Chapter 1

With You
Please Subscribe to read the full chapter

Seorang pemuda berseragam SMA terlihat sempoyongan dengan darah yang mulai keluar dari beberapa luka di wajahnya. Mulai dari pelipis kirinya, pipi, hingga bibirnya yang sobek.

"Dasar lemah. Hanya ini kemampuan kalian?" ejek pemuda itu kepada lima pemuda lain yang berseragam sama dengannya.

Karena tak terima seorang pemuda paling tinggi di kelompok itu pun kembali melemparkan pukulannya untuk hobae yang menurutnya menyebalkan dan tak tahu sopan santun pada sang sunbaenya.

Sang hobae terus menahan pukulan dari para sunbaenya itu sambil sesekali membalas pukulan mereka dengan semampunya karena secara teknis dia telah kalah jumlah. Akan lain ceritanya jika lawannya itu hanya satu orang, ia pasti bisa mengimbangi mereka.

Setelah bel di sekolah itu berbunyi kelima sunbae itu mendekati si hobae dan memperingatkannya lagi untuk tidak macam-macam dan harus memberi hormat kala bertemu dengan mereka.

Sang hobae yang tak gentar dengan gertakan sambal para sunbaenya itu hanya melempar senyum sinisnya hingga membuat sang sunbae kembali naik pitam.

"Tao, sudahlah. Kita harus masuk kelas. Besok kita urus lagi dia."

Pemuda bernama Tao itu segera melepaskan cekikannya pada kerah baju sang hobae dan segera pergi dari lantai atas gedung sekolah itu dengan keempat temannya.

Hobae yang babak belur karena tak mau melakukan perintah para sunbaenya untuk membeli rokok itu segera merebahkan tubuhnya yang terasa sakit sesaat setelah mereka menghilang di balik pintu.

Pemuda itu menatap sayu ke langit yang siang itu terlihat sedikit mendung. Ia menggerutu dalam hatinya. Protes kepada Tuhan karena ia selalu menjadi yang bersalah atas hal yang tak pernah ia lakukan.

Guru kelas 2-3 di SMA Seoul terkejut kala melihat ada satu siswanya yang terlambat masuk kelas dengan keadaan memar diseluruh wajah juga bajunya yang sangat kotor.

Siswa itu menunduk meminta maaf saat gurunya itu mulai menanyakan siapa pelaku dibalik memarnya wajah sang siswa.

"Percum pak! Kalau bapak tahu pasti akan memilih diam dan mundur."

"Key!! Apa maksudmu?"

"Maksudnya anda tak akan pernah bisa menyentuhya pak!" sahut pemuda dengan name tag Taemin yang duduk tepat di depan Amber.

Setelah mendengar sederet nama yang Taemin sebutkan guru pria itu diam seakan paham dengan maksud para muridnya.

Kelompok itu memang sering membuat kekacauan dengan membully siswa lain dan berlindung dibalik nama besar orang tua mereka.

Para siswa SMA Seoul dikelas masing-masing terlihat mulai mengemasi buku mereka setelah mendengar suara bel yang berdering memenuhi seluruh penjuru sekolah. Tak terkecuali siswa yang tadi siang sudah babak belur karena dipukuli para sunbaenya. Setelah selesai dengan bukunya siswa itu segera memasang sebuah headphone di telinganya, kemudian memakai jaket hoodie hitam yang cukup besar untuk menutupi kepalanya dari panas terik matahari.

Siswa itu berjalan ditengah keramaian siswa yang sedang bercengkrama dengan siswa lainnya. Dia berjalan lurus menuju pintu gerbang tanpa seorang teman pun yang ada disampingnya. Ia bahkan tak menyapa seorang pun dalam perjalanannya itu. Bukannya dia tak punya teman. Hanya saja ia tak ingin berteman dengan sembarang orang lagi setelah sebuah penghianatan yang dilakukan salah satu mantan temannya.

Langkah kaki siswa itu terhenti kala ada seseorang yang memanggil namanya. Ia pun berbalik untuk melihat orang itu.

"Amber, tunggu.!!" pekik siswa lain mengejar Amber yang kembali berjalan dengan kupluk hoodie yang menutupi kepalanya.

"Apa??"

"Kau tuli ya?! Sejak dari dalam kelas aku memanggilmu bodoh!!"

Amber diam dan tak membalas ucapan teman sekelasnya itu.

"Yah, kau tidak ke UKS dulu? Lukamu bisa infeksi."

"Key, sejak kapan kau jadi cerewet seperti ini? Nanti juga sembuh, lagi pula aku harus segera ke toko untuk kerja." balas Amber pada salah satu sahabatnya sejak kecil itu.

Siswa bernama Key itu menggeleng heran pada sang sahabat yang tak jago berkelahi tapi sering terlibat perkelahian dengan orang lain.

"Bodoh. Kalau diperintah para preman sekolah itu lebih baik lakukan saja. Kenapa malah memilih sakit-sakitan seperti ini?"

"Mereka tak punya hak memerintahku. Aku bukan budak mereka dan sampai kapanpun aku tidak akan pernah menunduk pada mereka.!!" sahut Amber dengan mata yang berapi-api.

Key hanya diam dan menghela nafas melihat sikap Amber yang menurutnya bodoh dan naif.

"Lagi pula pukulan seperti ini tak sebanding dengan pukulan yang aku terima saat di rumah." lanjut Amber dengan nada yang sangat rendah tapi Key bisa mendengarnya dengan jelas.

Perhatian Amber yang tengah berdiri disamping jalan sambil menunggu datangnya bus umum teralihkan saat melihat sebuah mobil se

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
llamaber18 #1
Chapter 3: mntepp thorr
khezzia09 #2
Chapter 1: english version of this please
Ayanmorelos123 #3
Chapter 34: English ver. Please ?
Ayanmorelos123 #4
English version pleaseeee author?
myhh92
#5
Chapter 34: Great ending!very good job authorr~!
Aapark #6
Amazing
myhh92
#7
Chapter 27: awwww
myhh92
#8
Chapter 23: Wait wtf what?
myhh92
#9
Chapter 20: AAAAAAAAAAAAAAAAA SO CUTEEEE