Chapter 27

Never Let Me Go [Indonesian]
Please Subscribe to read the full chapter

Aku terbangun keesokan harinya dengan senyum dan bersinar, perasaan bersinar. Aku tahu aku sedang bertingkah bodoh tapi aku tidak bisa menahan senyum seperti seorang idiot. Aku begadang semalam. Aku berbaring terjaga, mengulang adegan di studio tari berapa kali, aku tidak tahu.

Aku tidak percaya itu telah terjadi, pikirku sambil tersenyum pada langit-langit kamar tidur dan mendesah. Aku menyentuh bibir bawahku dan aku masih bisa merasakan kehangatan dan kelembutan Jongin. Aku berguling ke sisi tempat tidur, wajahku di tanganku dan tertawa seperti anak kecil.

"Ya ampun, Hana!" Aku menegur diriku sendiri karena aku duduk di tempat tidur dan menatap kembali bayanganku di cermin panjang tepat di seberang tempat tidurku. "Hentikan! Kau sangat konyol!"

Aku menatap diriku sendiri dengan tajam tapi aku baru menyadari betapa absurd semua ini dan mulai tertawa.

"Hana?"

Aku langsung berhenti tertawa dan berbalik ke pintu. "Youngie?"

Adikku berdiri disamping pintu memasang ekspresi bingung di pipi chubbynya. "Apa kau ... baik-baik saja?" Tanyanya.

"Y-ya ... aku baik-baik saja." Jawabku tersipu-sipu, menyelipkan seikat rambut ke belakang telingaku. "Sudah berapa lama kau berdiri di sana?" Aku bertanya, malu-malu.

"Baru saja." Kata Young Soo, mengangkat bahu. "Ketika aku masuk kau sudah cekikikan."

"Ya, a-aku berlatih untuk ... eh, drama sekolah." Aku tidak percaya aku menjelaskan kepada seorang anak berusia enam tahun.

"Bisakah aku menontonnya?" Ia tersenyum polos.

Aku tertawa karena wajah menggemaskannya. Aku turun dari tempat tidur dan berjalan ke arahnya. "Mungkin." Kataku berlutut sehingga aku bisa mencubit pipinya. "Di mana ibu?" Aku bertanya, mengubah topik pembicaraan.

"Di lantai bawah." Young Soo mengatakan, "Dia memintaku untuk membangunkanmu. Aku pikir ibu berlatih untuk drama juga, karena dia cekikikan sepertimu."

"Benarkah?" Kataku sambil tertawa kecil. "Baiklah. Aku akan bersiap-siap untuk sekolah dan aku akan turun untuk sarapan, oke?"

Young Soo mengangguk dan kemudian ia meninggalkan kamarku.

Aku bangkit dan mendesah. Aku benar-benar perlu mendapatkan akal sehatku kembali, pikirku sambil melangkah di kamarku untuk mengambil handuk yang menggantung di kursi. Mataku menangkap jam digital disamping lampu tidur dan tersentak. Aku akan terlambat ke sekolah!

Aku menghabiskan beberapa menit dengan terburu-buru bersiap ke sekolah. Aku menatap cermin dan aku masih belum menyisir rambut. Aku meraih ranselku dan turun saat aku menyisir rambutku.

"Hana," kata ibu segera setelah aku memasuki dapur kami. Ia membantu Young Soo mengurusi sarapannya. "Kau kesiangan, Sayang."

"Aku tahu." Ujarku kesal dengan diriku sendiri. Aku meraih sepotong roti dan memasukkannya ke dalam mulutku dan mengunyahnya sangat cepat.

"Aku berusaha untuk membangunkanmu tapi kau tidur seperti orang mati." Ibu merenung saat ia melihatku meneguk segelas susu diatas meja makan. "Dan aku ingat tadi malam kau pulang tepat waktu, jadi—"

"Aku hanya lelah." Aku berbohong padanya. "Aku lebih baik berangkat." Kataku memberinya dan Young Soo kecupan di pipi.

"Hana!" Ibu berteriak saat aku berlari menuju pintu. "Naik taksi saja." Katanya mengulurkan tangan ke arahku dan memberiku uang. "Jika kau naik bus di jam-jam sekarang, kau pasti akan terlambat ke sekolah."

Aku tersenyum pada ibu dan mengambil uang dari tangannya. "Terima kasih, Bu."

Ia tersenyum ke arahku dan kemudian aku berbalik dan meninggalkan rumah.

Untungnya, aku berangkat menuruti ide ibu untuk naik taksi, jika tidak, aku akan sangat terlambat. Aku hanya memiliki beberapa menit sebelum gerbang sekolah ditutup. Salah satu guru sudah memposisikan dirinya disamping gerbang—orang yang mencatat siswa yang terlambat dan mereka membersihkan lorong jika mereka terlambat tiga kali berturut-turut. Detik saat aku melangkah ke dalam gerbang, bel untuk mata pelajaran pertama berdering di seluruh sekolah.

Aku menggelengkan kepala pada guru yang berdiri di depanku. "Saya tidak terlambat, Pak." Kataku, dengan sedikit keberuntungan. "Saya sudah berada di dalam sekolah ketika bel berbunyi."

Mr. Kwon, guru itu, melirik jam tangan dan ia kembali menatapku. Ia hanya mengerutkan bibirnya dan kemudian ia memberi isyarat bagiku untuk pergi.

Aku tersenyum padanya dan berlari ke dalam sekolah. Setelah beberapa saat, aku mendengar suara menggelegar Mr. Kwon di belakangku dan aku berasumsi akan ada siswa yang membersihkan koridor nanti. Berbicara tentang koridor, sebagian besar sekarang agak kosong. Ada beberapa siswa cepat-cepat untuk sampai ke kelas mereka, termasuk aku. Aku buru-buru naik tangga dan berjalan cepat menuju kelasku.

Saat aku mendekati ruangan, aku bisa mendengar suara guruku dari kejauhan di balik pintu, sedang memanggil nama mereka satu persatu. Terengah-engah, aku berhenti di depan pintu dan mengambil napas dalam-dalam dan aku memutar kenop pintu.

"—Cho Hana." Guruku berkata saat aku berjalan di dalam ruangan.

"Di sini!" Aku berseru, berdiri didekat pintu. Seperti yang dibayangkan, perhatian semua orang tertuju padaku. "Apakah saya terlambat?" Aku bertanya kepada guruku ragu-ragu.

"Hampir." Katanya mengerucutkan bibirnya padaku. "Silakan

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
suthchie #1
Chapter 55: Akhirnya selesai juga...

Wahhh ngak nyangka lho kalo ceritanya bakal publish selama itu...
Bersyukur aku dapat rekomendasi ff ini udah selesai... Bahakan aku cuma butuh waktu beberapa hari buat bacanya...
Soalnya aku tuh tipe orang yang ngak berhenti untuk penasaran sama cerita kalo belum selesai...
Pokoknya terima kasih banyak buat temenku yang udah merekomendasikan ff ini...

Secara keseluruhan aku suka cara menyampaikan ceritanya, ngak terburu buru tapi juga ngak ngebosenin...
Apalagi cast nya si jongin...

Pokoknya terimakasih buat authornya
yang udah bikin cerita yang hebat
suthchie #2
Chapter 54: Akhirnya balikan juga...
Jongin orang baik. Hana sangat beruntung memilikinya
suthchie #3
Chapter 53: Kuanggap itu sebagai tanda balikan...
Semoga
suthchie #4
Chapter 52: Cobaan hana terlalu berat...
suthchie #5
Chapter 51: Semoga ibu hana benar2 menjadi baik
suthchie #6
Chapter 49: Minjee trtaplah berada di sisi hana...
suthchie #7
Chapter 50: Untunglah hana punya sahabat baik seperti minjee...
suthchie #8
Chapter 48: Kenapa kau mengambil keputusan iyu hana...
Aku yakin, jongin sangat hancur...
suthchie #9
Chapter 47: Yang aku kawatirkan akhirnya trrjadi...
Pasti daehyun memberi tau hal buruk pada jongin
suthchie #10
Chapter 46: Itu hal baik hana... Semoga