second chance

Description

Disclaimer           : super junior milik SME

                                 Personilnya (termasuk author) milik Tuhan YME dan Orang tua masing-masing

                                Story milik saya (fb : Nurnisa kartika damayanti)

Cast                       : Kim Ki Bum – main chara (18 years old)

                                 Choi Siwon – main chara (20 years old)

Rate                       : T for Teen

Genre                   : Romance, Hurt/Comfort, romance, first , OOC (maybe on both of them -_-)

Inspirated by     : video ‘kiss, because i’m a girl’

Author’s note    : typo(s), gaje,  , ff galau (Libur puasa cuman dikit), for flamer, i’ll hope you leave my ff soon.  Maybe the tittle is not suit with the story. First multichapter (oh no, it’s the second!!)

Don’t like don’t read!!

.

.

.

Seandainya aku bisa,

Aku ingin memutar waktu...

@@@

Kala itu, bumi Korea Selatan membelakangi matahari sehingga langit menampakkan warna hitam kelam yang dihiasi ribuan bintang dan sepotong croissant berwarna kuning cerah. Tampak jelas di salah satu jalan raya Seoul yang sepi tanpa ada aktivitas apapun disana. Maklum, hari itu sudah menunjukkan pukul 2 dini hari, sudah sewajarnya bila semua aktivitas dihentikan. Namun masih ada seorang namja berambut hitam pendek dengan kacamata hitam yang membingkai kedua bola mata hitamnya berjalan santai di pinggir.

Tubuh kecilnya terbungkus seragam sekolah berwarna hitam bergaris biru. Di bahunya terlihat tali tas yang ia pakai untuk bersekolah. Kedua katup bibirnya yang merah mengerucut, sedetik kemudian terdengar siulan merdu sesuai dengan irama lagu yang ia dengar di earset yang menempel di kedua telinganya.

Kakinya melangkah ringan menyeberangi jalan raya itu. Namun dari arah kanannya, terdapat sebuah mobil yang melaju kencang. Dan semuanya terjadi begitu saja. Sinar menyilaukan, bunyi tabrakan yang keras, darah yang bercecer, seseorang yang tergeletak pingsan di jalan, dan deru mobil yang melaju kencang meninggalkan peristiwa mengerikan itu. Jalan raya kembali lengang, tanpa seorangpun yang ada disana.

..

Uisa, apa yang terjadi padaku? Kenapa semuanya gelap?”

“Tenanglah, Kibum-ssi.”

“Aku tak perlu kata-kata penenang! Kau cukup beritahu apa yang aku alami!”

“Karena benturan keras dengan aspal saat kecelakaan itu, korneamu rusak.”

“A-a-apakah aku buta, Uisa?”

Nde...”

@@@

“Kibum, ayo makanlah. Sudah seharian kau tidak mau makan, bagaimana kau bisa sembuh?” ucap Kim Saehee-eonnie Kibum- dengan nada sedih melihat dongsaengnya hanya duduk termangu diatas ranjang putih tempat ia dirawat. Sedetik kemudian wajah Kibum mengeras, rasa kesal kembali menguasai perasaannya.

“Apakah dengan makan aku akan bisa melihat lagi, eonnie? Tidak bukan?!” sentak Kibum penuh amarah.

“Ki-Kibum...” isak tangis mulai menguasai ruangan putih yang terselimuti bau obat-obatan. Hati Kibum mencelos.

Mianhaeyo, eonnie. Aku hanya kesal, bisa biarkan aku sendirian disini? Jebal~” ujar Kibum melunak kepada eonnienya. Saehee hanya mengangguk kecil lalu berjalan keluar dari ruang inap Kibum.

Kriiett.

Eonnie, apakah itu kau?” tanya Kibum keheranan mendengar pintu dibuka berkali-kali.

“....”

Eonnie, jawab. Apakah kau eonnieku?” ulang Kibum lagi sambil meraba-raba mencari eonnienya, namun reseptor kedua tangannya merasakan bentuk wajah yang berbeda dari eonnienya. Hidung mancung, kedua mata lebar, alis tebal, bibir panjang seperti bibir Joker membuat tangannya tersentak menjauh dari objek rabaannya. Ia tak mengenal orang dihadapannya kini.

Siapa? Siapa orang yang ada dihadapannya?

“Kau siapa?!” tanya Kibum dengan nada tinggi walaupun raut ketakutan terpeta jelas diwajahnya.

“Ah, aku pasti mengagetkanmu. Mianhaeyo, Bummie-ah!” ucap namja itu tak menghiraukan pertanyaan Kibum. Jari tangannya menggaruk rambutnya yang tak gatal, tersenyum canggung.

“Tak usah bertele-tele! Kau hanya perlu mengucapkan namamu!” Seru Kibum tak sabar, jari-jarinya mencengkeram erat bantal putih yang sebelumnya menjadi sandaran ia duduk. Mungkin ia berinisiatif untuk melindungi diri dari namja asing dihadapannya.

“Ah, iya-iya. Kau begitu tak sabaran, Bummie-ah. Panggil saja aku Wonnie, itu panggilan akrabku,” jawab namja yang bernama Wonnie itu dengan nada riang.

@@@

“Uisa! Uisa!” teriak seorang namja atletis sambil menggendong Kibum yang berbalut seragam hitam yang basah akan darah di rumah sakit terbesar di Seoul. Semua ganhosa* yang mendapat jaga malam langsung siaga menyiapkan bed. Namja atletis itu langsung meletakkan Kibum diatas bed yang disediakan oleh ganhosa tersebut. Dan selanjutnya, ia berada di depan ICU.

Ia berjalan mondar-mandir sembari meremas-remas tangannya penuh kekhawatiran. Ia tidak peduli dengan kemeja putihnya yang berubah merah darah dari darah Kibum yang ia tabrak tadi. Bibirnya acapkali terdengar gumaman umpatan atas dirinya, mengutuk pada dirinya sendiri yang bertindak ceroboh. Dia tidak ingin menjadi pembunuh. Dia takut. Sangat takut.

Pip!

Terdengar suara lampu bertuliskan ICU yang berganti warna dari merah ke hijau. Sedetik kemudian seorang uisa keluar dari ICU yang langsung dihampiri namja bertubuh atletis itu.

“Bagaimana keadaannya, uisa?” tanya namja itu tak sabaran, bulir-bulir keringat terlihat jelas di wajah rupawannya. Uisa itu memasang wajah datar.

“Dia baik-baik saja, Presdir. akan tetapi korneanya rusak karena membentur aspal dengan keras,” ungkap uisa tersebut membuat namja itu-Sang Presdir- shock. Ia melangkah mundur perlahan, ia menatap tak tentu arah, otaknya serasa tak berfungsi dengan baik. Ia telah membuat orang lain buta, apa yang harus ia lakukan?

“Tapi ia bisa melihat lagi dengan donor kornea,” lanjut sang uisa membuat Sang Presdir mengangkat wajahnya kembali, mendekati sang uisa dan mencengkeram kuat kedua tangan uisa tersebut.

“Kalau begitu, aku mohon carikan ia donor kornea secepatnya!” pinta Sang Presdir bersungguh-sungguh. Ia ingin menebus kesalahannya, apapun caranya!!

“Maaf, mencari donor kornea itu sangat susah. Tak banyak orang yang mau mendonorkan matanya, sehingga stok kornea sangat langka. Jeongmal Mianhaeyo, Presdir” ujar uisa menundukkan kepalanya.

 Tubuh Sang Presdir itu mendadak merosot jatuh. Paru-parunya terasa sempit-terbakar. Oksigen yang ia hirup serasa tak berarti, ia mulai kesulitan bernafas. Matanya berkunang-kunang dan cahaya putih mendadak menyergapnya.

Bruk.

“Ganhosa! Cepat tolong aku!! Presdir collaps lagi!” teriak uisa sembari menahan tubuh Sang Presdir agar tak menyentuh lantai. Tak lama kemudian, beberapa ganhosa membawakan bed untuk Sang Presdir.

Dan koridor rumah sakit kembali sepi.

@@@

Seandainya aku diberi kesempatan kedua,

Aku akan memperbaiki semuanya...

@@@

Annyeong, Bummie-ah! Aku membawakan jeruk kesukaanmu!!” seru Wonnie riang ketika berkunjung ke tempat inap Kibum. Kibum menghela nafas malas.

“Untuk apa kau kembali lagi? bukankah kau sudah kuusir kemarin? Apa telingamu tuli?” tanya sekaligus sindir Kibum sinis, Wonnie mengulum senyum seraya mengupas jeruk yang ia bawa barusan.

“Bisa dibilang seperti itu. Ayo, Bummie, aaaa~ bulan sabit akan gerhana~!” jawab Wonnie seraya menyuapkan sepotong jeruk yang ia kupas tadi. Kibum menghempaskan tangan Wonnie keras.

“Aku bukan anak kecil!” Wonnie terkikik kecil.

“Tapi kau masih bersekolah, itu berarti kau masih kecil. Ayo Bummie, makan jeruknya~” Rayu Wonnie kembali menyuapkan jeruk untuk Kibum. Akhirnya Kibum mau memakannya.

“Memangnya kau sudah lulus ap.. uhuk-uhuk!!” tanya Kibum terpotong karena ia tersedak. Dengan sigap Wonnie menyodorkan segelas air putih yang sudah tersedia di meja kecil dekat ranjang Kibum.

“Makanya, kalau makan telan dulu sampai habis baru bertanya. Dasar anak kecil,” Wonnie kembali tertawa kecil membuat rona malu berpendar tipis di kedua pipi chubby Kibum.

“Aku bukan anak kecil, Wonnie-ah!!” seru Kibum berusaha menutupi rasa malunya, Wonnie tersenyum kecil lalu tangan kekarnya bergerak untuk membelai surai hitam milik Kibum.

“Yayaya, kau bukan anak kecil lagi. Tapi bayi...” olok Wonnie yang membuat Kibum semakin kesal sekaligus malu. Kesal karena dia diperolok bayi, malu karena rambutnya tersentuh oleh belaian hangat Wonnie yang notabene namja asing yang ia kenal kemarin.

“Lihat, wajahmu sekarang seperti bayi yang akan menangis. Sungguh lucu,” ujar Wonnie masih menyuapkan jeruk ke mulut Kibum. Kibum tak membalas apa-apa, dia sudah terlanjur malu.

Eh, malu?

Kenapa ia harus malu? Bukankah harusnya ia marah karena diperolok sebagai bayi, bahkan bayi yang akan menangis? Tapi kenapa ia malu? Dan kenapa ia harus mau disuapi oleh namja asing yang baru ia kenal kemarin? Kenapa ia merasa nyaman bersama Wonnie? Jangan bilang kalau ia mulai menyukai Wonnie.

“Eh, kenapa kau menggelengkan kepalamu, Kibum-ah? Tidak terima dengan perkataanku barusan?” tanya Wonnie keheranan melihat Kibum menggelengkan kepalanya berkali-kali.

A-aniyo~ oh ya, kau belum menjawab pertanyaanku barusan. Memangnya dirimu sudah bekerja lantas mengataiku bayi?” tanya Kibum berusaha mengalihkan pembicaraan, Wonnie tersenyum lebar.

“Tentu saja! Bahkan pekerjaanku sungguh mulia!” jawab Wonnie semangat.

“Memangnya apa pekerjaanmu itu? Sampai-sampai kau bangga sekali dengan pekerjaanmu,” tanya Kibum datar walau di dalam hatinya ia sangat penasaran dengan pekerjaan namja asing yang ada dihadapannya kini.

“Kau sungguh-sungguh ingin tahu, Bummie-ah?” tanya Wonnie memastikan, Kibum mengangguk kecil. “Baik, kalau begitu aku akan mengajakmu keluar dari tempat yang menyesakkan ini!” ucap Wonnie seraya membawa infus Kibum. Ia menuntun perlahan-lahan Kibum keluar dari ruang inapnya.

...

“Baik, kita sudah sampai!!” seru Wonnie dengan nada riang.

Oddieseyo?” tanya Kibum keheranan, semua yang ia lihat hanyalah kegelapan tanpa cahaya setitikpun.

“Yaaaa~ Wonnie hyung datang!!” seru anak-anak bersemangat membuat Kibum refleks menutup telinganya. Wonnie terkikik geli.

“Ya, jangan ketawa! Cukup kau beritahu ini dimana!” seru Kibum kesal karena Wonnie tertawa melihatnya menutup telinga.

“Tentu saja, di ruang inap khusus anak-anak! Kau kan sudah mendengar suara mereka bukan?” jawab Wonnie. “Ya, hyung membawakan teman baru! Namanya Kim Kibum, kalian boleh memanggilnya Bummie hyung. Arraseo?”

Arraseoyo, hyung!! Annyeong Bummie hyung!!” seru anak-anak kompak. Tak ada nada sedih yang terdengar di telinga Kibum, seakan mereka hanyalah anak-anak biasa yang sedang bermain di lapangan.

“Bummie, ayo sapa mereka!” perintah Wonnie menyenggol lengan Kibum. Kibum yang semula melamun langsung tergagap.

“Eh, emm.. annyeong!!” sapa Kibum kaku.

“Lumayan.” Bisik Wonnie pelan. “Baik, siapa yang ingin balon plus permen coklat??” tanya Wonnie semangat, semua anak-anak yang ada disana mengangkat tangannya.

“Aku hyung!!”

“Aku oppa!”

“Aku ingin 5 permen!!”

“Ah, sabar-sabar semua dapat bagian,” ujar Wonnie seraya tersenyum. “Diam disini, aku mau membagikan dulu permennya,” bisik Wonnie sambil menyerahkan kantong infus kepada Kibum.

“Bukankah itu perbuatan ilegal Wonnie-ah?” tanya Kibum dengan nada pelan.

“Sekali tempo mereka juga butuh manisnya kehidupan, Kibum-ah,” jawab Wonnie yang dilanjutkan dengan membagikan permen coklat kepada anak-anak.

“Nah, setelah makan permen coklat akan ada pertunjukan spesial dari Bummie-ah! Yaitu, membacakan cerita!!” ujar Wonnie bernada semangat. Anak-anak berseru senang sedangkan Kibum melotot marah.

“Kenapa harus aku?” tanya Kibum tak terima.

“Kudengar kau pernah menjuarai lomba mendongeng saat kecil. Sudah saatnya kau menerapkan keahlianmu, Bummie-ah!” jawab Wonnie membuat rona merah kembali berpendar di kedua pipi Kibum. Aneh, kenapa ia harus tersipu malu ketika mendengar pujian dari Wonnie? Molla.

N-nde,

...

“Dan akhirnya, Putri Salju menikah dengan Pangeran. Happy end!!” seru Kibum ceria diakhir ceritanya, semua anak bertepuk tangan senang membuat Kibum tersenyum lebar.

Cklek.

“Ah, sepertinya hyung dan Bummie-ah harus pergi. Besok Hyung akan kembali lagi. ingat, makan yang teratur juga minum obatnya. Jangan sampai Hyung melihat ada butir obat di bak sampah, arraseo?” ujar Wonnie panjang lebar, semua anak mengangguk.

Arraseoyo, hyung!

“Nah,  ganhosa, silahkan periksa mereka. Kami permisi dulu,” pamit Wonnie kembali menuntun Kibum kembali ke ruang inapnya.

“Kau senang, Bummie?” tanya Wonnie. Kibum mengangguk kecil.

“Kau tahu, anak-anak yang kita kunjungi tadi adalah para pasien penderita kanker,” Kibum tercekat mendengarnya. “Tapi apa kau tahu kenapa mereka masih bisa tersenyum bahkan tertawa?” Kibum menggeleng lemah. “Karena mereka masih bisa bersyukur dapat melihat matahari cerah yang menghangati tubuh mereka, melihat lukisan alam yang mempesona, dan merasakan kehangatan kebersamaan,”

“Sayangnya, aku tidak bisa merasakan itu semua. Aku buta, semua terlihat gelap. Bahkan mataharipun tetap tak mampu memberikan setitik cahaya bagiku. Dan aku tak pernah tau bagaimana rasanya memiliki teman,” sanggah Kibum dingin, Wonnie menoleh ke arahnya.

“Kalau kau tak bisa melihat semuanya, aku rela menjadi matamu. Aku bisa menceritakan semuanya yang ingin kau lihat. Dan kalau kau tidak pernah tahu rasanya memiliki teman, maka sekarang kau telah mendapat seorang teman terdekat khusus untukmu,” jelas Wonnie.

Jinjja?”

Nde,

...

“Istirahatlah, Bummie-ah,” perintah Wonnie sembari menyelimuti Kibum yang sudah terbaring di ranjang tempat ia dirawat. Kibum mengangguk kecil.

“Kau harus menungguiku hingga aku terbangun,”

Nde,” Kibum langsung menutup kedua matanya, ia menyunggingkan senyum ketika tangan kekar Wonnie membelai rambutnya. Perasaan hangat menjalar cepat di seluruh tubuh Kibum dan ia menikmatinya. Ia mulai terlelap.

“Hnggh~” terdengar suara desahan kecil dari mulut Wonnie, ia langsung menarik tangannya yang sebelumnya membelai surai hitam lembut Kibum. Ia berlari keluar dari ruang inap Kibum, kemudian bersandar pada tembok koridor rumah sakit.

Ia kembali merasakan kesakitan yang luar biasa pada paru-parunya, bulir-bulir keringat membasahi wajahnya. Pandangannya mulai tak fokus seiring berkurangnya oksigen yang ia hirup kemudian pandangannya memutih semua.

 “Presdir!!”

-TBC-

.

.

.

#Choi Ha Rin cuap”

Akhirnya diriku mereleasekan (?) FF multichapter!! Yeeay~ banzaaiiiiiiiiiii!!! Semua angkat tangan, eh ga usah! Nanti author pingsan trus dipeluk-peluk ama abangku ntar gaswat (reader + siwonest: bakar aja nih authornya!)

Ayo kira” kalian bisa ga nebak ini cerita bagaimana kelanjutannya? Yang bener ntar aku anterin bias bakar madu.. (dibakar ELF)

Akhir kata, gue-Choi Ha Rin- yeoja imut nan lucu yang nantinya jadi calon member tambahan SUPER JUNIOR H meminta dengan hormat kepada Readers sekalian untuk mengomentari FF multichapter pertama saya (sebenernya sih ini yang kedua, tapi FF multichapter yang dulu ilang bersama Flashdisk saya T,T).

Bila perlu, kasih Kritik disertai saran yang membangun ya!!

Cheers,

Captain Wonwon!!

Comments

You must be logged in to comment
pignie1 #1
this fanfic is so great ^^
I love your writing style
I'm feeling like watching the real show..
good job dear..
sapphirewing #2
can you write this fic in English? I'm sorry if I'm asking for too much but I'm really grateful & happy if you do so >.< Well~ since I'm from Malaysia, I can't understand some of them :( Anyway, I LOVE THIS FIC! Hope you can update ASAP!