Regret

Description

Cast: Cho Kyuhyun, Kim Rae Ah (OC), Kris Wu, Jung Yonghwa

 

Seorang gadis menggeliat dalam tidurnya. Matanya mengerjap, berusaha membuka mata. Berhasil. Gadis itu berhasil membuka mata dan langsung mematikan alarm yang berbunyi. 02.00 a.m. Gadis itu bangun, beranjak dari tempat tidur, keluar menuju ruang tv. Langkahnya terhenti tepat di depan sebuah kamar yang pintunya tidak tertutup rapat. Penasaran, gadis itu mencoba untuk melihat sang penghuni kamar. Biasanya orang itu akan menutup rapat-rapat pintu kamarnya.

 

Mata gadis itu membola. Oh, Tuhan. Pemandangan ini baru pertama kali ia lihat. Penghuni kamar ini tengah bercumbu! Mereka full . Gadis dengam rambut pirang duduk di atas pangkuan laki-laki yang menjadi penghuni kamar ini. Mereka berciuman panas.

Kim Rae Ah, gadis yang tengah mengintip itu mundur satu langkah. Matanya tetap menatap ke depan, kemudian tangan kanannya menyentuh dada kirinya. Di sana, ada rasa sakit. Sesak. Tapi, kenapa ia harus merasa sakit? Oh, tentu saja karena ia merasa tidak dihargai. Laki-laki yang tengah bergumul dengan gadis berambut pirang itu adalah suaminya. Cih, seharusnya seorang suami menghargai istrinya, bukan? Oh, ingat Kim Rae Ah! Kalian tidak saling mencintai satu sama lain.

 

***

 

"Apa yang kau lakukan di sini?" Rae Ah tersentak. Di hadapannya kini tengah berdiri laki-laki yang tadi bergumul dengan gadis pirang. Laki-laki itu menatap Rae Ah dengan tatapan penuh selidik -tatapan yang mengintimidasi.

"Aku, aku akan ke ruang tv." jawab Rae Ah. Gadis itu berusaha menormalkan ekspresinya. Dengan langkah cepat ia membalikkan tubuhnya, berjalan menuju ruang tv. Pandangannya yang kabur karena air mata telah menggenang di pelupuk matanya, tidak membuat gadis itu sulit untuk menemukan remote control. Gadis itu menyalakan tv, memindah-mindahkan channel, lalu berhenti pada sebuah pertandingan sepak bola.

Susah payah gadis itu menahan sesak yang terasa di dadanya agar tidak menangis. Tidak. Tidak mungkin ia menangisi laki-laki yang menikahinya tiga tahun lalu, tanpa alasan yang jelas itu. Tiga tahun lalu, laki-laki itu muncul di hadapannya. Dengan percaya diri dan keangkuhan yang di ambang batas, laki-laki itu mengajaknya menikah. Bahkan tanpa saling mengenal.

 

 

FLASHBACK

 

 

Matahari di langit Busan cukup terik. Orang-orang berlalu-lalang keluar-masuk restoran atau kedai, mengingat ini adalah jam makan siang. Gadis dengan tinggi kira-kira 170cm memandang restoran yang kini ada di hadapannya. Tangan kanannya memegangi perut yang keroncongan. Gadis itu lapar, sangat ingin makan. Dari semalam ia belum makan. Oh, Tuhan. Kenapa hidupku harus berubah 180 derajat setelah kepergiannya? Gadis itu membatin.

 

Tiba-tiba saja bayangan masa lalu berputar di dalam otaknya. Restoran yang menyajikan makanan khas negeri-negeri Barat di hadapannya ini adalah restoran favoritnya dan Kim Kibum, kakak laki-lakinya. Restoran ini merupakan saksi bisu dari kebahagiaannya. Restoran ini pula yang menjadi saksi bisu saat kakaknya meregang nyawa setelah tertabrak sebuah mobil sport mewah beberapa minggu yang lalu.

 

 

Air matanya menetes tanpa diperintah. Belum hilang dari ingatannya ketika ia melihat Kibum begitu kesakitan, beberapa hari yang lalu ia harus kehilangan seluruh aset peninggalan orang tuanya. Tanpa pernah ia duga, ternyata Kibum menyembunyikan fakta bahwa perusahaan yang ditinggalkan ayahnya sudah bangkrut, bahkan jauh sebelum Kibum memimpin. Aset-aset berjumlah ratusan juta poundsterling itu harus berpindah tangan. Beginilah hasilnya. Sejak lima hari yang lalu gadis itu hidup terlunta-lunta di jalanan. Kemana teman-temannya saat ia terpuruk seperti ini? Oh, jangan pernah tanyakan itu atau gadis itu akan mengumpat dengan sangat kasar. Teman-temannya tidak ada yang mau membantu. Bahkan mereka dengan terang-terangan mencaci saat ia meminta bantuan. Mereka tidak mengingat bagaimana royalnya gadis itu.

 

 

"Sadarlah, Kim Rae Ah! Aku berteman denganmu karena kau kaya. Apa kau berpikir, aku akan tetap berteman denganmu setelah kau tidak memiliki apa-apa? Cih, jangan berharap!" kalimat keji itu terlontar dari mulut teman-temannya.

 

 

Kim Rae Ah, gadis itu tersentak. Ia tersadar dari lamunan saat sebuah tangan kekar menariknya, berjalan menuju restoran yang dari tadi ia pandangi. Rae Ah belum sempat protes saat laki-laki pemilik tangan kekar itu mendudukkannya di kursi yang terletak paling ujung restoran ini. Rae Ah mengerjap, menatap takut laki-laki yang menariknya tadi kini telah duduk di hadapannya. Laki-laki itu menatap Rae Ah dengan tajam.

 

"Anda siapa, tuan? Kenapa membawaku ke sini?" tanya Rae Ah setelah dapat mengatasi ketakutannya.

"Aku Cho Kyuhyun. Tentu saja aku membawamu ke sini untuk makan. Anggap saja aku sedang beramal pada gelandangan sepertimu," jawab laki-laki itu. Rae Ah tercengang. Bagaimana bisa seorang laki-laki memiliki mulut setajam perempuan bahkan mungkin melebihi perempuan? Tangannya mengepal, menahan emosi.

 

 

"Aku memang gelandangan, tapi bisakah anda tidak memperjelasnya?!" gadis itu mulutnya bergetar. Oh, Tuhan. Seandainya ada Kibum, laki-laki ini pasti sudah dihajar karena telah melukai perasaannya.

"Meskipun mengunakan bahasa perumpaan, tetap tidak akan mengubah kenyataan bahwa kau memang gelandangan, bukan?" demi Tuhan, ingin sekali Rae Ah mengacak-acak muka tampan laki-laki di hadapannya ini.

"Jika anda mengajakku--" ucapan Rae Ah terhenti saat seorang pelayan membawakan makanan yang tadi dipesan oleh laki-laki arogan itu.

 

"Makanlah. Setelah ini ada yang harus kubicarakan padamu," Kyuhyun mulai melahap makanannya sedangkan Rae Ah masih menatap ragu makanan yang tersaji di meja. Ia tertegun. Tatapannya terkunci pada salah satu makanan yang tersaji. Sirloin steak, makanan favorit Kibum.  Perlahan Rae Ah mengambilnya. Air matanya kembali menetes bersamaan dengan dikunyahnya makanan favorit sang kakak.

 

 

***

 

 

"Menikah dengan anda? Jangan bercanda, tuan! Saya bahkan hanya tahu nama anda. Tidak. Saya tidak akan menikah dengan anda!" Kyuhyun menatap datar gadis di hadapannya ini. Benar dugaannya. Gadis ini akan menolaknya mentah-mentah. Menikah dengan orang yang baru dikenal sejam lalu? Hanya orang gila yang akan langsung mengatakan 'yes, I do'.

 

"Aku akan menjamin hidupmu. Kuliah S2, rumah dan mobil mewah, barang-barang kelas dunia. Kau tidak ingin kembali hidup mewah?" tawar Kyuhyun santai. Rae Ah tersentak. Kembali hidup mewah? Apakah laki-laki ini tahu tentangnya?

"Pikirkanlah! Ah, tidak. Kau tidak perlu berpikir. Kau tentu akan menerimanya. Menikah dan tinggal denganku setidaknya lebih aman untukmu," tambah Kyuhyun. Rae Ah mengerjap. Aman? Ya, kau akan aman, Kim Rae Ah. Kau akan tidur di kasur empuk, mandi, makan dengan mudah. Oh, ayolah! Lima hari ini kau tidur di jalanan. Ini tawaran yang sangat bangus.

 

 

Haruskah aku menerimanya? Tidak, Kim Rae Ah! Kau tidak mengenalnya. Hei, sudah tidak ada Kibum yang bisa menjagamu kapan saja dan mungkin laki-laki ini bisa menggantikan Kibum. Batin Rae Ah berperang.

"Aku bersedia," Rae Ah terkesiap. Ia benar-benar tidak menyangka dengan jawabannya sendiri. Jawaban itu, tanpa disadarinya akan membawanya pada penderitaan yang luar biasa menyakitkan.

 

FLASBACK END

 

 

"Buatkan aku susu hangat, Kim Rae Ah!" Rae Ah kembali tersentak. Kyuhyun sudah duduk di sampingya, menatap layar televisi yang menampilkan pertandingan sepak bola antara Barcelona kontra Manchester United. Gadis ini benar-benar kurang pekerjaan. Bangun dini hari hanya untuk menonton tim kesayangannya -Barcelona- bertanding. Kyuhyun mendengus.

 

Tanpa menjawab, Rae Ah beranjak, berjalan menuju dapur. Kyuhyun menatap punggung gadis yang sudah tiga tahun ini menjadi istrinya. Gadis itu sudah lulus sekolah magisternya satu tahun lalu. Kenapa gadis itu belum juga meminta cerai? Bukankah dua tahun lalu gadis itu berkata akan meminta cerai darinya? Bahkan gadis itu sudah menjadi seorang General Manager di Yong Company, sebuah perusahaan yang menguasai pariwisata di Korea. Apakah gadis itu sudah lupa? Semoga saja. Batin Kyuhyun.

 

 

Lamunan Kyuhyun buyar seketika, saat sepasang tangan melingkar di lehernya. Hembusan nafas di belakang telinganya membuat Kyuhyun bergidik geli. Seketika gairahnya kembali naik.

 

Kyuhyun menghentikan 'kegiatan panas'nya saat mendengar suara pecahan. Kyuhyun menoleh ke belakang, begitu pula dengan gadis itu. Mata gadis pirang itu membulat ketika melihat Rae Ah berdiri dengan tubuh yang bergetar, mulutnya ia tutup dengan tangan kanan. Rae Ah menggeleng kasar. Tidak. Ia pasti salah lihat. Tidak, ia tidak mengenal gadis pirang itu. Gadis pirang itu bangkit dengan matanya masih menatap lurus ke arah Rae Ah. Kenapa Rae Ah di sini?

 

 

"Kim Rae Ah, apa yang kau lakukan di sini?" tanya Yunji penuh kebingungan. Rae Ah menatap Yunji penuh amarah sedangkan Kyuhyun hanya menatap bingung keduanya. Matanya berubah sayu saat menatap tubuh gemetar Rae Ah. Tanpa menjawab pertanyaan Yunji, gadis itu berbalik. Kyuhyun terkejut saat terdengar pintu apartemennya ditutup dengan kasar. Gadis itu pergi ke luar? Dini hari? Cho Kyuhyun, terkutuk kau! Bukankah sudah ada perjanjian agar kau tidak membawa gadis lain ke rumah?

 

"Oppa, bagaimana bisa Rae Ah ada di sini? kalian berhubungan?" cecar Yunji.

"Aku antar kau pulang," alih-alih menjawab pertanyaan Yunji, Kyuhyun mengambil jaket dan celana panjangnya serta kunci mobil. Ia berjalan mendahului Yunji. Gadis itu hanya bisa menghentakkan kakinya kesal. Demi Tuhan, Cho Kyuhyun! Apa yang ada di dalam pikiranmu sebenarnya? Seharusnya kau mengejar istrimu!

 

 

***

 

Udara di luar sangat dingin. Dalam tangisnya, Rae Ah merutuki kebodohannya. Apa yang kau pikirkan, Kim Rae Ah? Karena melihat Kyuhyun bercumbu dengan gadis lain dan melanggar kesepakatan bersama untuk tidak membawa orang lain selain kerabat ke rumah, kau lari ke luar tanpa memakai jaket? Dini hari seperti ini? Kenapa rasanya begitu sakit? Benarkah hanya karena itu? Rae Ah memegang dadanya yang terasa sakit. Gadis itu memilih untuk duduk di halte bus yang cukup jauh dari rumahnya. Rumah Kyuhyun, tepatnya.

"Apa yang terjadi denganku, oppa? Kenapa akhir-akhir ini aku selalu sakit jika melihatnya bersama perempuan lain? Kibum oppa," gadis itu meracau dalam tangisnya. Oh, seandainya saja Kibum masih hidup.

 

 

***

 

 

Pemuda tampan mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang. Seoul memang kota yang tidak pernah tidur. Lihatlah, pemuda tampan itu saja baru pulang dari kantornya dini hari ini dan jalanan Seoul masih ramai. Di samping pemuda itu, seorang gadis sedang mencoba untuk tertidur. Baru ia merasa akan terlelap, dengan sangat terpaksa ia harus kembali membuka matanya akibat ulah pemuda tampan itu yang mengerem secara mendadak.

 

"Kim Rae Ah," pemuda tampan itu bergumam. Ia melepas savebelt-nya dengan panik, lalu dengan terburu-buru keluar dari mobilnya.

"Kris!" pekik gadis itu. Ia mendecak sebal. Matanya mengikuti arah berlari Kris. Matanya menyipit saat melihat Kris menghampiri seorang gadis yang tengah duduk di halte.

 

 

"Kim Rae Ah," Rae Ah mendongak.

"Ternyata benar kau, Rae. Astaga! Apa yang kau lakukan di sini? Dan mana jaketmu?" Kris menatap panik Rae Ah yang semakin terisak. Direngkuhnya tubuh kurus gadis itu ke dalam pelukannya. Tidak dipedulikannya kemejanya yang basah karena air mata Rae Ah. Kris melonggarkan pelukannya saat dirasa Rae Ah sudah tenang. Laki-laki itu mengusap air mata yang membasahi pipi mulus Rae Ah. Sesuatu yang buruk pasti telah terjadi.

 

 

"Ini kau, Kris?" Rae Ah meraba wajah Kris, memastikan bahwa yang memeluknya saat ini adalah benar-benar Kris, orang yang sangat dirindukannya. Kris mengangguk, merapikan rambut Rae Ah yang berantakan.

"Kenapa berantakan seperti ini, Rae?"

"Kris, boleh aku menginap di rumahmu? Aku, aku-" Rae Ah kembali memeluk Kris, tidak sanggup untuk melanjutkan kata-katanya. Kris mengusap rambut Rae Ah dengan lembut. Nafasnya tercekat melihat orang yang sangat disayanginya begitu kacau.

 

"Boleh, Rae. Selama apapun yang kau mau," Kris menuntun Rae Ah menuju mobilnya.

"Bisa tolong gantikan aku menyetir? Aku akan duduk di belakang untuk menenangkannya," ucap Kris dengan nada memohon. Gadis yang tadi bersama Kris hanya mengangguk dalam kebingungannya.

Mobil Kris melaju, meninggalkan halte yang menjadi saksi bisu pertemuannya kembali dengan Rae Ah. Sepeninggal Kris, seorang laki-laki yang berdiri di samping mobilnya mengepalkan tangan hingga kulit-kulitnya memucat, rahangnya mengeras. Matanya berkilat marah menatap kepergian mobil Kris. Cho Kyuhyun.

 

 

***

 

Rae Ah menggeliat. Matanya mengerjap, menyesuaikan dengan cahaya yang masuk. Kening gadis itu mengkerut, kemudian menatap ke arah perutnya. Sebuah tangan. Langsung ia menoleh ke samping kanannya. Untuk beberapa saat gadis itu tersentak, namun kemudian terbit sebuah senyuman.

 

"Kris," gumamnya tanpa sadar. Kris menggeliat, membuka kedua matanya secara perlahan.

"Oh, kau sudah bangun rupanya." Kris bangun, mengubah posisinya menjadi duduk dengan punggung bersender, kemudian diikuti oleh Rae Ah.

"Kau kemana saja, Kris?" tanya Rae Ah. Mulutnya bergetar. Tidak, jangan menangis lagi.

"Kita bicarakan nanti, Rae. Sebaiknya kau mandi dan aku akan menyiapkan sarapan," Kris turun dari ranjang, diikuti Rae Ah. Setelah sekian lama, akhirnya aku dapat menemukanmu, Rae. Batin Kris.

 

***

 

Kyuhyun mengerang frustasi. Berkali-kali ia melempar ponselnya, berkali-kali itu pula ia mengambilnya kembali. Berulang-ulang menelepon Rae Ah, namun tetap sama, suara operator yang menyambutnya. Kyuhyun melemparkan dirinya ke atas ranjang yang masih berantakkan. Ia memejamkan mata, berusaha memikirkan cara agar dapat menemukan Rae Ah. Silahkan katakan bahwa Kyuhyun bodoh karena pada kenyataannya laki-laki itu memang bodoh, bahkan sangat bodoh. Oh, atau mungkin pengecut lebih tepatnya.

 

Tiga tahun tinggal bersama Rae Ah -meskipun pisah kamar, tidak mungkin jika tidak timbul rasa cinta di dalam hatinya. Kyuhyun akui, ia mencintai Rae Ah, sangat. Menikahi seorang gadis itu hanya karena perasaan bersalah yang teramat, adalah sebuah kebodohan bagi Kyuhyun. Lihatlah! Sekarang ketakutan dalam dirinya melebihi ketakutan tiga tahun lalu, sebelum menikah dengan gadis itu. Takut. Kyuhyun takut gadis itu benar-benar meminta cerai karena kini ia telah sukses menjadi General manager sebuah perusahaan besar. Lebih parahnya lagi, ia takut gadis itu akan meninggalkannya karena mengetahui kesalahan di masa lalu dan membencinya. Tidak. Kyuhyun tidak sanggup. Ia harus menyembunyikannya rapat-rapat.

 

Ibarat menemukan setitik cahaya di dalam gua yang tak berujung, Kyuhyun segera bangun, laku menekan tombol nomor tiga untuk menghubungi seseorang yang dapat membantunya menemukan Rae Ah.

"Hyung, carikan aku alamat tempat tinggal CEO YF Group... Ya, secepatnya!" Kyuhyun beranjak dari kasurnya setelah menutup telepon. CEO YF Group, Kris Wu. Ya, pagi itu Kyuhyun mengenali wajah Kris, partner-nya dalam sebuah mega-project di Busan. Kerja sama mereka dibangun sejak dua tahun lalu, sejak Kris resmi menjabat sebagai CEO.

 

Kyuhyun membuka pintu kamar Rae Ah. Menyapu seluruh ruangan dengan matanya. Kamar yang selalu didatangi Kyuhyun secara diam-diam saat penghuninya tengah terlelap, diam-diam menatap wajah cantik Rae Ah, lalu terakhir ia akan mencuri ciuman dari gadis itu sebelum ke kamarnya. Setiap malam, selama kira-kira enam bulan terakhir, Kyuhyun selalu melakukan itu.

Bunyi ponsel membuyarkan lamunan laki-laki itu. Dengan tidak sabaran, Kyuhyun membuka pesan yang masuk. Alamat Kris. Buru-buru Kyuhyun menyambar kunci mobilnya yang tergelatak di meja di samping kamar Rae Ah.

 

***

 

Hening. Baik Rae Ah maupun Kris tidak ada yang membuka suaranya. Kris menghela nafas panjang, kemudian menatap gadis di sampingnya dengan penuh tanya.

"Jadi, mau menceritakan kenapa kau berada di halte dini hari tadi dengan keadaan yang kacau?" tanya Kris, memecah keheningan. Rae Ah tersenyum miris, matanya masih menatap ke depan, tatapan penuh luka.

 

"Kris, menurutmu apa yang terjadi padaku jika aku sakit saat melihat seseorang yang bukan siapa-siapaku bermesraan dengan gadis lain? Bahkan sakitnya melebihi ketika aku menangkap basah Jinyoung berselingkuh," Kris mengerutkan keningnya, mencerna ucapan Rae Ah. Kris tersenyum saat sebuah kesimpulan terangkum di otak briliannya. "Kau mencintainya, Rae." Rae Ah memalingkan wajahnya, menatap Kris.

 

"Jangan bercanda, Kris!" sergah Rae Ah.

"Aku tidak bercanda, Rae. Kau ingat, betapa kacaunya dirimu saat menangkap basah Jinyoung berselingkuh dengan teman sekelasnya? Waktu itu kau mencintainya, Rae. Baru saja kau bilang sakitnya melebihi waktu itu. Kau tidak menyadari kalau kau mencintainya?" Rae Ah menatap intens laki-laki yang telah menjadi sahabatnya sejak kecil itu. Benarkah yang dikatakan Kris? Aku mencintai Kyuhyun? Jika ya, kenapa aku tidak pernah menyadarinya? Gadis itu membatin.

 

"Seandainya tiga tahun lalu kau ada di sini, Kris. Mungkin aku tidak perlu menikah dengan laki-laki itu." Tangis Rae Ah pecah. Menikah? Kim Rae Ah sudah menikah? Dengan siapa? Oh, Tuhan. Pantas saja ia tidak menemukan gadis itu di Busan.

 

Waktu itu, Kris langsung terbang ke Korea satu minggu setelah mendengar kabar collapse-nya perusahaan milik keluarga Rae Ah. Ia juga baru tahu bahwa Kibum meninggal beberapa minggu sebelum perusahaan itu bangkrut. Betapa frustasinya Kris yang langsung menuju Busan sesaat setelah mendarat di Bandara Internasional Incheon, namun tidak menemukan gadis itu. Demi Tuhan, Kris tidak akan memaafkan dirinya sendiri jika sesuatu yang buruk terjadi pada gadis yang paling disayanginya itu.

 

"           Apa maksud ucapanmu, Rae? Ayolah, aku sudah ada di sini. Kau tidak pernah bisa menyembunyikan apapun dariku," Kris menatap tajam Rae Ah, menuntut gadis itu untuk bercerita.

 

Rae Ah menarik napas panjang. Benar, ia tidak pernah bisa menyembunyikan apapun dari laki-laki yang sudah menjadi sahabatnya sejak kecil ini. Laki-laki selain Kibum yang selalu menjaga dan melindunginya, laki-laki yang memutuskan untuk belajar di luar negeri setelah tamat SMA. Cerita tentang kejadian-kejadian yang dialaminya selama Kris tidak ada mengalun dari mulutnya. Gadis itu berusaha agar tidak menangis hingga ceritanya selesai. Cerita tentang masa paling beratnya ketika Kibum meninggal, cerita tentang bangkrutnya perusahaan, hingga kejadian dini hari tadi yang membuatnya bertemu Kris dalam keadaan sangat kacau.

 

Rahang Kris mengeras. Giginya gemeretak dan matanya mengilat marah, bercampur sedih dan bersalah. Ia merasa bersalah, sangat bersalah. Seharusnya ia ada di samping Rae Ah, mengulurkan tangannya saat gadis itu sangat membutuhkan bantuan. Sahabat macam apa yang tidak ada saat sahabatnya terpuruk?

 

TBC

 

 

Comments

You must be logged in to comment
x_Winter_Teardropz_x
#1
Sounds interestin