Chapter 7

Never Let Me Go [Indonesian]
Please Subscribe to read the full chapter

Untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku bangun terlambat di Sabtu pagi dengan sedikit sakit kepala yang masih bertahan di bagian belakang kepalaku. Aku turun tepat setelah mandi dan mengenakan pakaianku—celana jins berwarna batu, kaos oblong dan sepatu kets. Aku sedang berjalan ke dapur mencari sesuatu untuk dimakan ketika aku melihat seseorang di ruang tamu kami.

Seseorang yang seharusnya berada di tempat kerja pada jam sekarang.

Ibuku sedang berbaring di sofa. Dia masih mengenakan pakaian kerjanya, rambutnya berantakan, sebatang rokok di jarinya dan isi tas bahunya berceceran di seluruh lantai. Aku bertanya-tanya apa ibuku benar-benar tidur di sini. Ketika aku tiba lebih awal pagi ini, ibuku belum pulang. Aku juga berasumsi adikku yang berusia enam tahun, Young Soo, tidur di apartemen Bibi Sora lagi karena ibu tidak bisa menjemputnya di sekolah.

"Ibu?" Bisikku, mengambil langkah pelan. Aku mengguncang bahu ibuku sedikit. "Ibu." Aku memanggilnya lagi, sedikit lebih keras kali ini.

Untuk sesaat, ibuku tidak bergerak. Lalu, perlahan-lahan, dia mendongak. Pada awalnya, ibuku menyipitkan mata padaku seolah mencoba mengenali siapa yang berbicara dengannya dan kemudian wajahnya merekah menjadi senyum malas. "Hana? Hanaku yang cantik ... " kata ibuku, suaranya serak dan napasnya bau alkohol. Ibu mengulurkan tangan dan menyentuh pipiku, aku menahan diri tidak mengambil langkah mundur. "Putriku yang sangat cantik ..." gumamnya.

"Ibu, kau tidur di sini?" Aku bertanya meskipun aku sudah tahu jawabannya. Aku bergerak menuju jendela dan membuka tirai.

"Ow!" Ibu mengerang saat ia terduduk di sofa, menutupi matanya dengan tangannya sementara cahaya matahari menerobos ke ruang tamu. "Hana! Kepalaku berdenyut-denyut!" Rengeknya seolah itu adalah salahku, dia menekan pelipisnya.

Aku menggigit bibir bawahku kesal dan menghela napas dalam-dalam untuk menenangkan diri. "Ibu—"

"Bisakah kau membuatkanku kopi, Sayang?" Tanya ibu. Dia tersenyum manis padaku.

Aku tidak mengatakan sepatah katapun dan berbalik ke dapur. Aku membuka lemari, mengambil cangkir, menuangkan kopi dari mesin pembuat kopi.

"Oh, dan Sayangku?" Ibu memanggil saat aku menuju ke ruang tamu, "Bisakah kau memberiku beberapa aspirin, juga? Sakit kepala ini seperti membunuhku... " Ibu menyerukan suara frustrasinya.

Aku mendengus dan kembali ke lemari obat dan mengambil wadah putih.

"Terima kasih, Sayang, kau sangat manis." Kata ibu dengan suara ceria. Dia mengacungkan jari ketika aku membuka mulut untuk mengatakan sesuatu. Ibu mengambil dua buah pil dan meminum kopinya. "Menyenangkan ..." gumamnya kemudian.

"Ibu, bukankah kau seharusnya berada di tempat kerja?" Aku akhirnya bertanya, sambil duduk di kursi yang berdekatan dengan sofa.

"Hari ini hari Sabtu, Hana." Ibu beralasan.

"Perusahaanmu menelepon hari itu," kataku, memberi ibuku tatapan tajam, "Mereka menginginkanmu untuk menghadiri pekerjaan hari ini karena kau melewatkan dua hari pekan lalu. Dan kau telah menyetujuinya. "

Ibu mendesah putus asa. "Oh, Sayang." Katanya, menatapku. Matanya sedikit sembab dan aku berasumsi dia menangis lagi saat tidur. "Aku mencoba untuk bangun pagi-pagi, Hana ... Aku sungguh-sungguh. "

"Jam berapa kau tiba tadi malam?" Tanyaku.

"Aku tidak benar-benar yakin." Kata ibu, menggaruk sisi kepalanya. "Tapi aku terjebak bersama beberapa teman lamaku dalam perjalanan pulang semalam. Aku pikir karena kita belum bertemu satu sama lain dalam beberapa saat, akhirnya aku bergabung dengan mereka." Dia tersenyum padaku.

Aku memaksakan diri untuk tersenyum. "Itu bagus ..." Aku menghela napas dan kemudian teringat sesuatu. "Apakah Young Soo ditempat Bibi Sora?"

"Oh, ya, Sayang." Kata ibu, bangun dari kakinya. "Apa kau akan keluar hari ini? Bisakah kau menjemputnya saat perjalanan pulang, Sayang?" Dia menuju tangga, menyampirkan tasnya pada lengannya yang kurus.

"Apa kau akan bekerja?" Tanyaku perlahan berdiri.

Ada jeda. "Ya." Kata ibu dan kemudian dia menghilang ke dalam kamarnya.

Aku melihat ke sekeliling ruang tamu yang berantakan. Aku baru membersihkannya sebelum pergi semalam. Beberapa isi dari tas ibuku masih tersisa di lantai, aku membungkuk dan mengambil sebuah dokumen, aku tidak ingin membacanya karena bukan kebiasaanku untuk mengungkit urusan orang lain tapi selembar kertas ini menarik perhatianku . Itu tidak terlihat seperti memo lama, aku tidak perlu membaca seluruh teks untuk mendapatkan isi pesan yang tertulis disana.

Tidak lagi, aku membatin, merasa terpukul. Aku meninggalkan dokumen di tengah meja dan naik ke lantai atas, ke kamar tidur ibuku.

"Ibu?" Aku memanggilnya saat ia berada di lantai atas.

"Ya, Sayang?" Kata ibu. Ketika aku memasuki kamar mandi, dia sudah mengenakan baju mandi, wajahnya sudah dibersihkan dari make up dan, untuk sesaat, aku pikir ibuku kembali.

Ibuku.

Ibuku yang biasa memelukku sebelum tidur, yang suka membaca buku-buku denganku setiap malam sebelum tidur, yang menyisir rambutku dan menyanyikan lagu-lagu denganku, ibu yang selalu mengatakan padaku bahwa ia mencintaiku dan betapa aku sangat istimewa dan hebat ...

"Kau dipecat." Kataku lugas.

Ibu tidak mengatakan apa-apa, dia mengalihkan pandangannya dan berbalik untuk menyalakan shower didalam kamar mandi.

"Kau tidak berencana untuk memberitahuku?" Tanyaku, mengambil langkah. Ibu masih tidak bergerak. "Ibu, itu adalah pekerjaan keempatmu tahun ini."

"Ak

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
suthchie #1
Chapter 55: Akhirnya selesai juga...

Wahhh ngak nyangka lho kalo ceritanya bakal publish selama itu...
Bersyukur aku dapat rekomendasi ff ini udah selesai... Bahakan aku cuma butuh waktu beberapa hari buat bacanya...
Soalnya aku tuh tipe orang yang ngak berhenti untuk penasaran sama cerita kalo belum selesai...
Pokoknya terima kasih banyak buat temenku yang udah merekomendasikan ff ini...

Secara keseluruhan aku suka cara menyampaikan ceritanya, ngak terburu buru tapi juga ngak ngebosenin...
Apalagi cast nya si jongin...

Pokoknya terimakasih buat authornya
yang udah bikin cerita yang hebat
suthchie #2
Chapter 54: Akhirnya balikan juga...
Jongin orang baik. Hana sangat beruntung memilikinya
suthchie #3
Chapter 53: Kuanggap itu sebagai tanda balikan...
Semoga
suthchie #4
Chapter 52: Cobaan hana terlalu berat...
suthchie #5
Chapter 51: Semoga ibu hana benar2 menjadi baik
suthchie #6
Chapter 49: Minjee trtaplah berada di sisi hana...
suthchie #7
Chapter 50: Untunglah hana punya sahabat baik seperti minjee...
suthchie #8
Chapter 48: Kenapa kau mengambil keputusan iyu hana...
Aku yakin, jongin sangat hancur...
suthchie #9
Chapter 47: Yang aku kawatirkan akhirnya trrjadi...
Pasti daehyun memberi tau hal buruk pada jongin
suthchie #10
Chapter 46: Itu hal baik hana... Semoga