Saat Tao dan Sehun menginjakkan kaki di tanah tandus itu, mereka tahu, mereka berada di pihak yang salah.

Mata mereka menjamah begitu banyak penderitaan yang tak seharusnya orang-orang itu terima. Hati mereka hancur melihat banyak tubuh-tubuh mungil tak bersalah tergeletak tak bernyawa. Balita yang menangis di samping mayat sang ibu yang berlumuran darah. Bocah yang sudah dipaksa memegang senjata.

Haruskah mereka terus maju, angkat senjata, menciptakan luka baru?

Atau, mereka menyerah sampai di sini, pulang ke Negara asal, menggagalkan misi?

Tapi mereka punya pilihan lain. Jika memang harus, mereka akan menghunuskan senjata pada sekutu sendiri. Demi ratusan ribu nyawa yang tak bersalah. Meski Tuhan mereka berbeda, tapi kemanusiaan tetap menjadi prioritas utama.

Untuk semua penduduk Palestina yang terenggut kedamaiannya.