Unexpected

Marquee Reflection
Please Subscribe to read the full chapter

 

Entah apa yang kuharapkan bisa kulakukan sepanjang hari-hari terakhir di bulan Januari hingga pertengahan Februari. Sejak kejadian di rumah Sehun beberapa minggu yang lalu, aku seperti terbungkam oleh kenyataan dan tak bisa memutuskan untuk melakukan apa. Aku tidak ingin melakukan apapun dan rasanya aku tidak ingin peduli dengan apa yang terjadi akhir-akhir ini.

Aku berdiam diri dalam waktu yang cukup lama dan menyibukan diriku sendiri dengan pekerjaan yang sebenarnya tak perlu ku lakukan di toko, tapi dengan cara ini semuanya terasa lebih mudah dan bisa dilewati dengan baik-baik saja.

Beberapa kali Jongin menghubungiku, memintaku untuk makan malam bersama atau hanya sekedar pergi ke suatu tempat, tapi aku menolak secara halus dan membuat pekerjaanku sebagai alasan. Aku tidak pergi ke manapun−pergi ke tempat yang biasa ku kunjungi, terutama kafe Minseok−sepanjang hari-hari itu. Aku tidak bertemu dengan Jongin, tidak Yoomi, tidak Kyungsoo, bahkan tidak juga Sehun.

Sejak kejadian malam itu, Sehun hanya menghubungiku sekali beberapa hari yang lalu, memberitahuku bahwa ia sedang melakukan beberapa pekerjaan penting dan pergi ke luar kota. Kuhargai perhatiannya yang dengan sengaja memberitahuku apa yang sedang ia lakukan, tapi apa yang harus kuharapkan dari Sehun setelah aku mengetahui tentang desain undangan pertunangannya? Walaupun itu hanya desain pertunangan, tapi tetap saja itu adalah rencana yang akan segera Sehun dan Junhee lakukan.

Melihat nama mereka berdua tersemat di bagian depan undangan itu adalah mimpi terburuk yang pernah ku alami sepanjang bersama Sehun. Herannya, aku justru menjadi semacam apatis dan tidak ingin tahu. Sehun mungkin tidak tahu aku telah mengetahui desain undangan mereka berdua yang tergeletak begitu saja di meja kamarnya waktu itu, atau bisa jadi dia telah mengetahuinya.

“Kau yakin tidak ingin melanjutkan semua rencana ini, Eunjoo?” Yuna meneleponku suatu hari di siang bolong saat sedang istirahat makan siang di kantor, aku makan seorang diri dan memesan makanan cepat saji.

Aku mengangkat panggilan Yuna, tapi aku tidak bicara apapun, tidak ingin bersuara.

“Jadi… kau memilih untuk tinggal diam saja, huh? Baiklah… kau memang lemah, sejak awal aku telah mengetahuinya.” Kata Yuna, menebak kenapa aku diam saja tidak menanggapi. “Kau tahu? Aku sedang berpikir untuk terus menyakiti Junhee dengan beberapa rencana, dan ada satu hal yang sangat aku tunggu-tunggu dari seluruh rencana ini.” Yuna berhenti, berdeham membersihkan kerongkongannya. “Aku ingin menyakiti Junhee tidak hanya perasaannya saja, secara fisik sepertinya menarik juga.” Ia berbisik di kalimat bagian akhir kemudian ia tertawa panjang. Aku tercekat, tidak percaya Yuna benar-benar berencana untuk melakukannya. Sangat keterlaluan.

Aku sudah membuka mulut dan hampir melontarkan kata-kataku sebelum ia menutup sambungan dan membuat keningku berkerut dalam. Apa Yuna sudah gila? Lalu aku harus bagaimana? Aku ingin melindungi Junhee, tapi aku tidak bisa. Sementara Sehun sedang sibuk dengan pekerjaannya. Kuharap Junhee juga sibuk dengan pekerjaannya sendiri dan pergi ke luar kota, sehingga Yuna tidak bisa bersentuhan dengan Junhee. Semoga saja.

-

Sore harinya, setelah kuputuskan untuk mengakhiri pekerjaanku lebih awal, aku dikejutkan dengan kedatangan seorang tamu yang amat sangat tak kuduga. Aku tidak pernah memikirkannya sedikitpun kejadian seperti ini akan benar-benar terjadi, karena bahkan bisa dibilang, aku tidak ingin kejadian ini terjadi, tapi kenyataan berkata lain ketika aku dengan sadar dan tidak salah sedikitpun melihat sosok yang sepertinya kukenal sedang berdiri beberapa meter di depanku, wajah seorang wanita yang dulu pernah kutemui beberapa kali di perpustakaan sekolah.

Aku mengingatnya dengan jelas sekarang, ketika ia berjalan melewatiku beberapa kali di depan kelas dan memasang senyum manis memamerkan bibir tipisnya, lalu berdiri di atas panggung dan menerima medali olimpiade SAINS sebagai juara pertama. Perawakannya yang tinggi dan rambutnya yang indah lurus terjurai ke bahu, memberi kesan ia adalah tipe gadis yang cerdas dan doyan bertahan di perpustakaan seperti kutu buku. Tapi di sanalah spesialnya Junhee, yang sekarang berdiri di samping mobilnya di depan tokoku.

Mata kami bertemu, untuk sepersekian detik aku ragu apakah aku harus menghampirinya setelah beberapa ulasan masa lalu kami yang terlintas di ingatanku atau aku harus berpura-pura tidak mengenalnya−karena sebenarnya aku juga tidak mengenalnya−dan berlalu saja tanpa memedulikannya.

Tapi apa yang kuragukan justru langsung terjawab ketika Junhee yang pertama menghampiriku.

Kini perasaanku berubah was-was, untuk apa Junhee menemuiku? Tentu saja aku tidak sebodoh itu untuk tidak memikirkan kemungkinannya adalah tentang Sehun pastinya. Tapi maksudku, untuk apa ia bertemu denganku?

Mungkinkah ia berniat melabrak dan mencaci maki apa yang kulakukan dengan Sehun? Jantungku kemudian berdegup kencang, membayangkan Junhee telah mengetahui apa yang kami lakukan di belakang punggungnya.

Sesampainya langkah Junhee di depanku, ia membungkuk dan memberiku salam, aku membalasnya dan membalas senyum yang terpasang di wajahnya. Oke, ini di luar dugaan, aku tidak pernah membayangkan Junhee akan tersenyum lagi padaku.

“Yoon Eunjoo, kan? Hai, aku Kim Junhee. Dulu kita bersekolah di SMA yang sama, aku mengingatmu tapi aku ragu apakah kau masih mengingatku atau tidak.” Katanya tanpa henti dan meringis.

Aku otomatis tersenyum walaupun kecanggungan tiba-tiba saja menyergapku. “Hai, Junhee. Aku mengingatmu tentu saja.” Balasku sebiasa mungkin, menyembunyikan suaraku yang mulai bergetar.

“Baguslah kalau begitu.” Ujarnya, lalu matanya menyapu ke dalam tokoku dan melihat beberapa orang keluar dan masuk melewati pintu depan.”By the way, apa pekerjaanmu sudah selesai? Kau keberatan kalau kita minum kopi bersama? Ada yang ingin ku bicarakan denganmu.” Ucapnya langsung, diakhiri dengan senyuman manis dan aku sedikit tercekat saat membayangkan aku bersama Junhee duduk berdua membahas Sehun. Meskipun aku sedikit keberatan karena ini terlalu mendadak, tapi aku mengiyakan Junhee.

“Pekerjaanku hari ini sudah selesai. Baiklah, minum kopi kedengarannya bagus.”

Dengan begitu kami berjalan beberapa langkah ke kedai kopi terdekat, tempat yang dulu kutempati bersama Yuna untuk pertama kalinya setelah ia muncul di tokoku.

Kami memesan kopi kami dan menunggunya di meja yang berada di tengah-tengah ruangan.

“Kurasa aku akan mengatakannya secara langsung saja.” Junhee memulai, setelah kopi kami tiba, aku menangkup sisi dari cangkir dengan kedua telapak tanganku, mencoba menghangatkan tubuh karena cuaca masih dingin. “Eunjoo, aku sudah tahu kau ada sesuatu dengan Sehun.” Jantungku rasanya sedang diremas-remas saat Junhee mengatakannya. “Apa kau menyukai Sehun?” tanyanya.

Tentu saja, apa yang mungkin Junhee tanyakan tidak akan pernah terpikirkan olehku sedikitpun, karena seperti yang sebelumnya kukatakan, bahkan Junhee menemuiku saja aku tak pernah memikirkannya sama sekali. Aku harus berbohong untuk melindungi Sehun dan diriku sendiri atau aku harus jujur dan mengakui seperti apa perasaanku sebenarny

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
marumero
My current on going story; Second Third. Luhan and OC in action, pls give me your support guys :)

Comments

You must be logged in to comment
irnacho #1
Chapter 20: yaelaaah si eunjoo knp ga bunuh diri sekali aja ya. harusnya dia sadar, secintanya sehun sama dia, tapi cintanya sehun ke dia ga lebih besar dari rasa cintanya ke junhee. buktinya sehun ga sedikit pun ngehalangin niat eunjoo pas dia mutusin buat mengakhiri hub mereka. sehun langsung bilang iya tanpa mikir lagi. gila, nyesek meeeeen waktu sehun bilang "baiklah, jika itu yg kamu mau." ih aku klo jd eunjoo udah nangis darah. dan udah fix ga mau ngarepin dia lagi. duh eunjoo nyakitin diri sendiri aja sih. dia mah pusing di buat sendiri.
irnacho #2
Chapter 18: dan sekali lagi aku harus bilang, eunjoo bodoh bgt klo dia masih mau pertahanin sehun setelah apa yg dia tahu dari mulutnya junhee. trus sukaaaa banget pas bagian moment eunjoo-jongin. duhduhduhduh pokoknya sukalah
irnacho #3
Chapter 17: yailah jongin, sepele bener ya alesannya wkwk
tapi mungkin itu jadi batas kekecewaannya dia kali ya, udah mah bete sama sikap eunjoo trus di tambah dia ga inget sama ulang tahunnya. iya sih pasti bakal kesel, sedih, marah, kecewa dan sebagainya. kayaknya jongin bener2 udah ke apus ya dari hatinya eunjoo? atau jangan2 selama ini yg eunjoo rasain ke sehun itu cuma sekedar pelarian. karena kan pas sehun dateng eunjoo blm bener2 bisa ngelupain jongin. bisa jadi bisa jadi. aku harap sih gitu ya. makanya eunjoo susah ngelepasin sehun karena ya emang sehun yg bikin dia nyaman setelah dua tahun itu dia berkutat dgn keterpurukannya. tapi ya tetep aja caranya salah.
irnacho #4
Chapter 15: aku mau komen tapi ga tau harus mau komen aku. terlalu gemes sama semua tokohnya aaarrrgh
irnacho #5
Chapter 12: Aaaarrrgh knp eunjoo oon bgt siiiih
Heuuuu gemes bgt deh pengen nyakar dia
irnacho #6
Chapter 11: Aduuuh baru ini aku baca ff dan ga suka sama tokoh utamanya. Eunjoo tuh ya, trlalu bodoh. Sangking bodohnya pengen bgt unyeng2 rambutnya dia heuheu
irnacho #7
Chapter 10: Eunjoo bikin penyakit doang. Nyakitin diri sendiri aja, udah tau salah masih di terusin ckck
irnacho #8
Chapter 9: Trus sehun jawab : "ga bisa, karena aku udah mau nikah sama junhee." Jederrrr
Knp eunjoo ga cb berpikir ke masa lalu ya? Dia kan prnh di selingkuhin, harusnya dia bs lbh bijaksana. Karena dia pasti tahu gmn sakitnya di selingkuhin. Sekarang dia yg jd selingkuhannya dan ibaratnya dia mau ngerebut sehun dari pacarnya yg udh kenal sehun jauh lbh lama dr dia. Jd keliatan egois.
irnacho #9
Chapter 8: Aduuuuh knp eunjoo jd bodoh bgt ya. Dulu dia bs ninggalin jongin yg udh pacaran lama, knp sama sehun yg baru kenal, istilahnya deketlah, beberapa bulan susah bgt buat ngelepasin?
irnacho #10
Chapter 7: Sehun kacaaaauuu
Dan entah knp aku malah pengen eunjoo balik sama jongin. Rada sebel aja gitu pas dia tau klo slama ini dia jd selingkuhan sehun tp si eunjoo bukannya marah malah nyium sehun. Ya Apa pun alasan sehun, apa yg dia lakuin tetep salah. Klo di terusin justru itu semakin bikin eunjoo sakit sendiri. Jd mending udahin aja. Msh ada jongin, ya walau pun dia jg prnh ngelakuin hal yg sama tp senggaknya jongin sekarang nyesel sama perbuatannya dan yg pasti dia cinta sama eunjoo. Di banding sehun yg nganggep eunjoo ga lbh dr cewe yg cuma di datengin klo lg butuh doang. Berasa kayak tempat sampah.