The Understudy

Description

Understudy;

actor who learns the part of another actor in a play so that they can play that part if necessary

 

 

 

 

"AKU NGGAK BUTUH PEMERAN PENGGANTI, SUMPAH!"

"Kamu sangat berbeda dari yang lain, tapi rasanya aku pernah mengenalmu di kehidupanku yang lama, kalau memang aku pernah hidup sebelum ini."

"Aku percaya sama kamu."

"I love you."

Foreword

Luhan menyukai banyak hal. Sepak bola, akting, menyanyi, menari, melihat bayangan dirinya sendiri di cermin, aroma kopi di pagi hari, bangun siang di akhir pekan, drama Korea yang cengeng tapi kadang sejalan dengan cerita hidupnya dan masih banyak lagi. Di antara hal-hal yang disukainya, ekonomi sama sekali tidak ada dalam daftar.

Namun, Luhan hanya bisa meneguk lebih banyak kopi hitam yang pahit(mungkin sepahit hidupnya) –entah sudah gelas ke-berapa malam itu, dengan tumpukan kertas berisi angka-angka yang asing di mejanya dan layar laptop yang tak berhenti berkedip di depan matanya.

Antara hidup dan mati, Luhan tidak yakin lagi.

Setidaknya, sampai nanti jam menunjukkan pukul 11 malam, saat jam lemburnya selesai dan ia bisa keluar dari penjara bernama Lu Corps, kantornya. Jika kau pikir Luhan sebagai anak direktur utama sekaligus pendiri perusahaan itu akan dengan mudah meraih jabatan tinggi, kau salah. Ayah Luhan bukan tipe orang yang peduli dengan putra satu-satunya bernama Luhan dan ia juga tidak begitu ambil pusing dengan penerus perusahaan berkeuntungan jutaan dollar Amerika setiap tahunnya itu. Luhan, tidak seperti ekspektasi orang, mengikuti prosedur melamar kerja seperti pegawai lainnya di kantor itu, bekerja keras siang dan malam demi posisi secuilnya jika dibandingkan dengan ayahnya. Jangan harap Tuan Lu akan menyapa putranya saat berpapasan.

Untuk apa, dari semua pekerjaan di dunia ini, Luhan memilih pekerjaan yang berhubungan dengan ayahnya? Pekerjaan yang gedung kantornya saja ada di kota yang lain dari kota Luhan tinggal, yang harus ditempuhnya dalam 1 jam perjalanan setiap harinya. Mungkin pengakuanlah yang Luhan cari. Kedua orang tuanya sudah lama bercerai dan ia tinggal dengan ibunya saat masih anak-anak. Mungkin ia ingin mencari figur seorang ayah yang lama kosong di hidupnya. Mungkin ia ingin ayahnya menonton pertandingan sepak bolanya, walaupun agak terlambat sekarang. Tapi setidaknya, Luhan tetap berjuang.

Tapi tak bisa dipungkiri, itu semua bukan hasratnya.

Luhan, selama 24 tahun hidupnya sadar betul bahwa darah akting dari ibunya mengalir deras di sekujur tubuhnya. Luhan selalu ingin menjadi aktor. Itu, dia tahu pasti.

Seandainya saja dunia bisa diajak berkonspirasi untuk mewujudkan mimpinya itu. Selama ini, hanya rintangan dan halanganlah yang menghampiri hasrat aktingnya.

Jadi Luhan bertahan. Membuka matanya besar-besar(meski kedua matanya sudah cukup besar) melawan rasa kantuk yang menerpa, meneruskan mengetik, menghitung, menulis dan menghabiskan waktunya di penjara itu. Penjara yang dia panggil hidupnya.

_

Di kota kecil(sebenarnya tidak terlalu kecil) tempat Luhan tinggal, ada sebuah teater bernama Moonlight. Letaknya tidak jauh dari apartemen sederhana milik Luhan –properti dari gaji seadanya, dekat alun-alun kota, tidak ramai dan tidak juga sepi. Tempat itulah rumah Luhan yang sebenarnya.

Luhan menemukan tempat ini di suatu sore, saat ia baru pindah. Ia sedang mencari toko swalayan dan tidak sengaja menyadari keberadaan gedung yang cukup kuno namun megah itu berdiri di depannya, seakan memanggil namanya.

Lama Luhan menatapi gedung itu, kemudian ia pun memasukinya.

Semenjak itu, Luhan tidak pernah absen mengunjungi tempat ini seharipun. Itu rumah keduanya(teorinya sih begitu), namun rumah sejati hasratnya.

Tidak berbeda dengan hari ini. Sabtu yang cerah, hari di mana Luhan bisa pulang lebih awal, kemudian ia langsung bergegas menuju Moonlight. Ia tidak menghiraukan peluh yang menetes di dahinya selagi ia mempercepat laju sepeda motornya. Jarak Moonlight dari kantornya cukup jauh, namun Luhan semangat sekali, senyum lebar mengembang di wajahnya.

Bagaimana tidak? Semalam, ia ditelepon Kim Minseok, pemilik teater sekaligus sahabatnya yang mengatakan bahwa ia ditunjuk langsung untuk memerankan sebuah peran utama pria, dan bukan untuk judul drama sembarangan. Kang Hyunjae, seorang penulis drama terkenal di Korea, kebetulan lahir dan besar di kota itu. Kini ia kembali dengan misi mementaskan salah satu naskahnya, di teater tempatnya menggali inspirasi di awal karirnya, sebagai semacam bakti untuk kotanya. Ia ingin membesarkan nama teaternya dan menyorot aktor dan aktris berbakat di sana. Luhan salah satunya.

“Lu, kamu nggak akan percaya!” Minseok meracau tak jelas.

“Penting? Aku ngantuk, nih. Dah..” jawab Luhan malas, hampir menutup teleponnya.

“KANG HYUNJAE, LUHAN. KANG HYUNJAE YANG SANGAT PENTING DI MATA KITA BERDUA!”

“KENAPA? KENAPA DENGANNYA?” Luhan ikutan bersemangat mendengar nama yang disebut.

“Ia sepertinya sudah menonton beberapa judul pentas kita di internet.. dan dia.. dia..” Minseok menarik napas, menunda-nunda hingga tak karuan Luhan dibuatnya. Napasnya memburu, detak jantung berdebar-debar, mulut kering dan tak bersuara.

“..dia menunjukmu langsung untuk memerankan salah satu naskah tulisannya.”

Hidup Luhan tidak bisa lebih baik lagi.

Atau setidaknya, itu menurutnya.

_

Yet another story.. tapi kali ini full bahasa Indonesia(insyaAllah).

Ya ampun aku bener-bener nggak bisa komitmen ke satu judul ya, forgive me :(

Written for :

❅❄❆Kontes menulis GOLDEN SNOW❆❄❅ 

http://www.asianfanfics.com/story/view/771375/kontes-menulis-golden-snow-open-accepting-entries-indonesia-contest-yoona-writingcontest-indonesia-bahasa-kyungsoo

Oh, have you seen the hidious main story image? Yeah, itu ceritanya kemarin nggak ketemu graphic shop yang free dan nggak ribet. Dan aku tipe author yang nggak bisa nulis tanpa gambar untuk menguatkan imajinasiku, so.. yeah.. haha. I soooooo bad in editing pics lol. Anyways, enjoy lovelies.

20/10/2014

The superb poster and background are by AlmightyUmmaKey from ✧ℂhing a ℒing ✧ Graphic Shop

MAKE SURE TO CHECK THE SHOP OUT! :D

                                                  INNAZ

Comments

You must be logged in to comment
erunna #1
Chapter 6: ini apa? inniii appaaa??? why? whyyy??? the kiss!! at least let me see the real kiss, omg! 5 chapter dan hanya ciuman di dahi?? astaga, kau kejam T-T
dragonmafia #2
Chapter 5: Kesel banget kurang pangjaaaaaang aaaaaaaaaah
callaghan
#3
aku suka gaya nulisnya. Jangan di kasih tag .plis *apa.ini?*-*