Unborn Legacy

Description

PROLOG : 

Hampa.

Minseok pelan-pelan membuka kelopak matanya, membiarkan cahaya matahari yang terik masuk ke mata. Air ombak berbuai dan menyapu kakinya memberikan kehangatan dan rasa geli ketika ombak sampai pada pinggangnya, kelembutan pasir terasa amat nyaman pada balik punggungnya. Perlahan-lahan Minseok menggerakkan tangannya, tetapi otot pada tangannya mencegahnya untuk melakukan gerakan yang berlebihan, hanya dapat meraba tubuhnya yang tidak basah. Bagian belakang tangannya ditempeli butir-butiran pasir ketika tangannya terangkat dari tanah.

Ia berusaha bangkit dan ketika duduk, dadanya terasa sakit, kakinya dipenuhi bercak merah dan bekas luka yang mulai membiru. Minseok memutar kepalanya dan melihat ke sekelilingnya. Batu karang besar berdiri di samping pantai seperti layaknya pengiring. Pohon lebat tumbuh di sekitar pantai dan beberapa gubuk ditempatkan di tengah-tengah pantai.

Hampir tidak ada orang sama sekali, hanya Minseok seorang. Ia menyentuh kepalanya dan rasa sakit yang tak tertahankan menyerang. Minseok berusaha menahan rasa sakit itu dengan menggigiti bibirnya sampai berdarah, kulit bibirnya terkelupas dan dengan kesal Minseok mencabutinya. Tangannya mulai naik ke hidungnya sampai ke matanya dan alisnya. Ia bisa merasakan wajahnya yang mulus tak berkerut juga hidung yang tinggi serta alis tebal.

“Hei!”

Minseok menoleh dan melihat seorang lelaki tua yang mengenakan baju bergaris kuning yang sudah mulai mengabur karena terlalu sering dicuci mendekatinya. Rambutnya hitam tetapi sudah mulai beruban meskipun alisnya masih agak hitam. Kerutan halus muncul di sekitar matanya dan bibirnya turun ke bawah.

“Apa yang kau lakukan di sini?” tanya lelaki itu kepada Minseok sambil meletakkan alat pancing serta kotak es yang sejak tadi dibawanya. Minseok sendiri tidak tahu harus menjawab apa. Bukan karena ia tidak mengerti bahasanya, melainkan dia tidak tahu apa yang sedang ia lakukan di sini.

“Aku—aku tidak tahu.” Minseok menatap mata lelaki itu dan lelaki itu mengernyit.

“Kau tidak tahu?”

“Tidak.”

Lelaki itu menggaruk kepalanya dan menyuruh Minseok untuk berdiri. Tetapi ternyata kakinya juga tidak dapat berfungsi dengan baik sehingga lelaki itu harus menyangganya dan membawanya ke gubuk dan menyadari yang sebenarnya. 

Comments

You must be logged in to comment
serenidad
#1
interestinggg