THE ENDING

Description

The Ending

Foreword

THE ENDING

Author : DHE (@deavandiera)

Cast :

Kim Heechul

OC

Gendre : Romance, little Angst

Rating : PG 16

Leght : Oneshoot

 

COPYRIGHT © ANDANTE STORY

© The Ending ©

“Bagaimana, kau suka tempat ini kan?”

Mendengus kecil Ahn Jihyun menolehkan kepalanya ke samping dan menatap wajah pria yang saat ini tengah sibuk mengedarkan pandangannya ke sepenjuru ruangan dengan ekspresi tak percaya yang terpampang dengan sangat jelas di wajah cantiknya. Untuk sesaat wanita itu menghela nafas panjang lalu menggelengkan kepalanya sembari menatap wajah pria itu dengan begitu intens saat dia merasakan sebersit penyesalan dalam dirinya karena dengan begitu mudahnya menyutujui ajakan Jihoon tanpa tau akan di bawa kemana oleh pria itu. Pria aneh yang sering bersikap sesuka hatinya sendiri hingga membuatnya sering sakit kepala dikarenakan sifat pria itu yang terlalu blak – blakan dan cukup frontal dalam menunjukkan apa yang dia rasakan dan dia pikirkan.

“Are you kidding me?” tanya wanita itu setangah mencibir pada pertanyaan lawan bicaranya.

Lee Jihoon, pria itu mendecak pelan kemudian menolehkan kepalanya untuk menatap wajah Jihyun dengan kening berkerut. Ada kekesalan dalam ekspresinya. “ Tunggu sebentar!! Tadi kau bilang padaku kalau kau ingin bersenang – senang. Dan ketika aku yang tengah berbaik hati ini membawamu kesini kau malah mengerutu tanpa henti. Jadi siapa yang bercanda sekarang nona Ahn? Kau benar – benar membuatku pusing.” katanya sembari menarik 2 bangku kosong yang berada di depan meja bar.

Mendesah panjang, Jihyun mendudukkan pantatnya di atas bangku yang sudah di siapkan Jihoon lalu memiringkan sedikit tubuhnya untuk kembali bertatap muka dengan wajah pria itu. “ Tapi bukan tempat seperti ini yang aku ingankan Jihoon ah.” bisiknya di telinga Jihoon. “Dan apa kau lupa? Aku sangat membenci club malam.”

Pria itu diam sejenak lalu tersenyum kecil sembari mengacak rambut Jihyun dengan gemas. “Hampir 25 tahun kita bersahabat dan kau sama sekali tidak berubah Jihyun ah. Kau tetap benci tempat keramaian.”

Jihyun menganggukan kepalanya. “ Dari dulu sampai sekarang aku tetap membenci tempat keramaian. Aku benci pada hingar bingar music yang dimainkan oleh disc jokey, asap rokok yang mengepul di mana – mana, bau alkohol yang kadang kala membuat perutku terasa mual dan satu lagi yang membuatku sangat tidak nyaman berada di club malam adalah tatapan lapar para predator wanita yang berkeliaran hampir disetiap sudut tempat, menjijikkan. Tapi kenapa kau masih membawaku ketempat ini?”

Sekali lagi Jihoon menarik nafas panjang lalu menghembuskannya dengan kasar. “ Karena aku pikir kau butuh tempat yang benar – benar bisa membuatmu melupakan semua permasalahan yang sedang kau hadapi dan sebagai sahabat yang sangat menyayangimu dan tentu saja tak ingin kau menjadi gila maka aku membawamu ke tempat ini. Percayalah disini kau bisa bersenang – senang karena tempat ini adalah tempat yang paling cocok untuk merilaxekan pikiranmu.” Geramnya setengah kesal.

Jihyun mendecak dan mendengus pelan. “ Tck bagaimana aku bisa merilaxekan pikiranku kalau pada kenyataannya semua orang yang ada di sini membuatku harus melipat gandakan kewaspadaanku.”

Mecondongkan tubuhnya ke arah Jihyun, Jihoon meletakkan punggung tangannya di kening wanita itu. “ Kau sedang tidak demam Ahn Jihyun.”

“ Hah??” Tanyanya dengan mengerutkan kening, bingung.

“ Sadarlah kita ini sedang berada di salah satu club mewah yang ada di seoul bukannya di medang perang Jihyun ah.” jawab Jihoon sembari mengelengkan kepalanya. “ Kau ini terlalu paranoid makanya kau tak bisa menikmati hidupmu, tenanglah Kim Heechul sedang tidak ada di sini. Bukankah dia sedang ada perjalanan bisnis di Jepang.” Lanjutnya setengah mendecak.

Mendengus pelan wanita itu menyandarkan punggungnya di sandaran bangku lalu mengulurkan tangan untuk meraih segelas orance jus yang dia pesanan dan meneguknya perlahan sembari mencoba memikirkan kembali perkataan Jihoon beberapa detik yang lalu.

“ Mau having fun denganku nona Ahn??” tanya Jihoon seraya mengarahkan alisnya pada lantai dansa yang sudah di penuhi oleh sekerumunan orang.

Jihyun menggeleng pelan. “ Pergilah sendiri.”

“Tak usah khawatir, aku akan mengajarimu Jihyun ah. Kau hanya perlu mengerakkan kakimu sesuai irama musik yang di mainkan Dj.” Bujuk Jihoon yang langsung di jawab dengan gelengan oleh wanita itu. “Demi tuhan ini sangat mudah.”

“ Dan demi tuhan kau juga tau kan ini adalah kali pertamanya aku menginjakan kaki di club malam.” sahut Jihyun setengah kesal. “ Aku tidak mau gara – gara aku bertindak bodoh di sana kau malah harus menanggung malu Jihoon ah.” lanjutnya sembari mengarahkan dagunya ke arah dance floor, tempat dimana orang – orang tengah asik meliak liukkan tubuhnya di bawah sorot lampu disco yang khas.

Pria itu menghela nafas panjang lalu mengangguk – anggukkan kepalanya pelan.  tanda menyerah pada wanita yang masih betah duduk manis disampingnya.

“ Baiklah aku akan turun sebentar, kau baik – baik disini dan ingat jangan membuat keributan nona Ahn.” ujar Jihoon memperingatkan dan sedetik kemudian pria itu sudah tenggelam di tengah – tengah lautan manusia yang mencari kesenengan di lantai dansa.

“ Tidak akan.” dengus Jihyun saat dirinya mengedarkan pandnagan ke sepenjuru ruangan yang nampak pengap oleh asap rokok dan bau alkohol. Inilah yang membuat dirinya begitu membenci club malam. Terkadang dia tidak mengerti, kenapa ada begitu banyak orang bodoh yang rela mengorbankan waktu istirahatnya yang begitu berharga demi menikmati alunan music keras yang di mainkan oleh seorang DJ sembari di temani sebotol wine (yang tentu saja sangat mahal harganya) dan beberapa wanita murahan yang dengan suka rela melemparkan tubuh mereka demi beberapa lembar won dari para lelaki hidung belang. Baginya orang – orang yang pergi ketempat semacam ini adalah orang – orang yang mencari pelarian dari kenyataan hidup yang terkadang tak bisa mereka terima dengan baik.

.

© The Ending ©

Bagi Ahn Jihyun pagi ini ada yang sedikit berbeda di bandingkan pagi – pagi sebelumnya.  Pertama, tadi pagi – pagi sekali dia di bangunkan oleh rasa mual yang sama sekali tak bisa untuk ditahan ketika rasa tak nyaman itu mulai menguncang perutnya. Dia bahkan harus berlari seperti orang kesetanan untuk mencapai wastafel yang jaraknya tak lebih dari 100 meter dari ranjang untuk menumpahkan semua isi dalam perutnya. Dan dia sadar untuk kekacauan yang terjadi pada pagi ini bukanlah kesalahan orang lain melainkan murni kesalahannya sendiri. Wanita itu masih ingat betul bagaimana marahnya Jihoon ketika pria itu mengetahui dirinya sudah menghabiskan lebih dari 10 gelas wine dengan kadar alkohol tinggi hingga membuat dirinya terlihat seperti zombie ketika melewati pintu gedung apartemen mewah yang terletak di tengah kota seoul.

Lalu yang kedua, pagi ini dia cukup dibuat pusing oleh tingkah laku kedua saudara perempuan Jihoon yang tanpa angin tanpa hujan menerornya dengan mengirimkan ratusan pesan singkat dengan inti dan maksud yang sama, meminta seorang Ahn Jihyun untuk menikahi saudara laki - lakinya. Sebuah permintaan yang sangat tidak mungkin bisa dikabulkan oleh jihyun untuk saat ini. Selain karena dirinya saat ini sudah terikat secara tidak langsung dengan seorang pria, persahabatannya dengan Jihoon lah yang menjadi alasan utamanya menolak ide pernikahan ini.

Dan kini ketika rasa mual dan pusing dikepalanya ( efek mabuk semalam ) belum sepenuhnya menghilang, lagi - lagi wanita itu dikejutkan oleh kunjungan tak terduga dari CEO Casey Crop di pagi – pagi buta begini.

“Kapan mendarat?” Suara pelan Jihyun akhirnya memecahkan keheningan yang tidak mengenakkan diantara keduanya.

Mendesah kecil, pria itu mengangkat kepalanya untuk menatap wajah Jihyun sejenak dan sedetik kemudian dia kembali mengalihkan tatapanya pada gelas wine yang ada di tangannya lalu menyesap isinya secara perlahan. Menikmati cairan berwarna merah pekat yang mengalir melalui kerongkongannya.

“ 2 dini hari”

Sembari menghela nafas panjang Jihyun beranjak dari tempat duduknya lalu melangkahkan kakinya ke arah pantry untuk membuat segelas susu panas guna menghangatkan perutnya yang masih bergejolak.

“ Tidak kah kau merindukanku??”

Jihyun menolehkan kepalanya ke samping dan mendapati sosok Heechul ( nama pria itu ) tengah bersandar pada meja dapur dengan posisi tangan di lipat di depan dada. Untuk sesaat wanita itu memincingkan matanya untuk menilai suasana hati Kim Heechul yang terhormat dan semenit kemudian wanita itu berani bertaruh bahwa pria itu tidak dalam kondisi mood yang cukup bagus untuk melakukan pembicaraan yang cukup sensitif bagi keduanya. Sebuah pembicaraan yang tentu saja akan mempengaruhi kelangsungan hidupnya dimasa depan.

“ Apa yang kau lakukan hingga kekurangan tidur begitu tuan Kim?” tanya Jihyun begitu menyadari ada lingkaran hitam di bawah mata pria itu. Sebuah pemandangan yang cukup tak biasa yang wanita itu saksikan.

Heechul terkekeh pelan sebelum membawa tubuh Jihyun kedalam pelukannya. “ Ada sesuatu yang harus ku lakukan semalaman ini.” bisik Heechul di telinga wanita itu, suaranya datar tanpa ekspresi.

 “ Kalau begitu pulanglah dan istirahat yang cukup.” jawab Jihyun begitu berhasil melepaskan dirinya dari pelukan pria itu. Dia menghirup nafas dalam – dalam, mencoba sebisa mungkin mengatur detak jantungnya yang selalu berdetak lebih cepat dari biasanya bila lelaki itu berada di sekitarnya apa lagi degan jarak sedekat ini.

“  Apa kau mencoba mengusirku?” Heechul bertanya dengan alis terangkat, ada nada tak suka dalam bicaranya.

Jihyun mendesah keras. “ Bukan begitu maksudku. Kau kekurangan tidur dan aku memintamu untuk beristirahat karena aku tidak ingin kau sakit, just it! Kau faham maksudku kan?”

Tentu saja wanita itu berbohong, bukan itu alasannya meminta seorang Kim Heechul untuk angkat kaki dari tempat ini. Untuk saat ini wanita itu butuh waktu untuk menyendiri, dia butuh waktu untuk mencerna semua hal yang terjadi pada dirinya belakangan ini, dia butuh waktu untuk menata hatinya yang sudah hancur berkeping – keping karena perbuatan pria itu semalam.

“ Aku mengerti.” kata Heechul sembari menegakkan tubuhnya “ Aku akan istirahat di kamar, bangunkan aku jam 11 siang.” lanjutnya sembari melangkahkan kaki kearah kamar utama yang berada tepat di sebelah ruang tengah. Jihyun menghirup nafas panjang lalu menghembuskannya perlahan.

© The Ending ©

Melipat tangannya di depan dada, Jihyun menatap takjub pemandangan kota seoul dari balik jendela kaca apartemennya yang kini terlihat begitu putih bersih karena telah di tutupi salju yang turun semenjak seminggu yang lalu, tepat saat malam natal tiba. Malam dimana semua umat nasrani di sepenjuru dunia merayakan suka cita natal bersama orang – orang terdekatnya seperti keluarga, pacar, sahabat ataupun teman – temannya.

 Dan tiba – tiba kenangan samar tentang peristiwa kecil yang terjadi saat malam natal tahun ini kembali terlintas di kepala gadis itu, membuat seulas senyum simpul tak mampu di tahan untuk tidak terukir di kedua sudut bibir manisnya. Dia memejamkan mataku sejenak, mencoba mengumpulkan kembali ingatannya tentang peristiwa malam itu. Saat itu, Jihoon yang semenjak pagi sudah membuat dirinya kesal setengah mati secara mengejutkan membawanya ke sebuah cafe sederhana ( namun memiliki suasana romantis ) di pinggiran kota seoul dan memberikan sebuah kejutan kecil untuk merayakan pertambahan usianya yang ke 27. Jihyun benar – benar tidak menyangka, sungguh. Lee ji hoon yang selama ini dia kenal adalah seorang pria dengan kepribadian keras kepala, dingin, terlalu frontal dan tentu saja sangat cuek terhadap apapun ternyata mau melakukan hal konyol seperti ini hanya untuk menghibur dirinya yang tengah di landa rasa kecewa yang mendalam akibat perbuatan pria yang sangat dia cintai.

Kim Heechul atau lebih di kenal dengan nama Casey Kim adalah seorang pengusaha muda yang begitu sukses dan disegani banyak orang. Dia CEO tunggal Casey Corp, sebuah perusahaan besar yang bergerak dalam bidang kontruksi bangunan, pelayanan publik, dan berbagai macam jenis usaha lainnya. Oleh karena pencapaiannya itu pula dia dinobatkan sebagai salah satu pria paling berpengaruh di Asia. Dia tampan, masih muda, mapan secara finansial, dan tentu saja dia masih lajang maka tidak heran pula banyak perempuan yang rela melemparkan tubuhnya demi untuk mendapatkan perhatian pria itu. Namun dibalik kesempurnaannya dia juga memiliki sisi yang mampu membuat orang lain tunduk padanya.

Selama ini dia di kenal dengan sepak terjangnya yang selalu berhasil membuat nyali lawan bisnisnya menciut sampai ke titik nol. Dia tipikel orang yang tak akan segan – segan menyingkirkan siapapun yang akan menghalangi jalannya, berwatak keras, arogan, dan bermulut tajam jadi tidak heran jika orang - orang sering menyebutnya si devil killer.

Dan pria seperti itulah yang sudah berhasil memenuhi ruang – ruang kosong dalam hati seorang Ahn Jihyun. Pria yang pertama kalinya dia temui sekitar 6 tahun yang lalu di New York. Pria sederhana, ceria, penuh kasih sayang dan memiliki ambisi yang sangat besar, ya begitulah kesan yang tergambar dikepalanya setelah seminggu mengenal pria yang 4 tahun lebih tua dari usianya.

Dan dengan seiring berjalannya waktu, setelah 5 tahun mereka hidup bersama perlahan semuanya mulai berubah. Kim Heechul yang dia kenal dulu sangatlah berbeda dengan Kim Heechul yang sekarang bersamanya. Kim Heechul yang dulu adalah pria biasa yang tidak memiliki apa - apa, berandalan jalanan kota New York yang sering membuat onar dimanapun dia berada, pria keras kepala yang memiliki sisi romantisme yang tidak biasa. Namun Kim Heechul yang sekarang, Kim Heechul yang Jihyun kenal adalah seorang pengusaha sukses. Bilioner muda yang memiliki segalanya, pria tampan yang menjadi incaran semua wanita.

Dan tentu saja sebagai orang terdekat Heechul saat ini dia merasa sangat bahagia sekaligus bangga atas pencapaian cemerlang yang berhasil pria itu raih hingga saat ini. Pria itu berhasil membuktikan pada semua orang yang pernah meragukan kemampuannya bahwa dia sanggup berdiri tegak dengan kakinya sendiri tanpa bantuan orang lain terutama keluarga yang bahkan sudah melupakan eksistensinya di dunia ini. Namun di sisi lain Jihyun juga merasa tersiksa dengan apa yang pria itu miliki sekarang, dia merasa ada tembok besar yang membuat dirinya tak cukup pantas bersama dengan pria itu. Pria yang memiliki segalanya, kekayaan, kekuasaan, dan kehormatan sementara dirinya hanyalah wanita biasa yang tidak memiliki apa – apa untuk di bisa di banggakan.

 “ Apa yang kalian lakukan selama ini?? Kenapa mengurus masalah kecil seperti ini saja kalian tidak becus.”

Sebuah suara yang begitu familiar menginterupsi lamunan wanita itu untuk sejenak, menolehkan kepalanya kebelakang, Jihyun mendapati pria itu dengan pakaian rapi tengah berdiri di depan kamar dengan ponsel yang masih menempel di telinganya. Pria itu menatapnya sejanak lalu kembali memfokuskan perhatiannya pada seseorang yang berada di seberang sana. Jihyun menghela nafas panjang lalu menolehkan kembali kepalanya pada pemandangan di luar apartemen. Mengulurkan tangan, wanita itu membuka jendela yang sengaja tak di tutup secara rapat kemudian mengeluarkan tangan kanannya untuk merasakan butiran – butiran salju yang turun dari langit.

Jika kebanyakan orang tidak suka bila musim dingin tiba karena suhu udaranya yang bisa mencapai minus derajat celcius wanita itu justru sebaliknya. Dia sangat senang setiap kali musim dingin tiba, karena saat itu salju turun membuat jalanan yang biasanya ramai karena hilir mudik para pejalan kaki ataupun pengendara motor dan mobil kini menjadi jauh lebih lengang karena orang – orang  lebih memilih menghabiskan waktunya dengan berdiam diri di rumah. Selain itu bila musim dingin tiba dia bisa menyalurkan hobbynya untuk bermain sky dan juga hanya dengan melihat salju bisa membuat suasana hatinya jauh lebih tenang dari sebelumnya, seperti yang dia lakukan saat ini. Menikmati setiap butiran salju yang mengenai tangannya.

“ Jangan melakukan apapun sebelum aku datang.”

“ Kau akan pergi lagi?” tanya Jihyun begitu pria itu sudah mengakhiri saluran teleponnya. Suaranya terdengar begitu lirih, seolah tiada daya untuk mengucapkannya.

“ Aku akan ada urusan di china.” jawab Heechul pelan, mencoba mengukur reaksi wanitanya.

“ Berapa lama??” lanjut Jihyun tanpa mengubah posisinya, tetap berdiri membelakangi Heechul dengan tangan terlipat di depan dada.

“Seminggu lebih.”.

Jihyun menghela nafas panjang. “ Apakah kau harus pergi sekarang?”

“ Hmmm”  gumam Heechul pelan. “ Kenapa?”

Jihyun menarik nafas panjang sebelum akhirnya membalikkan tubuhnya dan menatap wajah Heechul yang kini berdiri tepat di hadapannya.

“ Ada yang ingin aku bicarakan.” katanya sembari menahan sesuatu yang mendesak keluar dari kedua mata coklatnya. “ Tentang kita.” sambung Jihyun setelah diam cukup lama.

Pria itu menatapnya sembari mengerutkan kening. “ Apa yang ingin kau bicarakan? Katakan saja.”

Sekali lagi Jihyun menarik nafas dalam, mencoba menguatkan niatnya untuk mengutarakan semua yang ada di kepalanya saat ini, ayolah ahn Jihyun kau harus melakukannya sekarang atau tidak akan pernah sama sekali, bisiknya menyemangati.

“ Setelah ku pikir – pikir lebih baik aku kembali ke amerika saja.”

“ Apa maksudmu?” Heechul mengernyit bingung, tak mengerti arah pembicaraan wanita itu.

“ Kita berpisah saja, kau melanjutkan hidupmu disini sementara aku akan kembali ke amerika dan meneruskan hidupku di sana.”

Hening.....

Tak ada satupun di antara mereka yang berniat untuk membuka suara. Keduanya seolah tengah sibuk dengan pikirannya masing – masing, mencoba menyelami dimensi lain dalam diri mereka. Dan hanya deru nafas Heechul yang semakin memburulah yang terdengar di tengah keheningan itu. Jihyun menghela nafas panjang, perlahan dadanya terasa begitu sesak seperti di hujam dengan puluhan pisau tajam seiring dengan kata – kata keramatnya yang berhasil meluncur begitu saja dari bibir manisnya. Namun sesakit apapun seperih apapun yang dia rasakan wanita itu tidak ingin menyesali keputusannya. Semuanya sudah terjadi dan dia tidak bisa mundur lagi. Keputusannya untuk berpisah dari pria itu sudah bulat, semuanya sudah dia pikirkan matang – matang. Pria itu sudah tidak membutuhkannya lagi dan itu artinya dia tidak memiliki alasan untuk bertahan.

“ Beri aku satu alasan kenapa kau ingin berpisah dariku??”

Suaranya terdengar begitu tenang tanpa emosi, seolah apa yang baru saja wanita itu katakan bukanlah sesuatu yang patut untuk di tanggapi secara serius dan Jihyun mendesah kecewa atas fakta itu. Tak bisa dielakkan, hati kecilnya ingin pria itu menunjukkan reaksi keras atas idenya. Hati kecilnya ingin pria itu mencoba untuk mempertahankan eksistensinya di kehidupan pria itu. Tapi apa daya, harapan tinggalah harapan.

“ Kenapa kau diam saja Ahn Jihyun? Apa aku pernah mengajarimu untuk mengacuhkan orang yang sedang bertanya padamu?” tanya Heechul dengan nada tenang yang kali ini terdengar sangat di paksakan. Dia mengangkat dagu Jihyun ke atas dengan sedikit kasar, membuat mata mereka kembali bertemu. “ Jawab pertanyaanku, kenapa kau ingin berpisah?” desisnya kemudian.

Jihyun tertegun sesaat begitu menyadari ada sedikit tak kentara pada perubahan ekspresi pria itu. Bolehkah dia sedikit berharap bahwa jauh di lubuk hatinya yang paling dalam pria itu tidak menginginkan perpisahan diantara keduanya.

“ JAWAB AKU AHN JIHYUN.” Teriak Heechul setengah membentak.

Jihyun mengedipkan matanya beberapa kali, merasa cukup terkejut dengan bentakan pria yang kini tengah mencengkram bahunya dengan sangat kuat. Dia mengangkat kepalanya dan sedetik kemudian semua keberanianya telah lenyap tak bersisa.

“ Karena aku harus melanjutkan hidupku kembali, aku tidak mungkin selamanya bergantung padamu. Aku juga ingin berdiri dengan kakiku sendiri sama sepertimu.” Jawab Jihyun dengan suara di buat setenang mungkin untuk menutupi ketakutannya. Namun sial, tubuhnya mengkhianati keinginanya. Tubuhnya mulai bergetar pelan seiring dengan remasan tangan pria itu di bahunya.

“ Jadi intinya kau ingin bekerja kembali begitu nona Ahn?” tanya Heechul sembari melepas cengkraman tanganya di bahu Jihyun lalu melipat tanganya di dada.

Jihyun mengangguk pelan.

“ Baiklah jika itu alasanmu ingin berpisah, aku terima keputusanmu. Tapi bagaimana jika aku memberimu kesempatan untuk bekerja di manapun yang kau inginkan. Apa kau masih bersikukuh ingin berpisah dariku ahn ji hyun?” tanya Heechul setelah menormalkan kembali ekspresinya seperti semula.

Untuk sesaat wanita memilih diam sembari menggigit bibir bawahnya, mencoba memproses setiap kata demi kata yang keluar dari mulut pria itu dan ketika otaknya mampu mencerna arti dari ucapannya - Aku terima keputusanmu-  saat itu juga dia menyadari jika hubungan mereka memang sudah tak bisa di pertahankan lagi. Semuanya sudah berakhir sekarang, pria itu sudah memilih untuk melepaskannya. Mempersilahkan dirinya untuk pergi jauh dari kehidupnya yang terlampau sempurna.

Dan yang terasa lebih menyakitkannya lagi pria itu mengatakannya dengan begitu mudah, Seolah – olah dirinya tidak pernah memiliki arti apapun dalam hidupnya.

‘ Ah bodoh kau Ahn Ji hyun, bukankah selama ini kau memang tak memiliki arti apapun untuk dirinya?? Bukankah selama ini kau hanya bermimpi jika lelaki itu mencintaimu dan membuat dirimu terjebak dalam dunia yang kau ciptakan sendiri, dunia Kim Heechul dan Ahn Ji hyun yang saling mencintai.’ Umpat hati kecilnya.

Menghela nafas panjang, Jihyun mengangkat kepalanya untuk menatap mata lawan bicaranya yang berwarna hitam pekat. Mata indah yang memiliki sorot mata tajam yang seolah memiliki mantra tersendiri untuk membuatnya semakin hari semakin terperosok dalam pesonanya yang memabukkan setiap kali dirinya menatapnya.

“ Aku akan segera mengemasi barang – barangku.” kata Jihyun setelah diam cukup lama. Melangkahkan kakinya, Jihyun berniat untuk mengemasi barang – barangnya dengan segera namun langkahnya langsung terhenti ketika di rasakan cekalan yang sangat kuat di tangan kanannya. Dia menoleh dan menatap jemari yang berada di lengan tangannya.

“ Satu langkah saja kau meninggalkan tempat ini, maka ku pastikan kau akan menyesal ahn ji hyun. Camkan itu!” desis Heechul sembari mengeratkan cekalannya di tangan Jihyun.

“ Kau mengancamku?”

“ Ya aku mengancammu, dan itu tak akan sekedar menjadi ancaman jika kau sampai angkat kaki dari tempat ini. Aku tak akan segan – segan melakukan apapun yang aku inginkan termasuk membuat lee ji hoon dan keluarganya hidup seperti gelandangan di jalan.”

Tersentak kaget, sontak Jihyun mengangkat kepalanya ke atas dan menatap wajah Heechul dengan mata terbelalak tak percaya dan mulut mengganga seperti orang idiot yang baru saja tersambar petir di siang bolong.

Bersandar di dinding, dia mencengkram erat teralis besi yang terpasang di jendela saat dirasa tubuhnya semakin bergetar karena intimidasinya yang berhasil membuat keberaniannya semakin tak bersisa.

“ Bisakah kau tak membawa – bawa Jihoon dalam masalah kita? Dia tidak memiliki salah apapun, ini semua murni keputusanku tanpa intervensi siapapun. Jadi aku mohon jangan sangkut pautkan Jihoon dan keluarganya dengan masalah ini.” kata jihyun dengan nada memohon. Heechul mendengus dan mendesis pelan.

“ Kau tau.” dia diam dan menatap tajam tepat di manik mata lawan bicaranya. “ Apa yang kau lakukan sekarang semakin membuatku berfikir bahwa dia tidak hanya sekedar sahabat bagimu” ujarnya pelan. “ Dan maaf sekali nona Ahn, aku sedang tidak menerima negosiasi dalam bentuk apapun. Semua keputusan ada di tanganmu.” lanjut Heechul sebelum menyentak tangan Jihyun dengan kasar lalu beranjak untuk meninggalkannya.

“ Kau tak bisa melakukan ini Kim Heechul, itu tidak adil untuk keluarga Lee.”

Pria itu berhenti sejenak lalu membalikkan badannya untuk menatap Jihyun yang seperti kehilangan pijakannya. Tubuhnya bergetar hebat karena ketakutan. Dia sadar betul orang seperti apa Heechul itu dan pria itu tidak pernah main – main dengan ucapannya. “ Aku tidak peduli! Aku tak akan segan – segan melakukannya jika itu adalah satu - satunya cara untuk membuatmu kembali padaku.”

“ Kenapa kau melakukan ini padaku oppa? Kesalahan macam apa yang pernah ku lakukan di masa lalu hingga membuatmu tega seperti ini padaku.” tanya Jihyun dengan suara serak begitu ia merasakan tenggorokannya mulai tercekat dan matanya terasa memanas. Dia bahkan harus mengedipkan matanya beberapa kali agar air mata ini tidak keluar.

Heechul menyeringai kejam. “ Kau ingin tau kesalahanmu?” Heechul bertanya saat dia mulai melangkahkan kakinya ke arah Jihyun, mengeliminasi jarak yang membentang di antara keduanya dengan langkah pelan tapi pasti. Sorot matanya memancarkan sebuah emosi yang tertahan. “ Kesalahan terbesarmu adalah keinginanmu untuk meninggalkanku.” bisiknya begitu lelaki itu berdiri di hadapan Jihyun.

Wanita itu mengedipkan mataku beberapa kali, merasa cukup binggung dengan situasi yang tengah ia hadapi saat ini.

“ Memangnya salah jika aku yang lebih dulu ingin mengakhiri hubungan kita? Memangnya salah kalau aku ingin menyiapkan diriku untuk hidup tanpa dirimu? Bukankah suatu saat kita tetap akah berpisah, entah itu aku atau kau yang akan mengakhirnya lebih dulu. Lagi pula ada atau tanpa adanya diriku tak akan mempengaruhi kelangsungan hidupmu. Kau bisa melakukan aktivitasmu seperti biasa dan cepat atau lambat kau akan menemukan wanita yang bisa memenuhi kebutuhan biologismu jauh lebih baik dari diri pada aku.” katanya pelan dan dalam hitungan detik air mata mulai mengalir turun membasahi pipi tirusnya, dia sudah mencoba untuk tidak mengeluarkannya di hadapan pria itu tapi dirinya tak sanggup membendungnya jauh lebih lama dari ini. Di tambah lagi fakta tentang hubungan mereka yang semakin renggang akhir – akhir ini dan ingatan tentang peristiwa semalam, saat lelaki itu keluar dari hotel berbintang lima dengan seorang wanita yang tidak dia kenal membuat air matanya semakin tumpah membanjiri pipinya.

“Menemukan wanita lain? Omong kosong apa yang tengah kau bicarakan huh? Apa otakmu masih belum berjalan sebagaimana mestinya karena mabuk semalam?” tanya Heechul dengan nada meninggi, membuat Jihyun kembali tersentak kaget.

Jihyun memalingkan wajahnya. “ Kau tau, semakin hari kita semakin bertambah tua dan tidak mungkin pula selamanya kita hidup dengan cara seperti ini, hidup tanpa sebuah komitmen. Sebagai wanita normal aku juga menginginkan sebuah pernikahan. Aku juga ingin merasakan bagaimana menjadi seorang istri, menjadi wanita yang di akui di depan semua orang dan yang terpenting lagi aku ingin merasakan menjadi ibu dari anak – anakku kelak. Hidup bahagia dalam sebuah kehangatan keluarga. Aku tau dengan apa yang sudah kita lewati selama ini kau tidak ingin terikat seumur hidupmu pada seseorang. Oleh karena itu biarkan aku pergi, biarkan aku meraih apa yang aku inginkan tanpa membebanimu dengan semua keinginanku. Aku bahagia dengan caraku sendiri begitu pula dengan dirimu. Lagi pula aku yakin dengan apa yang kau miliki sekarang kau akan dengan begitu mudah mendapatkan wanita yang kau inginkan, wanita yang bisa mengerti dirimu, wanita yang bisa membahagiakanmu dan wanita yang tak terlalu banyak menuntut seperti diriku.” katanya masih dengan air mata yang mengalir menyusuri pipi mulusnya.

Jihyun diam sejenak, membiarkan keheningan mengalir di antara kami. Karena bagaimanapun juga dia butuh waktu untuk menenangkan hati dan mengontrol tangisannya agar tidak semakin pecah.  Dia hanya tidak ingin terlihat konyol dan lemah di hadapan pria iti. Namun ketika dia mengangkat kepalanya untuk menatap Heechul dia justru di kejutkan oleh perubahan ekspresi pria itu yang begitu derastis. Lelaki itu tidak lagi menatapnya dengan pandangan datarnya yang khas ataupun ekspresi marah seperti beberapa menit yang lalu akan tetapi dia menatapnya dengan ekspresi yang sulit untuk di jelaskan secara gamblang.  

“ 5 tahun kita hidup bersama, tapi kau sama sekali tidak berubah carol. Kau masih sama seperti dulu, selalu mengganggap sudut pandangmu lah yang paling benar.” Lirihnya pelan.

“ Apakah selama ini kau mengira aku tak pernah mencintaimu?” tanya Heechul lirih, tangannya terulur untuk menangkup wajah Jihyun lalu mengangkat kepala wanita itu hingga bisa menatap sorot matanya yang nampak terluka.

Jihyun berfikir sejenak lalu mengangguk pelan.“ Karena selama ini sikapmu membuatku berfikir demikian.” jawab Jihyun tanpa mengalihkan pandangannya dari mata Heechul, Mencoba menikmati detik demi detik waktu yang bergulir di tengah kebersamaan mereka.

Heechul mendesah pelan lalu menarik tubuh Jihyun ke dalam pelukannya hingga wanita itu bisa menghirup aroma tubuhnya yang menjadi favorit Jihyun, bau feromon yang selalu berhasil membuatnya mabuk kepayang.

“ Jika kau berfikir seperti itu maka kau salah besar sayang.” dia berhenti sejenak untuk menyapukan bibirnya di atas bibir Jihyun. “ Satu hal yang harus kau tahu dan selalu kau ingat baik – baik Jihyun ah. Aku selalu mempunyai alasan atas apa yang aku lakukan selama ini, termasuk keputusanku untuk tidak mempublikasikan hubungan kita di depan semua orang seperti apa yang pernah ku lakukan saat kita masih di new york dulu.”

Mendengar dia mulai menyinggung perihal kehidupan kami pasca pindah dari New york dan menetap di korea, Jihyun lantas mendongakkan kepalanya ke atas dan menatap mata pria itu dengan intens. Mencoba untuk mengukur suasana hatinya saat ini karena ada beberapa pertanyaan yang selalu bersarang di kepala wanita itu dan selalu mendesak untuk segera di keluarkan.

 “ Kenapa? Kenapa kau melakukan itu? Apakah aku terlalu tidak pantas untuk berdiri di sampingmu seperti dulu? Apakah karena aku hanyalah wanita biasa yang tidak memiliki kelebihan apapun bahkan tidak memiliki kedudukan? Apakah karena aku tidak secantik, seanggun dan seelegan wanita – wanita yang sering kau temui itu makanya kau tak ingin orang – orang mengetahui hubungan kita, apa benar begitu tuan kim?” tanya Jihyun dengan perasaan campur aduk tak menentu. Perpaduan antara rasa kesal, penasaran, sedih, kecewa dan rasa perih yang kini kembali melanda hatinya.

Terkekeh pelan, lelaki itu kemudian menatap wajahnya yang basah oleh air mata. “ Bodoh.” ujarnya sembari menyentil kening Jihyun. “ Asal kau tau nona Ahn, tuan Kim Heechul ini tidak butuh wanita seksi, cantik, anggun atau pun dalam bentuk lainnya karena yang dia butuhkan hanyalah wanita yang mau membantunya berdiri saat dirinya tak mampu lagi untuk berdiri sendiri, wanita yang mau membantunya berjalan saat kakinya terasa sulit untuk di gerakkan. Dan wanita itu hanya kau nona Ahn. Yang aku butuhkan hanya kau ahn Jihyun bukan yang lain, kau faham?”

Dia mengerutkan kening padanya. “ Kalau memang begitu kenapa sampai sekarang kau ingin menyembunyikan hubungan kita? Kenapa seolah – olah kau ingin melenyapkan keberadaanku di sisimu.”

“ Keadaan.” pria itu diam sejenak lalu menghela nafas panjang, seolah tengah mencoba untuk melepaskan beban berat yang bersandar di kedua bahunya “Keadaan yang memaksaku untuk berbuat seperti ini.”

“ Aku tak mengerti." ujar Jihyun cepat, menyela ucapannya.

“ Dengar.” dia menangkup wajah jihyun dengan tangannya hingga membuat tatapan wanita itu hanya terfokus pada irisnya yang berwarna hitam pekat. “ Ini korea bukan amerika, di sini orang – orang bisa melakukan apa saja demi mendapatkan apa yang mereka inginkan. Tak terkecuali dengan melukai orang – orang yang akan menghalangi jalannya atau bisa juga dengan menculik orang – orang yang akan memudahkan dirinya untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Dan di sini aku tidak ingin kau berada di posisi seperti itu, terjebak di tengah – tengah permainan kotor para pembisnis licik dan berotak dangkal.”

Dia menghela nafas sejenak lalu merengkuh tubuh Jihyun kembali kedalam pelukannya, membuat kehangatan yang sangat aku rindukan secara perlahan mulai menyelubungi hati wanita itu. “ Aku tau dan aku sadar apa yang aku lakukan akan melukai perasaanmu, tapi aku tak memiliki pilihan lain. Satu – satunya cara untuk membuatmu tetap aman adalah dengan membuat orang – orang tak menyadari keberadaanmu di sisiku, percayalah aku tak memiliki niatan lain, aku hanya ingin membuatmu aman karena bagiku tak ada yang lebih penting selain menjamin keamanan dan keselamatanmu sayang.” lanjutnya sembari mengusap punggung Jihyun dengan gerakan perlahan.

Memejamkan matanya, wanita itu menikmati setiap belaian tangan Heechul yang berada di punggungnya.

“ Jantungmu berdebar.” bisik Jihyun ketika dia menempelkan telinganya di atas dada Heechul.

“ Hmm.” dia bergumam pelan sembari mengeratkan pelukannya pada tubuh Jihyun. “ Aku terlalu takut jika kau akan benar – benar meninggalkanku Jihyun ah. Aku mohon berjanjilah padaku kalau kau tak akan pernah meninggalkanku, berjanjilah kalau kau akan tetap di sampingku dan selalu mendukungku. Aku tidak ingin di tinggalkan lagi Jihyun ah” lirihnya.

Kata – katanya terdengar begitu memilukan dan menyesakkan dada bagi Jihyun. Dan sedetik kemudian air mata kesedihan kembali mengalir di wajah cantiknya tanpa bisa di tahan. Dia tidak tau mengapa dia kembali mengingkari janjinya untuk tidak menangis di hadapan pria itu atas permasalahan ini.

“ Dear, dont cry please.” Bisik Heechul saat mengusap air mata Jihyun dengan jemarinya. “ Apakah permintaanku begitu membebanimu?” tanyanya sembari menatap Jihyun dengan tatapan sendu.

Wanita itu menggeleng cepat. “ Tidak, bukan itu maksudku casey. Aku.. aku hanya tidak bisa membayangkan seperti apa dirimu 25 tahun yang lalu. Oh for god sake aku tidak tau setan macam apa yang merasuki kedua orang tuamu hingga mereka begitu tega kepadamu, apa salahmu sayang?” ujar Jihyun dengan air mata yang mengalir semakin deras dari sebelumnya.

“ Oh please dear, jangan membahas itu lagi. Kau sudah berjanji padaku untuk tidak menangis lagi kan, can you remember it?” tanya Heechul sembari mendaratkan kecupan – kecupan ringan di kedua mata Jihyun.

“ I know and of course im remember it, but...”

“ Shht....” potong Heechul sembari mendekap tubuh Jihyun.

“ Aku sudah tidak ingin mengingat itu kembali, biarkan itu menjadi masa laluku dan kau lah masa depanku, kau faham?”

Jihyun mengangguk lemah dalam dekapannya. “ Mulai sekarang aku berjanji bahwa aku tidak akan pernah pergi dari sisimu jika bukan dirimu sendiri yang memintaku untuk pergi.”

“ Aku bersumpah itu tidak akan pernah terjadi.” bisiknya dengan wajah berjarak beberapa inch dari wajah Jihyun  hingga membuat wanita itu bisa merasakan hembusan nafasnya yang hangat di bibirnya dan sedetik kemudian dapat dirasakan bibirnya menekan bibir mungil Jihyun dengan sangat keras, penuh gairah hingga membuatku sulit bernapas.

© The Ending ©

Langit masih begitu gelap ketika wanita itu terbangun dari tidur nyenyaknya dalam keadaan setengah linglung ( perpaduan antara perasaan bingung dan rasa pusing di kepala). Menghela nafas panjang, dia mencoba mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan dan beberapa detik kemudian barulah dia menyadari di mana ia sekarang. Dirinya tengah berada di atas ketinggian 3000 kaki dalam sebuah cabin pesawat yang akan membawanya dan seseorang yang duduk di sebelahnya pergi ke china. Jihyun menolehkan kepalanya ke samping, berniat untuk memastikan tidur Heechul dalam posisi nyaman namun betapa terkejutnya dia ketika mendapat Heechul masih terjaga dengan sebuah laptop yang berada di pangkuannya sementara wajahnya menunjukkan ekspresi serius.

Melirik jam tangannya, Jihyun mengeleng tak percaya ketika waktu menunjukkan pukul 3 dini hari. “ Sayang kau belum tidur?” tanya Jihyun sembari menyentuh lengan pria itu. Dia menoleh sebentar lalu mengukir senyum simpul dibibirnya “ Ada beberapa pekerjaan yang harus segera ku selesaikan.” bisik Heechul sembari mengecup kening Jihyun. “ Perjalanan masih lama, kau tidur lagi ya? Aku tidak mau kau jatuh sakit.” titahnya sembari mengusap pipi wanita itu dengan lembut.

Jihyun menggeleng pelan. “ Justru kau yang harusnya istirahat, kau bahkan belum tidur sama sekali semenjak tadi pagi. Ingat kesibukanmu di cina sangat padat dan aku tidak ingin kau jatuh sakit karena kurang istirahat.” balas Jihyun sembari mengambil alih laptop yang ada di pangkuan Heechul, mengsave file yang dia kerjakan lalu menekan tombol shut down dan menyimpan laptopnya di tas jinjing.

“ Sekarang kau tidur. Kau butuh istirahat tuan Kim.”

“ Terima kasih sayang.” Bisik Heechul setelah mencium bibir Jihyun sekilas, membuat rona merah menghiasi pipi Jihyun.

“ Oh ya ada yang ingin aku tunjukkan padamu.” ujar Heechul tiba- tiba.

Jihyun menolehkan kepalanya dan melihat Heechul tengah mengeluarkan selembar foto dari dalam buku agendanya lalu menyerahkan pada itu pada Jihyun. Wanita itu mengernyitkan keningnya dengan bingung ketika menatap sebuah foto yang nampaknya foto keluarga yang tengah bertamasya yang di perkirakan di ambil sekitar beberapa puluh tahun yang lalu, di situ memperlihatkan foto sepasang suami istri yang tengah tersenyum bahagia sembari mengandeng tangan anak laki – lakinya. Sementara anak laki – laki lainnya yang memiliki kemiripan wajah dan postur tubuh yang sama dengan anak tersebut justru berdiri beberapa langkah di belakang ketiganya.

“ Itu foto di ambil ketika usiaku 7 tahun saat kami sekeluarga berlibur ke california.” ujar Heechul tiba – tiba, memecahkan keheningan yang melanda kami. Sekali lagi Jihyun menolehkan kepalanya untuk menatap wajah pria yang sangat dia cintai. Bersiap mendengarkan setiap kata demi kata yang akan keluar dari mulut pria ini, sebuah cerita masa lalu yang dia yakini meninggalkan kenangan buruk dibenak kekasihnya.

“ Awalnya aku sangat bahagia ketika pria itu berkata akan membawa kami sekeluarga berlibur ke california karena semenjak aku lahir tak pernah sekalipun aku di bawa berlibur oleh mereka.” matanya menatap sengit ke arah sepasang suami istri yang ada di foto itu. “ Selama ini yang mereka pikirkan hanyalah kebahagian dan kesehatan hanchul, saudara kembarku. Tak pernah sekalipun mereka memikirkan bagaimana perasaanku saat mereka terus melarangku bermain keluar dengan teman – teman sebayaku karena hanchul tidak mau sendirian. Dia merengek pada wanita itu supaya aku mau menemaninya. Bahkan ketika sekolah kami mengadakan tamasya ke kebun binatang mereka tetap melarangku untuk pergi.” ucapnya seperti bisikan, sangat lirih. Jihyun meraih kepalanya dan menyandarkan di bahunya.

“ Kalau itu terasa sangat berat untukmu lebih baik tak usah kau ceritakan sayang.” bisiknya sembari mencium kening pria itu dengan bertubi – tubi.

Heechul menggeleng pelan lalu melanjutkan ceritanya. “ Tapi kebahagiaan itu hanya berlaku beberapa hari untukku, 5 hari setelah kami di california mereka semua membawaku ke sebuah panti asuhan milik rekan bisnis pria itu. Dan kau tau mereka menitipkanku di sana, meninggalkanku seperti aku tidak ada artinya bagi mereka. Mereka bilang akan menjemputku setelah hanchul sembuh total, namun demi tuhan aku tidak mau kembali pada mereka. Selama di panti aku selalu membuat onar, berkelahi, menggangu anak perempuan bahkan aku pernah memecahkan kaca jendela panti supaya aku di keluarkan dari sana tapi mereka tak pernah sekalipun mempedulikannya hingga akhirnya aku kabur dari panti saat usiaku 12 tahun tepat setelah kelulusan Sekolah Dasarku. Aku pergi ke kota hanya dengan membawa uang 5 dolar, dan selama di kota aku melakukan apapun yang menghasilkan uang untuk bisa bertahan hidup hingga aku lulus Sma. Hingga akhirnya keajaiban itu datang padaku, salah satu langgananku menawarkan beasiswa penuh agar aku bisa kuliah namun dengan syarat aku harus bisa di terima di harvard university dan akhirnya aku bisa mendapatkan beasiswa itu setelah melewati perjuangan yang tidak mudah. Aku di terima di harvard jurusan Bisnis dan Managemen dan mulai sejak itu aku mengubah jati diriku menjadi Casey Kidman, nama Kidman ku dapat atas ijin John Kidman. Orang tua angkatku yang sudah bersedia membiayai kuliah dan kehidupanku selama di cambrige.” ujar Heechul dengan di akhiri seulas senyum bangga yang menghiasi wajah tampannya.

“ Kau memang hebat sayang, aku tidak tau akan seperti apa nasipku jika aku berada di posisimu. Aku bangga padamu.” Ujar jihyun jujur dari dalam hatinya yang paling dalam.

“ Aku mencintaimu, sangat mencintaimu Jihyun ah. Aku tidak tau akan seperti apa hidupku kalau kau benar – benar meninggalkanku. Kaulah pelengkah hidupku, penyempurna hidupku, penghangat hatiku yang selama ini beku.”

“ Maafkan aku.”

“ Ku harap ini pertama dan terakhir kalinya kau punya pikiran seperti itu.”

Jihyun mengangguk mengiyakan. “ Eh tunggu sebentar, kalau yang kau maksud saudaramu itu adalah kembaranmu, berarti yang ku lihat kemarin hanchul bukan Heechul?”.

“ Maksudmu??” tanya Heechul sembari menatapnya dengan kening berkerut.

“ Kemarin malam aku melihat orang yang sangat mirip denganmu keluar dari hotel yang berada di depan club malam bersama seorang wanita. Ya ku pikir itu dirimu makanya aku langsung pergi minum dengan Jihoon sampai pagi.” ujar Jihyun sembari mengerucutkan bibir.

“ Oh jadi semalam kau pergi minum dengan Jihoon.”

“ Oh ayolah jangan mencemburui Jihoon. Dia tak lebih dari sahabat untukku sayang. Kau kan tau hati ini hanya milikmu.”

“ Aku mengerti nyonya kim.” Seru Heechul dengan terkekeh kecil.

“ Aku masih nona tuan kim, nona Ahn.” balas Jihyun pura – pura kesal.

Pria itu mengeleng pelan sembari melepaskan seat beltnya lalu secara tiba – tiba dia berlutut di hadapan jihyun dan mengeluarkan sebuah cincin berlian dari dalam saku celananya lalu menyodorkannya di hadapan Jihyun.

“ Aku tau aku tidak romantis, aku tidak melamarmu dengan cara yang sewajarnya. Sebagaimana seorang pria melamar wanita yang paling dia cintai. Tapi di sini, dari tempat dengan ketinggian seperti ini aku jatuh cinta padamu tepat 8 tahun yang lalu dan sekarang aku ingin memintamu untuk menjadi istriku, untuk menjadi ibu dari anak – anakku kelak. Ahn Jihyun mau kah kau menikah denganku, Kim Heechul yang memiliki banyak kekurangan. Maukah kau merubah namamu menjadi Kim Jihyun?”

 “ Kau jangan bercanda.” seru Jihyun tidak percaya.

“ Apa aku terlihat sedang bercanda eoh?”

Jihyun mengangguk lalu meraih tubuh Heechul ke dalam pelukannya. “ Aku mau Kim Heechul. aku mau merubah namaku menjadi Kim ji hyun. Aku mau menjadi istrimu dan menjadi ibu dari anak – anak kita nanti.”

“ gomawo.” bisiknya sembari membalas pelukan Jihyun tak kalah erat.

 

 

END

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet