Reason

Marquee Reflection
Please Subscribe to read the full chapter

Ada pola yang tergambar dengan tidak teratur di dalam kepalaku. Terlalu banyak yang terjadi dalam kurun waktu beberapa jam terakhir dan itu terlalu memenuhi otakku.

Kuambil bingkisan yang baru saja ku temukan di depan pintu kamarku sesampainya di apartemen. Ada sebulat cake ulang tahun bertuliskan namaku dengan dua lilin bertuliskan angka dua dan lima. Di sisi kotak yang melindungi cake itu terselip surat yang tertera tulisan tangan Yoomi.

 

Selamat ulang tahun, Sayang! Semoga semua yang kau harapkan bisa terkabul, salam hangat untukmu selalu. Maaf aku tak bisa menemanimu meniup lilin seperempat abad itu! Love you! <3

P.S: Jangan gampang jatuh cinta. Itu doaku untukmu tahun ini. Kkkk~

 

Aku meringis konyol melihat tulisan Yoomi. Cukup kontras mengingat baru saja aku mengalami tragedi mengenaskan di kantor Junhee, sementara di rumah, aku bisa merayakan pesta kecilku sendiri, dia selalu menjadi yang terbaik untukku di saat semuanya berbanding terbalik dengan apa yang ia lakukan. Sayang sekali Yoomi tak bisa menemaniku secara langsung, ia sedang sibuk mengurusi fashion week di Pulau Jeju sejak pagi ini, dan itu membuatku sedih.

Kuhela napas panjang melewati mulutku. Menikmati hari pertama menyandang umur seperempat abad secara resmi. Setengah perjalanan dari hari pertamaku, cukup mengenaskan. Apa yang akan terjadi di setengah berikutnya? Entahlah.

Jangan gampang jatuh cinta.

Yoomi mengatakannya lagi. Aku masih belum tahu apa motif di balik Yoomi mengatakan itu padaku. Aku pernah mendapatkannya juga di ulang tahunku yang ketujuhbelas dan kedua puluh satu. Dan tahun ini ia menyampaikannya lagi. Mungkin aku tahu, kenapa Yoomi menuliskan itu untukku. Ia sangat memahaminya karena aku sangat mudah jatuh cinta, ia selalu mengatakannya padaku setiap saat, membuatku mengerti apa yang sebenarnya ia maksudkan untukku.

Apa yang terjadi tahun ini sehingga ia menyampaikan kalimat itu lagi padaku? Karena aku jatuh cinta pada Sehun?

Sejak awal, aku tahu keputusanku untuk menyimpulkan perasaanku pada Sehun adalah cinta memang sangat terburu-buru, walau begitu, seiring waktu berjalan, aku akhirnya memang mencintai Sehun dengan sungguh-sungguh, terlepas dari kenyataan yang mencuat juga di antara kami berdua.

Cintaku padanya masih tetap sama, dan, kini justru ada rasa lain yang muncul di hatiku, ketika perasaanku mengatakan aku telah menghianati Sehun karena menerima ciuman Jongin. Aku justru menanam cintaku pada Sehun semakin dalam. Bukankah perbuatan Jongin juga berlebihan?

Aku, selingkuhan yang selingkuh. Astaga.

Kini semuanya menjadi jelas. Penegasan posisi di antara kami semua telah transparan. Hal terakhir yang ingin ku ketahui dari keseluruhan persembunyian ini telah terkuak, Junhee telah mengetahui hubunganku dengan Sehun, bahkan hampir semua orang mungkin sekarang telah tahu tentang seluruh kejadian ini.

Aku bisa apa lagi? Aku bukan orang yang ingin menunjukkan kejelekan diriku sendiri dan juga tidak ingin terlihat buruk di mata orang lain dengan terus menjalani cintaku dengan Sehun.

Rasanya, ingin sekali aku lenyap dari kehidupan ini. Menghilang dari perbuatan yang telah kubuat sendiri. Menjadi pengecut yang tak ingin menghadapi dunia yang sebenarnya. Kalau saja aku mau.

Seandainya saja aku tidak mudah jatuh cinta, seandainya saja aku tegas dengan diriku sendiri, seandainya saja aku bisa menahan diriku sendiri untuk tidak terjatuh di hati Sehun, seandainya saja waktu itu aku tidak menerima ciuman Sehun dan menikmatinya, seandainya saja hatiku tidak sakit sehingga aku butuh penawarnya, seandainya saja Jongin tidak pernah menyakitiku−mungkin semua ini tidak akan terjadi.

Apa aku terlalu berlebihan untuk melibatkan Jongin pada permasalahanku dengan Sehun? Apa aku perlu menyalahkannya karena ia telah menyakiti hatiku dan membuatku begitu merana sampai akhirnya Sehun datang dan menyodorkan sebongkah perasaan untuk menyembuhkanku?

Sampai sekarang aku masih ragu, Sehun benar-benar memberikan hatinya padaku atau aku yang telah mengambil hatinya secara sepihak?

Sehun belum pernah mengatakan cinta padaku, ungkapan seperti apa perasaannya padaku secara wajar saja ia belum pernah melakukannya. Ia selalu mengatakan ia membutuhkanku dan selalu begitu.

Padahal bukan itu yang selalu ingin kudengar, dua kata yang sangat berharga untuk bisa ia ucapkan dengan bibirnya sendiri.

-

Lim Nari, Geum Jieun.

Nama itu, nama yang disebutkan oleh Junhee, ternyata mereka bersekolah di tempat yang sama juga seperti kami.

Kubolak-balik lembar demi lembar buku tahunan angkatan kami yang diambil di tahun terakhir saat SMA. Semuanya sangat berbeda sekarang. Banyak sekali perubahan terjadi setelah enam tahun berlalu. Beberapa dari mereka masih terlihat sama dan banyak sekali yang konyol. Aku tertawa melihat beberapa dari orang yang dekat denganku berpose lucu dan itu kembali mengingatkan kenangan kami di masa lalu.

Aku berlama-lama di halaman di mana foto Junhee berada. Memandangi gadis cantik yang membuatku terlihat sangat murahan−karena aku menjadi selingkuhan pacarnya. Menggelengkan kepala tak percaya gadis yang sedang kupandangi ini adalah seorang ratu di hati Sehun sementara aku bukanlah apa-apa di hatinya. Itu berarti, ketika foto-foto ini di ambil, Sehun sudah berpacaran juga dengan Junhee. Aku mendengus, merasa sangat bodoh.

Mataku mendarat pada tulisan di bawah fotonya.

Kim Jun Hee. 12 Maret 1989. Better late than not at all.

Mataku membulat lebar-lebar. Apa-apaan ini? Duabelas Maret? Yang benar saja. Benarkah hal seperti ini benar-benar terjadi? Aku dan Junhee lahir di tanggal yang berurutan.

Aku melongo luar biasa. Tidak habis pikir bagaimana mungkin aku dan Junhee mempunyai kebetulan seperti ini. Itu artinya, kemarin adalah ulang tahun Junhee.

Kesadaran memukulku.

Ooh. Pantas saja mereka terus berdua. Jadi itu alasannya.

Pikiranku mengulas kembali kejadian kemarin, di mana Sehun dan Junhee berkunjung untuk menjenguk Jongin yang masih dirawat di rumah sakit. Junhee terus menempel pada Sehun, membuatku merasakan cemburu menyakitkan dan mereka berdua berpamitan lebih awal. Mungkin mereka mengadakan pesta kecil untuk mereka nikmati sendiri.

Aku meringis kecut. Membayangkan mereka hanya berdua menghabiskan waktu bersama di ulang tahun Junhee. Membandingkannya dengan ulang tahunku sendiri yang kejadiannya berbanding terbalik. Bahkan hari ini aku hanya bertemu dengan Sehun sekejap saja, saat ia menyeret Yuna keluar dari kantor Junhee. Setelah itu, aku belum bertatap muka lagi dengannya.

Aku ragu kalau Sehun tahu hari ini adalah ulang tahunku.

Ulang tahun terpanjang sepanjang aku menjalaninya seumur hidupku. Karena banyak sekali hal yang terjadi, membuat hari ini terasa sangat lama dibandingkan hari-hari biasanya.

Malam tiba, meninggalkanku dengan kekosongan di hati. Aku tidak beranjak dari sofa sejak kepulanganku dari kantor Junhee kecuali untuk mandi dan minum. Perutku terus berbunyi, tapi aku tidak ingin makan sama sekali, aku juga tidak perlu repot-repot memesan makanan atau apapun, hanya menghabiskan cake yang Yoomi berikan.

Kesunyian ini memakanku hidup-hidup, membuatku memikirkan banyak hal. Seperti kesimpulan yang kudapat saat mengira hubunganku dengan Sehun hanyalah sebatas friends with benefit. Demi kebutuhan kami. Sayangnya, akhirnya aku terlena dan jatuh hati pada Sehun, membuat friends with benefit itu tidak berlaku. Lagipula tidak ada kesepakatan yang terjalin dengan adanya hubungan ini dengan Sehun.

Sebagai seorang selingkuhan, aku harus menjalani ikatan yang tersembunyi dengan Sehun, menutupinya di belakang punggung semua orang. Membohongi semua orang kecuali diriku sendiri. Kucoba untuk bertahan meskipun sangat menyakitkan, tapi tak menyisakan sesal sedikitpun di hatiku. Aku tidak menyesal telah jatuh hati pada Sehun. Dia yang telah menyembuhkan luka ini walaupun ia juga membuat luka yang lain dan menambahnya semakin parah.

Selama aku bisa membuat Sehun bahagia, aku akan melakukannya. Aku takkan berpaling lagi pada lelaki lain selain Sehun. Ia yang paling ku cintai dan yang paling berharga untuk saat ini. Sebatas harapan yang terus berkembang di dalam hati bodohku, memohon pengertian darinya, bahwa aku ingin memiliki Sehun seutuhnya. Tapi ia tak mengetahuinya sejauh itu.

Seiring bergulirnya waktu, membuat rahasiaku dengan Sehun terbongkar, terkuak di depan mata semua orang dan dengan kejadian ini pastinya akan ada yang terluka. Mungkin aku yang terluka. Mungkin juga Junhee, atau yang lainnya karena tak menerima kenyataan yang ada.

Namun perselingkuhan ini, yang telah lama kulalui bersama Sehun bukan tak ada artinya, banya

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
marumero
My current on going story; Second Third. Luhan and OC in action, pls give me your support guys :)

Comments

You must be logged in to comment
irnacho #1
Chapter 20: yaelaaah si eunjoo knp ga bunuh diri sekali aja ya. harusnya dia sadar, secintanya sehun sama dia, tapi cintanya sehun ke dia ga lebih besar dari rasa cintanya ke junhee. buktinya sehun ga sedikit pun ngehalangin niat eunjoo pas dia mutusin buat mengakhiri hub mereka. sehun langsung bilang iya tanpa mikir lagi. gila, nyesek meeeeen waktu sehun bilang "baiklah, jika itu yg kamu mau." ih aku klo jd eunjoo udah nangis darah. dan udah fix ga mau ngarepin dia lagi. duh eunjoo nyakitin diri sendiri aja sih. dia mah pusing di buat sendiri.
irnacho #2
Chapter 18: dan sekali lagi aku harus bilang, eunjoo bodoh bgt klo dia masih mau pertahanin sehun setelah apa yg dia tahu dari mulutnya junhee. trus sukaaaa banget pas bagian moment eunjoo-jongin. duhduhduhduh pokoknya sukalah
irnacho #3
Chapter 17: yailah jongin, sepele bener ya alesannya wkwk
tapi mungkin itu jadi batas kekecewaannya dia kali ya, udah mah bete sama sikap eunjoo trus di tambah dia ga inget sama ulang tahunnya. iya sih pasti bakal kesel, sedih, marah, kecewa dan sebagainya. kayaknya jongin bener2 udah ke apus ya dari hatinya eunjoo? atau jangan2 selama ini yg eunjoo rasain ke sehun itu cuma sekedar pelarian. karena kan pas sehun dateng eunjoo blm bener2 bisa ngelupain jongin. bisa jadi bisa jadi. aku harap sih gitu ya. makanya eunjoo susah ngelepasin sehun karena ya emang sehun yg bikin dia nyaman setelah dua tahun itu dia berkutat dgn keterpurukannya. tapi ya tetep aja caranya salah.
irnacho #4
Chapter 15: aku mau komen tapi ga tau harus mau komen aku. terlalu gemes sama semua tokohnya aaarrrgh
irnacho #5
Chapter 12: Aaaarrrgh knp eunjoo oon bgt siiiih
Heuuuu gemes bgt deh pengen nyakar dia
irnacho #6
Chapter 11: Aduuuh baru ini aku baca ff dan ga suka sama tokoh utamanya. Eunjoo tuh ya, trlalu bodoh. Sangking bodohnya pengen bgt unyeng2 rambutnya dia heuheu
irnacho #7
Chapter 10: Eunjoo bikin penyakit doang. Nyakitin diri sendiri aja, udah tau salah masih di terusin ckck
irnacho #8
Chapter 9: Trus sehun jawab : "ga bisa, karena aku udah mau nikah sama junhee." Jederrrr
Knp eunjoo ga cb berpikir ke masa lalu ya? Dia kan prnh di selingkuhin, harusnya dia bs lbh bijaksana. Karena dia pasti tahu gmn sakitnya di selingkuhin. Sekarang dia yg jd selingkuhannya dan ibaratnya dia mau ngerebut sehun dari pacarnya yg udh kenal sehun jauh lbh lama dr dia. Jd keliatan egois.
irnacho #9
Chapter 8: Aduuuuh knp eunjoo jd bodoh bgt ya. Dulu dia bs ninggalin jongin yg udh pacaran lama, knp sama sehun yg baru kenal, istilahnya deketlah, beberapa bulan susah bgt buat ngelepasin?
irnacho #10
Chapter 7: Sehun kacaaaauuu
Dan entah knp aku malah pengen eunjoo balik sama jongin. Rada sebel aja gitu pas dia tau klo slama ini dia jd selingkuhan sehun tp si eunjoo bukannya marah malah nyium sehun. Ya Apa pun alasan sehun, apa yg dia lakuin tetep salah. Klo di terusin justru itu semakin bikin eunjoo sakit sendiri. Jd mending udahin aja. Msh ada jongin, ya walau pun dia jg prnh ngelakuin hal yg sama tp senggaknya jongin sekarang nyesel sama perbuatannya dan yg pasti dia cinta sama eunjoo. Di banding sehun yg nganggep eunjoo ga lbh dr cewe yg cuma di datengin klo lg butuh doang. Berasa kayak tempat sampah.