Chapter 3
Never Let Me Go [Indonesian]Seperti yang diperkirakan, perjalanan ke rumah Yixing agak terasa canggung. Yah, setidaknya untukku. Gadis itu sibuk bercakap-cakap dengan Jongin, meskipun respon untuknya terbilang pendek.
"Omong-omong, siapa namamu?" Gadis itu tiba-tiba bertanya padaku.
Dia berbalik menghadapku dan aku tiba-tiba menyadari betapa cantik gadis ini saat melihatnya lebih dekat. Wajahnya tampak bersinar dan sosok seperti-modelnya yang cantik mengejutkan. Mata cokelatnya yang besar berkilauan, bibirnya melengkung menyeringai dan jika aku tak salah, dengan sesuatu yang tak menyenangkan didalam seringaiannya itu.
"Namaku Cho Hana." Kataku dengan suara netral.
Gadis itu menautkan alisnya, berpikir. "Mengapa namamu sepertinya pernah aku dengar?." Tanyanya.
Sebelum aku bisa berbicara, Jongin memotongnya. "Dia seorang penulis untuk majalah sekolah."
"Benar." Kata gadis itu sambil melirik Jongin lalu kembali padaku. Aku tahu ia ingin mengatakan sesuatu selain itu tapi ragu-ragu. "Baiklah, namaku Park Eun Hee. Aku murid pindahan." Ia tersenyum padaku, bukan apa-apa melainkan ramah.
Aku memaksakan diri untuk tersenyum. "Senang mengenalmu."
"Kau akan mewawancarai Jongin, kurasa?" Eun Hee bertanya, melirik ke samping pada Jongin yang beralih ke trotoar.
"Ya." Kataku, mulai merasa semakin tidak nyaman.
Eun Hee tersenyum dan ia memastikan aku tahu itu senyum palsu. "Bagus." Katanya dan kemudian ia membalikan punggungnya kearahku.
Setelah beberapa saat, Jongin memperlambat mobilnya dan berhenti. Jongin yang keluar pertama sementara Eun Hee memanggil Jongin untuk menunggunya. Aku terakhir turun dari mobil dan memperhatikan beberapa mobil lainnya kini terparkir di halaman depan yang luas.
Rumput halaman telah dipangkas sempurna dengan menyisakannya sedikit dan lampu-lampu kecil di mana-mana. Aku mendongak dan melihat sebuah gerbang besi tinggi dengan karakter Cina tertulis di atasnya. Aku melihat Yixing keluar dari mobilnya sendiri bersama dengan Baekhyun dan lainnya. Rahangku hampir jatuh ketika aku berbalik, di depan halaman yang indah adalah sebuah rumah bergaya kontemporer berukuran besar. Aku mendengar Keluarga Yixing sebelumnya di China cukup kaya tapi aku tak tahu bahwa keluarga Yixing sekaya ini. Selain itu, Yixing tidak benar-benar membual tentang hal itu, tidak seperti anak orang kaya lainnya yang sekelas denganku. Bahkan ia sangat rendah hati dan ramah.
"Aku harap kalian bersenang-senang di sini." Eun Hee berkata padaku sinis. Sebelum aku bisa menjawab, Eun Hee membuka mulut dan menyeringai, "Dan omong-omong, namamu terdengar akrab untukku, karena temanku Dae Hyun bercerita banyak tentangmu." Dia mengedip jahat padaku dan melenggang bersama tamu lain menuju ke dalam rumah dan mengaitkan lengannya pada Jongin.
Aku benci itu tapi aku merasa diriku menyusut kembali ketika aku melihat ia menghilang ke dalam rumah.
Dae Hyun. Apa yang mungkin ia ceritakan pada Eun Hee tentang diriku?
"Hei," muncul Sehun disampingku dengan senyum yang menyilaukan. "Kita harus masuk ke dalam." ia berkata, "Sudah mulai dingin di sini."
Aku memberinya senyum dan mengangguk.
------
Saat aku melangkah ke dalam rumah keluarga Zhang, aku bertanya-tanya di mana orangtuanya karena ia hampir mengubah tempat mereka menjadi zona liar. Bass begitu keras dan hampir menggetarkan dinding rumah. Aku tidak berpikir begitu banyak orang akan datang tapi sekali lagi, aku tidak benar-benar tahu apa yang diharapkan pada pesta semacam ini. Aku mulai meragukan keputusanku untuk datang ke sini. Setiap sudut rumah penuh sesak dengan orang-orang, obrolan, tertawa, minum dan pada dasarnya bersenang-senang. Aku melihat sekilas beberapa pasangan bercumbu di sofa dan di lorong dan aku benar-benar mulai berpikir pergi ke sini adalah kesalahan.
Sehun dan aku menyingkirkan diri keluar dari kerumunan dan ketika kami mencapai lorong yang tidak ramai, aku bisa mendengar musik RnB dimainkan dari kejauhan. "Ada lantai dansa di halaman belakang." Sehun memberitahuku sambil menyeretku ke sana. Aku tak tahu mengapa ia ingin aku pergi ke sana tapi aku tak akan pernah menari di sana dalam keadaan apapun.
Dan Yixing telah mengubah halaman belakang mereka menjadi semacam klub. Ada lampu berkelip di mana-mana, sekelompok orang berkumpul di lantai dansa dan menari dengan sepenuh hati. Beberapa tamu memutuskan untuk tinggal di bangku kayu di samping kolam renang dan mengobrol. Atau yang lainnya. Sehun mengatakan padaku untuk menunggunya di sana sementara ia mencari sesuatu untuk diminum.
"Hana!" Itu Baekhyun, berjalan ke arahku beberapa menit setelah Sehun menghilang. "Min Jee telah datang?" Tanyanya, mencondongkan tubuh ke arahku sedikit sehingga aku bisa mendengarnya. Aku menatapnya sejenak, mengamati apakah dia mabuk atau tidak. Dia tampak mabuk, kurasa.
Aku menggeleng. "Belum." Kataku padanya sedikit lebih keras karena teredam musik. "Dia akan menghubungimu setelah dia menuju ke sini."
Baekhyun menganggukan kepalanya. "Benar." Katanya dan memeriksa telepon. "Oh! Dia mengirimiku pesan." Ia membaca pesan teks itu dan tertawa. "Dia mengatakan padaku untuk mengawasimu atau dia akan menendang pantatku jika seseorang yang kacau bersamamu."
Kami tertawa dan kemudian Sehun kembali dengan dua gelas plastik di masing-masing tangan. "Aku hanya punya satu untuk Hana." Sehun memberitahu Baekhyun ketika ia melayangkan pukulan lain di tangannya.
Baekhyun merengut padanya dan mengatakan pada kami ia akan mendapatkan sesuatu untuk dirinya sendiri. Untungnya, minuman yang Sehun dapatkan adalah es teh, ia bergumam padaku. Ia belum diizinkan untuk minum tapi ia ingin berpura-pura "minum". Semenit kemudian, aku bertanya pada
Comments