan jarak agak jauh. Aku tidak tahu kenapa mereka disini. Dan apa yang mereka lakukan disini.

"Dyo-ah.." panggil mereka bersamaan. Aku memandang mereka bergantian. Hatiku rasanya sakit. Aku sedih. Air mataku berlinang tak tertahankan. Aku masih bertahan menatap mereka tanpa mengeluarkan suara sedikitpun.

Aku mengepalkan tanganku. Aku takut. Hatiku rasanya sakit sekali. Aku menangis dalam diam.

"Aku menyayangimu Dyo-ah. Kembalilah padaku" Kris menatap penuh harap padaku. Aku melihat matanya terlihat bahwa dia sangat merindukanku. Akupun juga sangat merindukannya. Sangat malahan.

"Dyo-ah.. Aku menyayangimu. Jangan tinggalkan aku." aku mengalihkan perhatianku ke Sehun. Aku juga tidak ingin meninggalkanmu. Sungguh. Aku mungkin tidak akan sanggup meninggalkanmu.

"Aku menyayangimu Dyo-ah" Kris

"Aku menyayangimu Dyo.." Sehun

Mereka berjalan mendekat padaku. Aku pun mundur perlahan. Aku takut. Hatiku sakit bila harus melihat mereka. Kris dan Sehun terlalu tulus menyayangiku. Aku tak sanggup membuat mereka sedih dan hatinya terluka karena aku. Sudah cukup mereka membuat kenangan indah bersamaku dulu.

 

Aku menyayangi kalian. Aku sayang kalian...

 

Aku menangis lagi. Aku menundukkan kepalaku. Aku berbalik mencoba untuk pergi. Ketika ingin melangkah aku mendongakkan kepalaku. Tepat didepan nan jauh sana ada seseorang yang aku kenal juga. Dia berdiri disebelah tiang lampu taman sambil membawa bunga mawar putih. Bunga kesukaanku. Pria itu menatapku hangat lalu tersenyum padaku. Rasanya aku ingin berlari kearahnya lalu memeluknya dengan erat. Tapi aku tak bisa. Aku tak bisa...

 

i need you . Kim Jongin.

 

Aku memejamkan mataku. Aku menangis cukup deras kali ini. Hatiku semakin sakit. Kepalaku pusing lagi. Napasku terasa memberat. Rasanya sulit sekali untuk bernapas kali ini.

 

 

Aku ingat dengan jelas. Bagaimana perhatian Jongin padaku ketika aku sedang bersedih. Dialah tempatku bersandar. Dia yang selalu menghiburku. Dia yang selalu menguatkan aku. Dia yang selalu menungguku. Dialah satu satunya alasan aku ingin bertahan hidup. Tanpa Jongin aku bukanlah apa apa.

Maka dari itu.

Aku membutuhkanmu. Kekasihku..

Tiba tiba ada yang menarik tubuhku berbalik kembali seperti semula. Kris memelukku dari depan. Tak lama kemudian Sehun juga memelukku dari belakang. Rasanya nyaman ketika aku merasa sedang sedih ada yang memberi kasih sayang padaku seperti ini. Nyaman. Dan hangat. Tapi tangisanku makin deras. Bahuku bergetar hebat. Aku semakin menundukkan kepalaku. Aku tak membalas satu pun pelukkan Kris dan Sehun yang semakin erat ditubuhnya.

Perlahan aku melepaskan pelukkan Sehun dibelakangku. Lalu melepaskan pelukkan Kris juga. Mereka berdua memandangku bingung sekaligus cemas. Aku pun tersenyum lembut memandang mereka.

"Maafkan aku. Aku harus pergi"

Setelah itu aku berbalik memunggungi mereka sambil menundukkan kepala aku berjalan terus kedepan. Seketika aku berhenti melihat pemandangan didepanku. Ada seorang gadis yang mendekati Jongin.

Bukankah itu Baekhyun? Pikirku.

Dia sahabatku. Dia gadis yang manis sama sepertiku. Aku tahu dia menyukai kekasihku. Jongin. Bahkan dia menyukainya jauh sebelum aku jatuh cinta pada Jongin.

Dengan langkah perlahan aku masih berjalan menuju tempat Jongin dan Baekhyun berada. Jongin yang melihatku segera mengalihkan pandangannya padaku. Dia tersenyum seperti biasa. Hangat dan tulus.

Lalu pandanganku beralih pada sahabatku itu. Baekhyun. Gadis itu juga tersenyum padaku. Dia tampak semakin manis. Seketika aku juga tersenyum mengingat hidupku dikelilingi orang2 yang menyayangiku dengan tulus. Aku tersenyum lagi. Terkadang aku merasa bersalah akan hubunganku dengan Jongin didepan Baekhyun yang sahabatku sendiri. Aku sering melihat tatapan Baekhyun ke Jongin mempunyai makna cinta yang sangat mendalam. Tulus. Dan iklas membiarkan cintanya berbahagia bukan dengannya melainkan dengan orang lain yaitu sahabatnya sendiri. Yaitu aku. Aku merasa menjadi penghalang. Tapiii.....

"ini.. Untukmu Kyungie"

Aku tersadar dari lamunanku. Jongin memberikanku bunga yang dibawanya tadi. Aku tersenyum padanya lalu menyesapi aroma bunga itu. Harum.

"Gomawo. Jongin oppa~. Tapi sepertinya kau memberikannya kepada orang yang salah."

Jongin memandangku bingung. Lalu aku menggenggam tangan Baekhyun. Dia terlihat bingung. Lalu aku tersenyum kearahnya dan memberikan bunga yang Jongin berikan padaku tadi.

Lalu aku meraih tangan Jongin dan meletakkannya pada tangan Baekhyun. Menyatukan tangan mereka Jongin dan Baekhyun. Aku pun tersenyum melihatnya. Tak terasa air mataku menetes. Aku tak tahu harus bilang senang atau sedih. Tapi aku ingin bilang lega rasanya. Lalu aku tersenyum menatap mereka yang berada didepanku dengan tatapan bingung.

"Jongin oppa~. Lain kali kau harus memberikannya sendiri oke. Ini untuk pertama dan terakhir kalinya aku membantumu memberikan bunga indah dan harum itu untuk sahabatku Baekhyun. Untuk seterusnya tanganku terlalu mahal untuk jadi pengantar bunga untuk tuan Putri Baekhyun. Mengerti Pangeran Jongin?"

Mendadak hatiku sesak ketika aku mengatakan semua itu. Rasanya aku tidak rela melepaskannya. Untuk kali ini aku sungguh tak ingin melepaskanmu. Jongin. Maafkan aku.

Aku sudah terlalu sering melepasmu dan harus membuatmu menunggu selama ini.

Maafkan aku dan terima kasih untuk semua kasih sayangmu padaku. Aku mencintaimu Kim Jongin. Belajarlah untuk menerima Baekhyun lagi. Seperti sebelumnya. Aku mencintaimu.

Air mataku tak terbendung lagi. Aku menangis dihadapan mereka. Aku tak bisa menahannya. Hatiku cukup sakit untuk ini. Jongin meraih pipiku menghapus air mataku. Lalu ia mencoba untuk meraih tengkukku. Aku menahan tangannya.

"Tidak. Tidak. Tidak. Jangan lepaskan tangannya Jongin. Cukup."

"Aku tidak apa apa. Aku hanya terharu melihat sebegitu serasinya kalian. Lihatlah kalian berdua. Sangat cocok. Pangeran Jongin yang tampan. Putri Baekhyun yang manis seperti bidadari. Ohh aku cukup iri untuk yang itu.. Haha.." aku tertawa hambar.. Terlihat aneh memang..

"Tapi jujur saja. Kau Byun Baekhyun sahabatku benar benar sangat manis dan cantik. Aku bersyukur punya sahabat sepertimu. Terima kasih Baekhyuniee. Aku menyayangimu." aku memeluknya sambil menangis. Aku memeluknya erat. Lalu aku beralih ke Jongin lagi.

"Jagalah dia seperti kau menjagaku. Aku tahu kau pasti akan menjaganya tanpa harus kusuruh pun. Haha.. Aku menyayangimu."  lalu aku memeluknya. Dia balas memelukku dengan erat seolah tak ingin aku melepasnya.

"Aku mencintaimu. Aku mencintaimu. Jangan lakukan ini. Aku mencintaimu." Jongin berkata lirih diceruk leher sambil menangis.

"Aku mohon. Aku mencintaimu." lanjutnya lagi. Aku melepaskan pelukanku perlahan. Aku menatap mata Jongin yang basah air mata. Aku menghapusnya lalu menciumnya.

Aku juga mencintaimu. Kim jongin. Maafkan aku.

Semuanya menjadi redup. Pandanganku buram. Rasa sakit itu hadir lagi. Pusing. Hatiku sakit. Aku sulit bernapas. Aku mulai lemas. Semuanya menjadi gelap.

 

Sakitt..

Sakiittt...

Akhh.. Arghh..

Sakitt .. Jeball

 

In real life

Aku mengerjapkan mataku. Rasanya mataku sulit sekali terbuka. Rasanya berat sekali membuka mata. Perlahan aku mulai bisa melihat dengan jelas sekitarku. Semuanya berwarna putih dan berbau aneh. Seperti obat obatan dan juga alkohol. Bau rumah sakit.

Apa aku sedang dirumah sakit? Siapa yang sakit? Tunggu. Apa apaan ini semua. Kenapa semua alat alat seperti ini ada ditubuhku. Jangan katakan akulah pasiennya. Tapiii aku sakit apa??

Kulihat sekitarku. Eomma, Appa, Suho oppa, Bibi Han dan siapa pria ini?

Kulihat pria ini tampak sangat kelelahan. Terlihat kerutan diwajahnya.

Apa dia tidak tidur berhari hari? Mukanya tampak suram sekali. Kasian sekali. Padahal kalo aku perhatikan pria ini tampan juga. Hehe..

Aku tersenyum melihat wajah polos pria yang tidur di samping ranjangku ini. Aku mencoba untuk ingin mengelus surai rambutnya. Tapi kenapa tanganku tak bisa digerakkan. Aku coba menggerakkan tanganku yang satunya. Tak bisa digerakan juga. Mataku berhenti tertuju pada tanganku tadi. Pria ini menggenggam tanganku erat. Tapi aku tak bisa merasakan kehangatannya sedikitpun.

Aku mengerutkan keningku. Aku bingung. Aku tak bisa bergerak sama sekali.

Apa yang terjadi padaku? Kenapa aku tidak bisa bergerak? Ada apa dengan tubuhku? Aku sakit apa? Seseorang segeralah sadar dan lihatlah aku..

Aku mohon sadarlah.. Aku mohon dengarlah aku.. Aku tak bisa melepaskan masker dimulutku.. Aku tidak bisa meraihnya.. Aku tidak bisa memanggil kalian... Hhuuaa.. Hhuuaa

Eomma, Appa, Oppa, Bibi bangunlah dan lihatlah aku.. Hhuua.. Seseorang siapapun bangunlah dan bantu aku..

Aku mohon... Hhhhss

Aku berteriak dalam hatiku. Rasanya menyakitkan melihat keaadanku yang sekarang. Sakit sekali.

 

Aku merasakan ada pergerakan dari pria ini. Dia sepertinya terbangun. Lalu mulai menegakkan tubuhnya. Sekilas ia melihat jam tangannya.

"Masih jam 01.20 pagi." gumamnya sambil menguap. Lalu beralih menatap tanganku yang digenggamnya. Ia menggenggam lebih erat lagi. Lalu ia mencium tanganku dengan lembut dan penuh perasaan. Aku melihatnya tersentuh.

Apa aku sebegitu berharganya bagimu. Apa kau begitu menyayangiku? Maafkan aku telah membuatmu menjadi seperti ini.

Pria ini mengalihkan pandangannya padaku sekarang. Dia tampak sangat terkejut. Terlihat sangat jelas pada ekspresinya.

"Kyungie.." sekarang wajahnya mulai melembut dan tatapan teduhnya yang hangat.

"Kau sudah bangun? Aku merindukanmu, chagiya.. Tunggu apa kau habis menangis. Apa kau kesakitan? Biar kupanggilkan dokter Choi dulu ya. Bertahanlah"

Dia tampak begitu cemas. Aku berusaha sekuat tenagaku untuk terus menggenggam tangannya. Tapi aku tetap tak bisa bergerak ataupun menggenggam tangannya. Dia melepaskan genggaman tangannya. Entah kenapa aku merasa takut. Aku tidak mau pria ini meninggalkanku. Aku tidak mau tapi aku tidak bisa meraihnya.

Kumohon jangan tinggalkan aku.

Pria itu melihatku yang begitu ketakutan. Dia mendekatkan dirinya padaku lalu ia mencium keningku mencoba menenangkanku.

"Jangan takut. Aku tidak akan meninggalkanmu. Aku hanya akan pergi sebentar. Jangan takut. Saranghae"

Aku terus memandangnya. Lalu aku mengangguk pelan.

"Aku akan segera kembali. Aku janji." aku tersenyum. Dia pun pergi.

Tak lama kemudian pria tadi kembali bersama seorang dokter. Dia segera menggenggam tanganku lagi. Lalu mengelus pelan rambutku. Terlihat dia sangat menyayangiku. Entah mengapa aku juga merasa nyaman berada didekatnya.

Tapi kenapa dia memperlakukanku seolah aku ini kekasihnya? Dan dia terlihat sangat menyayangiku. Tatapannya penuh kasih sayang. Perlakuannya membuatku sangat nyaman. Apa aku kekasihnya? Tapi kenapa aku tidak ingat sama sekali. Aku tak mengenalnya. Andai aku boleh berharap aku ingin Pria ini memanglah kekasihku. Aku mohon..

"Kau akan baik baik saja. Percayalah. Dokter Choi akan memeriksamu sebentar. Tenang saja oke. Santai saja. Aku dan yang lain akan menunggumu diluar. Kalau ada apa apa kau bisa memanggilku, arraseo Kyungie~" katanya sambil mengusap rambutku lagi. Dia selalu tersenyum seolah menyemangatiku.

Tak lama setelah itu. Semua keluargaku dan pria itu segera keluar. Dokter Choi segera melakukan pemeriksaan padaku.

Sesekali tubuhku merasakan sakit dibagian dadaku. Tiba tiba pusing. Mual. Sulit bernapas. Tapi tubuhku benar2 tak bisa bergerak. Seperti mati rasa.

Dokter Choi terus memperhatikan reaksiku ketika diperiksanya. Mencari dimana letak kesakitanku. Seketika Dokter Choi menghentikan aktifitasnya. Kini ia mengalihkan pandangannya padaku. Kini masker dimulutku telah hilang dan digantikan dengan selang yang ada dihidungku. Aku bisa bicara sekarang. Tapi tubuhku masih tak bisa digerakkan.

"Anyyeong Kyungsoo-ah. Aku Dokter Choi Siwon yang menanganimu sejak kau dibawa kerumah sakit ini. Aku hanya mengingatkanmu saja barang kali kau lupa." Dokter Choi tersenyum padaku. Dia dokter muda yang tampan.

"Apa kau mengingatku? Dulu aku sering membawakanmu coffee hangat tengah malam saat tidak ada yang menjagamu disini. Setelah itu kau akan bilang 'coffee hangat tengah malam itu mengingatkanku padanya'. Setiap kali aku bertanya siapa yang kau maksud itu. Kau hnya akan jawab 'tanyakan saja pada Tuhan, Dokter Tampan' setelah itu kau akan menertawakanku.. Iya kan? Apa kau ingat? Sebenarnya kau itu cukup menyebalkan juga ya ternyata.. Bahkan aku tertipu dengan wajah polosmu itu. Hahaha.." Dokter itu terus bercerita tentangku dulu. Bahkan aku tak ingat sama sekali dulu aku pernah berkata seperti itu.

"Aku tahu pasti saat ini kau bingung. Jangan paksa otakmu untuk mengingat semua yang dulu pernah terjadi. Karena saat ini Tuhan tengah mengabulkan doa mu yang ini. Dulu kau sering bilang padaku bahwa kau ingin melupakan semuanya. Dan lihatlah sekarang? Tuhan mendengarkan doa mu. Kau benar2 sudah lupa semua. Bahkan kau juga lupa bahwa saat ini kau sedang sakit parah sekalipun. Aku cukup lega akhirnya kau bangun dari tidurmu yang panjang. Selamat ya.. Aku percaya kau gadis yang kuat."

"Apa? Tidur panjang? Apa maksudmu? Sebenarnya aku ini sakit apa? Kenapa tubuhku tak bisa bergerak sama sekali?" aku mulai bicara atau lebih bisa dikatakan seperti berbisik karena suaraku juga agak serak.

"Tenanglah. Sebenarnya dulu kau sendiri yang ingin aku berjanji untuk tidak memberitahukanmu tentang ini jika kemungkinan kau akan sadar suatu hari nanti. Dan hari itu adalah hari ini. Kau juga bilang suatu hari nanti kau tidak akan mengingat apapun dan itu benar karena bisa terbukti jelas hari ini. Semua yang kau katakan dulu seolah deja vu untuk kesadaranmu ini. Semuanya persis seperti katamu. Seolah kau sudah mengaturnya. Aku menunggumu apa yang terjadi selanjutnya. Aku hanya ingin memastikan apa yang kau katakan dulu itu mungkinkah akan terjadi sekarang? Seolah olah kau benar2 mengatur takdirmu sendiri. Hebatkan? semua itu kau yang mengatakannya padaku sendiri."

"Apa dulu aku juga pernah mengatakan tentang kematian?" tanyaku

"Ehm. Itu. Kalo itu.. Aku benar2 tidak bisa memberitahumu.. Aku yakin kau lebih mengetahui tentang hal itu. Karena kau yang merasakannya bukan?"

"Aku benar2 tidak bisa mengingat apapun. Tolonglah.. Beritahu aku garis besarnya saja. Jeball"

"Hahh.. Baiklah. Tapi ketika kau ingat nanti jangan salahkan aku melanggar janjiku ini karena kau sendiri yang ingin mengingkarinya. Okay?"

"Kau terkena kanker paru2 stadium akhir saat ini. Sistem saraf pada tubuhmu sudah tak berfungsi lagi. Kau bisa merasakannya kan? Tubuhmu tidak bisa bergerak lagi. Penglihatanmu juga memudar seiiring semakin tidak berfungsinya sistem saraf pada otakmu. Makanya kau juga tidak bisa mengingat begitu baik sekarang. Tapi masih baik kau bisa berbicara walaupun pelan hampir tak bersuara. Ada lagi yang ingib kau tanyakan?"

"Ahh iya. Siapakah pria yang tadi bersamaku? Dia memperlakukanku sangat baik. Apa dia temanku?"

"Kenapa tidak kau tanyakan sendiri padanya?"

"Aku takut membuatnya kecewa. Karena aku tak bisa mengingatnya."

"Semua sudah kuberitahu. Tentang kemungkinan besar apa yang terjadi padamu jika sudah berada distadium ini. Aku tahu ini sangat berat bagimu. Aku tahu itu. Maafkan aku. Aku tidak bisa memberitahu lebih dari ini. Aku sudah berjanji padamu dulu. Percayalah apapun yang kau katakan dulu itulah yang terbaik untukmu saat ini. Kau yang terbaik. Bertahanlah. Aku tahu kau gadis yang kuat. Kalau begitu aku sudah selesai. Nikmatilah harimu. Jangan sia2 kan waktumu. Aku pergi dulu ya."

Dokter Choi berjalan kepintu kamar lalu keluar dan tergantikan dengan adanya Eomma, Appa, Suho oppa, Bibi Han dan juga pria itu.

 

Aku tersenyum melihat mereka. Seketika itu kamarku penuh tangis air mata. Semua menangis menatapku.

Sakit sekali melihat kalian menangis hanya karena aku. Maafkan aku karena sudah membuat kalian seperti ini. Maafkan aku karena sudah merepotkan kalian selama ini. Dan terima kasih karena kalian mau menjagaku dan merawatku. Terima kasih.

 

Tbc or End ?

Comments

You must be logged in to comment
archiffaowiqlay
#1
Chapter 1: Sedih ceritanya...tapi aku suka alurnya