Chapter 26

Never Let Me Go [Indonesian]
Please Subscribe to read the full chapter

Aku sangat menyadari aku bertingkah aneh hari-hari berikutnya. Terutama karena wajah Jongin yang terus terbayang dalam pikiranku, seperti setiap detail kecil dari wajahnya dan gerakannya dengan gampang terukir dalam pikiranku dan itu tidak akan membiarkanku sendirian. Ketika kami berada di kelas kami, khususnya, hal itu terus menarik-narikku. Masalahnya adalah, aku tahu ia sudah melayang di kepalaku untuk waktu yang cukup lama sekarang dan aku hanya mengabaikannya—

"Hana!"

Aku melompat dari kursiku dan menatap Min Jee yang terlihat tidak puas. "Apa?" Aku bertanya padanya samar-samar.

Min Jee mendesah frustrasi. "Aku telah bicara di sini selama lima menit dan kau tidak mendengarkanku!" Rengeknya, beberapa siswa di dekat meja menatapnya tapi ia mengabaikan mereka. "Esai ini benar-benar penting bagiku dan aku memiliki, sekitar, kurang dari 24 jam untuk mengumpulkannya. Kau berjanji kau akan membantuku—"

"Aku tahu, aku tahu. Maafkan aku." Kataku sedih, menggaruk sisi kepalaku ketika aku menyadari aku telah menatap ke luar jendela. Min Jee dan aku pergi ke perpustakaan. Ia memintaku untuk membantu esainya dalam salah satu mata pelajaran, tapi jelas, pikiranku tidak pada hal itu sekarang. "Aku hanya sedikit ... terganggu."

Min Jee menautkan alisnya. Kemudian ia menjulurkan lehernya dan mengintip ke luar jendela perpustakaan. "Aku tidak melihat sesuatu atau seseorang yang mengganggu di luar."

"Bukan ... di luar." Kataku lemah. "Itu di dalam kepalaku."

"Jelaskan padaku." Katanya, memandangku dengan tatapan hati-hati.

"Aku menyukai Jongin." Aku tergagap.

"Aku tahu. Kau telah mengatakannya." Min Jee berkata, "Yah, tidak secara langsung—"

"Tidak, aku menyukainya." Aku mengatakan lebih tegas. "Aku sangat ... menyukainya. Seperti dia-berada-dalam-kepalaku-dua-puluh-empat-jam-penuh. Ini menggangguku."

"Katakan padanya." Kata Min Jee santai.

"Aku tidak bisa." Bantahku. Min Jee memutar matanya tidak sabar, jadi aku menambahkan, "Dia sudah menembakku dan aku menolaknya ... "

"Memangnya kenapa?!" Kata Min Jee tidak tenang, "Tidak ada polisi untuk hal semacam itu!"

Aku bersandar pada kursi dan mendesah keras. "Hanya saja ... itu terasa tidak benar."

"Hana, dengar," Min Jee berkata sambil membungkuk ke arah meja. "Tidak ada aturan dalam hal ini ... atau apapun orang menyebutnya." Katanya mengintip ke arahku dengan penuh perhatian. "Jika kau menyukainya, katakan padanya. Jika tidak, gadis lain akan mendapatkannya."

"Disisi lain." Kataku. "Dia mungkin telah menyukai orang lain yang baru."

"Kita tidak tahu itu." Kata Min Jee mengangkat bahu sedikit. "Baiklah. Mungkin dia menyukai orang lain yang baru, atau mungkin juga tidak, bagaimanapun juga, aku pikir itu baik bagimu untuk mengutarakannya."

"Kenapa itu baik?" Tanyaku merasa ragu. "Kupikir aku akan sangat malu."

"Kau bilang itu mengganggumu, satu-satunya cara untuk menghentikan gangguan itu adalah dengan mengutarakannya." Min Jee berkata dan kemudian ia mendesah ketika aku memasang tampang bingung. "Setelah kau mengeluarkan gangguan itu dari benakmu, itu akan berhenti. Katakan padanya kau menyukainya dan bahwa kau tidak mengharapkan apapun atau sesuatu, bahwa kau hanya ingin dia tahu." Ia berkedip padaku.

Tapi bukannya merasa tercerahkan, aku merasa lebih bingung.

Aku tidak menanyakan pertanyaan lain padanya karena aku tahu aku akan lebih bingung. Min Jee dan aku berpisah setelah kami menyelesaikan esainya. Saat aku duduk di kelas berikutnya, teman sekelasku sedang membicarakan sesuatu yang baru terjadi. Mereka bergumam dan cekikikan pada saat yang sama.

"Apa yang terjadi?" Aku bertanya pada teman sebangkuku, menyenggol sikunya sedikit.

Teman sebangkuku mendongak dari catatannya dan melirik teman sekelas kami yang masih berdengung riuh. "Oh." Katanya, melihat ke arahku. "Setelah makan siang, beberapa anak laki-laki terlibat dalam perkelahian di sepanjang koridor di lantai dua." Ia berbisik padaku dengan antusias.

"Apa kau tahu siapa mereka?"

Teman sebangkuku bersandar sedikit lebih dekat denganku, matanya berkilau dengan kegembiraan. "Aku hanya tahu salah satu dari mereka karena beberapa orang mengatakan hal itu terjadi begitu cepat." Katanya, "Dan juga, seorang guru tiba-tiba datang dengan begitu mereka menghilang tepat setelahnya. Ngomong-ngomong anak itu adalah Jongin."

"Jongin?" Seruku cemas. "Apakah dia baik-baik saja?"

"Aku tidak begitu yakin." Katanya dan kemudian ia mengerutkan kening. "Oh, dan Jongin bukan seorang trainee lagi! Maksudku, apa kau percaya?"

Aku memasang ekspresi terkejut dan berkata, "Oh, wow. Itu sangat mengejutkan." Tapi itu gagal, benar-benar gagal, tapi teman sekelasku tidak memerhatikan karena ia terus berbicara.

"Mereka mengatakan Jongin tampak sangat panas ketika mereka sedang berkelahi." Ia terkikik. "Oh, bisakah aku meminjam penamu?" Ia bertanya padaku dengan senyum lebar.

Aku refleks menyerahkan pena di tanganku dan kemudian ia mulai menulis di catatannya. Sementara itu, ceritanya tentang Jongin berkelahi dengan seseorang masih terngiang dikepalaku. Aku berdiri dari kursi, berpikir untuk memeriksa bagaimana keadaan Jongin tapi guru kami sudah tiba. Aku mencoba mengeluarkan ponselku selama di kelas tapi itu tidak ada gunanya karena guru kami terus memperhatikanku. Ia sudah menyipitkan matanya curiga tiga kali padaku jadi aku hanya menyerah.

Sayangnya, aku sibuk sepanjang hari. Aku menerima revisi untuk artikelku jadi aku akhirnya mengerjakannya setelah sekolah selama satu jam atau lebih. Aku mencoba menelepon Jongin tapi langsung tersambung dengan voicemailnya. Aku mencoba menghubungi Min Jee juga tapi ia tidak membalasnya jadi ku pikir ia sedang berada di perkumpulan klubnya.

Ketika aku meninggalkan kantor, hari sudah gelap di luar dan ketika aku akan menaiki tangga, aku bertemu dengan Sehun.

"Hei, aku mendengar apa yang terjadi dengan Jongin." Kataku cemas.

Untuk sesaat, Sehun tampak ragu-ragu. "Ya. Dia terlibat dalam perkelahian." Katanya sambil mengangguk.

"Apa kau tahu siapa laki-laki yang berkelahi dengan Jongin?"

"Kau pasti pernah mendengarnya." Kata Sehun. "Jung Hwa."

"Jung Hwa?" Aku melengking tak menduga.

Please Subscribe to read the full chapter

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
suthchie #1
Chapter 55: Akhirnya selesai juga...

Wahhh ngak nyangka lho kalo ceritanya bakal publish selama itu...
Bersyukur aku dapat rekomendasi ff ini udah selesai... Bahakan aku cuma butuh waktu beberapa hari buat bacanya...
Soalnya aku tuh tipe orang yang ngak berhenti untuk penasaran sama cerita kalo belum selesai...
Pokoknya terima kasih banyak buat temenku yang udah merekomendasikan ff ini...

Secara keseluruhan aku suka cara menyampaikan ceritanya, ngak terburu buru tapi juga ngak ngebosenin...
Apalagi cast nya si jongin...

Pokoknya terimakasih buat authornya
yang udah bikin cerita yang hebat
suthchie #2
Chapter 54: Akhirnya balikan juga...
Jongin orang baik. Hana sangat beruntung memilikinya
suthchie #3
Chapter 53: Kuanggap itu sebagai tanda balikan...
Semoga
suthchie #4
Chapter 52: Cobaan hana terlalu berat...
suthchie #5
Chapter 51: Semoga ibu hana benar2 menjadi baik
suthchie #6
Chapter 49: Minjee trtaplah berada di sisi hana...
suthchie #7
Chapter 50: Untunglah hana punya sahabat baik seperti minjee...
suthchie #8
Chapter 48: Kenapa kau mengambil keputusan iyu hana...
Aku yakin, jongin sangat hancur...
suthchie #9
Chapter 47: Yang aku kawatirkan akhirnya trrjadi...
Pasti daehyun memberi tau hal buruk pada jongin
suthchie #10
Chapter 46: Itu hal baik hana... Semoga