Enam

Our Little Sister

Beberapa bulan telah berlalu tanpa adanya kejadian yang berarti. Kini Raekyo berjalan dengan suasana hati riang keluar kelas untuk segera pulang ke rumah. Hari ini ia harus pulang sendiri menggunakan bus karena ada pelajaran tambahan hingga akhirnya ditinggal pulang oleh ketiga oppanya. Hari ini juga merupakan hari yang special bagi keluarga Cho, karena untuk pertama kalinya seorang anggota keluarga mengenalkan kekasihnya. Ya, siapa lagi kalau bukan si sulung, Leeteuk. Leeteuk berencana mengenalkan seorang wanita yang sudah beberapa bulan ini menjadi kekasihnya. Selama ini, para dongsaengnya hanya mendengarkan dari cerita dan deskripsi dari si sulung tersebut mengenai kekasihnya, namun merasa hubungan mereka akan berlanjut ke tahap yang lebih serius, Leeteuk berencana mengenalkan wanita itu pada mereka semua. Terlebih lagi hari ini adalah hari ulang tahun si sulung, maka dari itu semua anggota keluarga sibuk menyiapkan pesta ulangtahun sekaligus penyambutan calon kakak ipar mereka.

            “Rae, kok senyum-senyum sendiri? Baru mau pulang?” suara yang sudah tidak asing membuat Raekyo menoleh.

            “Eh, Woobin oppa. Iya baru mau pulang. Oppa juga?” Woobin menjajarkan langkahnya dengan Raekyo. Raekyo kini sudah terbiasa dengan kemunculan Woobin di sekitarnya. Walau tetap menganggapnya hanya sebatas teman, namun Woobin juga tidak mendesaknya lebih jauh, tidak seperti yang awal mula ia katakan pada Kyuhyun. Ketiga oppanya juga sudah tidak bereaksi berlebihan bila mendapati Woobin mengajak ngobrol Raekyo, walau ekspresi mereka masih terlihat terganggu.

            “Iya. Aku habis mencari data untuk tugasku di perpustakaan. Kau pulang sama siapa, Rae? Ke mana tiga pendekarmu?” Woobin celingukan mencari ketiga kakak Raekyo yang biasanya selalu berkeliaran tidak jauh dari gadis itu. Mendengar panggilan Woobin pada ketiga oppanya membuat Raekyo tertawa.

            “Aku naik bus, oppa. Hari ini kami mau mengadakan pesta ulang tahun untuk oppa tertuaku sekaligus oppaku itu mau mengenalkan calon kakak ipar kami. Jadi aku terpaksa ditinggal.”

            “Wah? Tumben kau boleh naik kendaraan umum?” Woobin menaikkan alisnya bertanya, “Apa benar tidak apa-apa? Mau kuantar? Tapi aku hanya membawa motor.”

            “Tidak usah oppa, terima kasih. Oppa duluan saja.”

            “Sudah, kuantar saja ya. Lebih mengkhawatirkan melihatmu naek bus sendirian. Memang kau tahu jurusan menuju ke rumahmu?” Woobin tertawa saat melihat Raekyo menggeleng malu, “hahaha, tuh kan. Bagaimana kau bisa sampai di rumah kalau begitu caranya? Sudah kuantar saja, kujamin aman. Ayo.” Woobin menggandeng Raekyo yang sudah tidak bisa memprotes. Gadis itu memang lupa bertanya pada oppanya mengenai jurusan bus yang harus ia ambil untuk sampai ke rumah. Maklum saja jangankan menggunakan kendaraan umum, diijinkan saja tidak pernah.

            Woobin membimbing Raekyo menuju tempat ia memarkirkan sepeda motornya. Pemuda itu mengambil helm cadangan yang ia simpan di bagasi motor lalu memakaikannya di kepala Raekyo. Gadis itu pasrah saja lagipula ia juga belum pernah naik motor. Sebenarnya Raekyo agak takut tapi di sisi lain ia penasaran juga. Teman-temannya selalu berkata naik motor sangat menyenangkan, maka dari itu Raekyo tidak keberatan untuk mencoba. Ia hanya was-was bagaimana reaksi semua oppa-nya saat pulang nanti.

            Setelah dirasa Raekyo sudah duduk dengan nyaman, Woobin mengambil tangan Raekyo dan melingkarkannya di pinggangnya. Kemudian mereka pun berangkat. Raekyo takjub dengan pengalaman barunya ini, Woobin mengendarai motormya dengan halus membuat Raekyo dapat menikmati pemandangan di sekitarnya dengan baik. Ia berpikir untuk minta dibelikan motor saja saat ulangtahunnya nanti. Apakah semua oppanya akan mengijinkan? Raekyo bertekad untuk memaksa, toh tidak semenakutkan yang selalu oppanya katakan. Lagipula apa susahnya, ini hanya seperti mengendarai sepeda.

            Tidak berapa lama kemudian mereka pun sampai di daerah rumah Raekyo. Raekyo memberi isyarat pada Woobin untuk menurunkannya di pintu gerbang saja namun Woobin menolak. Ia bersikukuh akan menurunkan Raekyo di depan pintu rumahnya. Merasa kalah berdebat, Raekyo diam saja sambil berdoa dalam hati agar tidak ada satupun oppanya yang sedang berada di luar rumah. Satpam membukakan pintu gerbang untuk mereka, Woobin pun segera masuk dan memberhentikan motornya tepat di depan pintu masuk rumah. Rupanya Raekyo sedang sial, ia melihat Shindong baru saja turun dari mobil sambil membawa sebuah kotak besar. Shindong menatap kepada dua pendatang itu dengan tatapan heran. Ia pun menghampiri adiknya tersebut.

            “Rae? Kenapa kamu pulang naik motor? Dan siapa pemuda ini?”

            “Aku ditinggal oppa. Kibum oppa dan yang lainnya pulang duluan untuk membantu persiapan hari ini, aku disuruh naek bus tapi aku lupa bertanya jurusan bus mana yang harus kuambil. Jadi Woobin oppa menawarkan untuk mengantarku pulang. Oh iya, kenalkan Woobin oppa, ini salah satu oppaku, Cho Shindong.” Raekyo menatap bergantian pada Shindong dan Woobin namun kedua pemuda itu tetap bergeming, Shindong menatap tajam namja di hadapannya sedangkan Woobin nampak salah tingkah. Melihat itu Raekyo menyikut Woobin membuat pemuda itu tersadar lalu mengulurkan tangan terlebih dahulu.

            “Ah, kenalkan aku Kim Woobin, teman sekelas Kyuhyun.” Shindong menyambut jabatan tangan Woobin dengan kaku, ia hanya mengangguk sekilas. Geram, kini gantian Raekyo menyikut oppanya itu.

            “Oh, aku Cho Shindong, oppanya Kyuhyun dan Raekyo.” Raekyo memutar bola matanya, perkenalan macam apa ini.

            “Ehm, kalau begitu aku pulang duluan. Sampai jumpa di sekolah, Rae.” Woobin pamit sambil melepas helm yang masih melekat di kepala Raekyo. Raekyo pun mengucapkan terima kasih, lalu Woobin pun pulang. Begitu pemuda itu hilang dari pandangan, Shindong menarik telinga adiknya.

            “Auw oppa! Appoooo….” Raekyo merengek sambil memukul-mukul tangan Shindong agar melepaskan telinganya.

            “Appo hm?”

            “Appoooo! Oppa lepaskan, iisshh oppa!”

            “Berani-berani kamu naek motor, sama namja pula. Itu kan bahaya, Rae, kalau kamu jatuh dari motor gimana?” Belum ada tanda-tanda Shindong akan melepaskan telinga adiknya. Dirinya kesal bukan main, selama ini ia dan yang lainnya selalu menjaga agar Raekyo tetap aman, eh hari ini gadis itu berani-beraninya menantang bahaya naek motor bersama seorang namja pula.

            “Isssh kan sudah kujelaskan tadi. Aku ditinggal Kibum oppa. Lepaskan oppa, telingaku nanti jadi lebar kaya gajah!” Shindong malah menyeret adiknya masuk ke dalam rumah sambil tetap menjewer Raekyo. Otomatis gadis itu protes dan berteriak-teriak sepanjang jalan. Begitu sampai di dalam rumah, rupanya mereka berdua sudah ditunggu. Tampak ruang keluarga sudah ditata dan didekor oleh Heechul cs, meja tengah kini nampak penuh dengan kue ulang tahun Leeteuk yang super besar dan kado yang sudah dipersiapkan oleh semua orang. Sebuah gantungan besar bertuliskan HAPPY BIRTHDAY CHO LEETEUK tergantung di dinding ditemani beberapa balon cerah warna-warni. Sungguh seperti ulang tahun anak TK. Terlihat Leeteuk duduk di sofa bersebelahan dengan seorang wanita cantik, sementara yang lain duduk berserakan di sekelilingnya. Ada yang di sofa dan ada yang di lantai. Namun semua kompak menoleh saat iringan Raekyo yang masih dijewer oleh Shindong masuk.

            “Hyung? Kenapa Raekyo dijewer seperti itu?” Donghae bertanya bingung.

            “Apa lagi yang diperbuatnya kali ini, Dong-ah?” Heechul geleng-geleng kepala.

            “Hyung, lepaskan dulu tanganmu itu. Lihat telinga Raekyo sudah merah begitu. Lagipula malu kan sama tamu kita.” Ryeowook menghampiri keduanya dan melepas pelan tangan Shindong dari telinga Raekyo. Begitu lepas, Raekyo langsung menghindari oppanya itu sambil mengelus-elus telinganya yang terasa panas.

            “Itu, Raekyo pulang naek motor coba, dibonceng sama namja yang namanya Kim Woobin.” Shindong sukses mendapat tatapan membunuh dari Raekyo. Dirinya cuek saja sambil melangkah menaruh kotak besar berupa kado yang sudah ia siapkan untuk Leeteuk di bawah meja, disamping kado-kado lainnya.

            “Mwo???” Semua berkata terkejut. Raekyo menutup matanya kesal, pasti masalah ini bakal menjadi berkepanjangan. Ini semua gara-gara Woobin memaksa untuk menurunkannya di depan pintu rumah.

            “Raekyo! Itu kan bahaya, kamu itu gimana sih?!” Heechul memarahi si bungsu.                  “Kamu bilang akan naik bus, kenapa malah jadi naik motor? Tahu gitu oppa tidak akan mengijinkan kamu pulang sendiri.” Kibum menimpali.

            “Aduh, oppa. Udahlah, toh kan aku baik-baik saja. Kalian berlebihan ah. Padahal baru saja aku kepikiran saat ulang tahunku nanti, aku mau minta dibelikan sepeda motor. Kan asik ke sekolah nyetir motor sendiri.” Raekyo bergumam sendiri.Tiba-tiba Leeteuk menghampiri Raekyo dan mencubit pipi gadis itu hingga Raekyo berteriak.

            “Kamu bilang apa Rae? Coba sekali lagi, oppa tidak dengar.” Raekyo menggeleng-gelengkan kepalanya. Tiba-tiba tangan Leeteuk dilepaskan oleh sepasang tangan yang lebih kecil.

            “Oppa, sudahlah. Kasian kan Raekyo, dia baru pulang sekolah. Biarkan ia ganti baju dulu. Tunda dulu semua pembicaraan ini, ne?” wanita yang Raekyo yakin adalah kekasih Leeteuk melerai mereka berdua. Wanita itu mengusap pipi Raekyo yang memerah dicubit oleh si sulung. Leeteuk masih menggerutu tapi toh ia menurut juga. Raekyo tersenyum berterima kasih pada wanita yang berada di hadapannya.

            “Terima kasih, eonni. Namaku Cho Raekyo.” Raekyo membungkuk memperkenalkan diri.

            “Aku Kim Yura. Aku sudah banyak dengar tentangmu, Leeteuk oppa selalu bercerita tentang kamu, Rae. Nah, sudah sana kamu ganti baju dulu, lalu kita rayakan ulang tahun oppamu, ne?” Raekyo mengangguk, ia pamit sebentar kemudian segera berlari ke kamarnya sambil memikirkan kekasih oppanya itu. Nampaknya ia wanita baik-baik.

            Raekyo pun berganti pakaian dengan kilat. Setelahnya acara ulang tahun bak perayaan anak TK pun dilangsungkan. Semalaman itu tidak henti-hentinya mereka tertawa dan bercanda. Yura dengan cepat sudah bisa akrab dengan semua anggota keluarga Cho, mereka menerima wanita yang baik hati, perhatian dan lembut itu dengan tangan terbuka. Raut wajah bangga tidak luntur-luntur dari wajah Leeteuk membuat semua adiknya menggodanya terus menerus. Terutama karena Leeteuk terlihat sangat mengagumi kekasihnya itu. Sempat terpikir oleh Raekyo ia akan merasa canggung ada wanita lain di rumah ini, namun semua hilang begitu Yura dengan terang-terangan mencoba dekat dengannya. Raekyo ikut bahagia untuk oppa tertuanya itu.

            Selesai makan-makan, kini waktunya membereskan semua kekacauan yang terjadi. Yura dengan manis menawarkan diri untuk mencuci semua piring kotor. Walau Leeteuk dan yang lain sudah melarang karena memang biasa piring dicuci oleh maid, namun Yura bersikeras karena ia terbiasa mencuci bekas makannya seorang diri. Merasa bahwa dirinya adalah satu-satunya wanita lagi di ruangan itu, Raekyo pun menawarkan bantuan yang disambut Yura dengan senyuman tulus. Kedua wanita itu pun membawa semua piring kotor ke wastafel tempat mencuci piring sementara para lelaki memutuskan untuk duduk-duduk di pinggir kolam renang sambil minum-minum.

            “Nah, ini sudah piring terakhir, tidak ada lagi di ruang tengah. Kamu cuci semua ya Rae-ah, yang bersih. Ah tapi dengan sifatmu yang manja itu apa kamu tahu caranya mencuci piring?”

            “Ne?” Raekyo bertanya takut ia salah dengar. Ke mana perginya Yura yang baik hati, perhatian dan lembut itu? Kenapa setelah mereka hanya berduaan, kekasih oppanya itu berubah?

            “Kamu tuli? Kubilang cuci semuanya dengan bersih. Kenapa kamu menatapku seperti itu? Ga suka?” Yura berkacak pinggang di depan Raekyo.

            “Eonni, apa maksudnya?” Raekyo berkata bingung. Namun sebelum Yura sempat menjawab, Leeteuk menghampiri mereka berdua.

            “Yura? Raekyo? Benar kalian mau mencuci piring? Sudah biarkan saja maid yang mencuci. Ayo kita kumpul di pinggir kolam, semua menunggu kalian tuh.” Leeteuk berkata sambil memeluk pinggang Yura dari belakang.

            “Chagiya, dongsaengmu benar-benar baik hati. Ia berkata akan mencuci semuanya sendirian. Ia benar-benar persis seperti yang kamu ceritakan padaku. Kamu pasti bangga punya dongsaeng seperti dia.” Yura berkata manja pada kekasihnya. “Kamu benar tidak apa-apa eonni dan oppa tinggal sendirian di sini? Benar tidak mau eonni temani mencuci piring?”

            “Eh…ehm, ne.” Raekyo menjawab setelah melihat tatapan mata Yura.

            “Baiklah kalau begitu, kami ke depan dulu ya, Rae. Cepatlah menyusul.” Leeteuk berkata kemudian menggandeng Yura keluar. Raekyo diam terpaku. Apa-apaan itu tadi? Sebenarnya apa yang sedang terjadi? Apakah Yura memiliki kepribadian ganda? Raekyo pun berpaling melihat cucian piring yang menumpuk tinggi. Ia memang tidak pernah mencuci piring, tapi ia tahu caranya. Memutuskan untuk tidak ambil pusing, Raekyo pun memulai kegiatan mencuci piringya, diiringi suara tawa Yura di luar rumah.

            Setelah selesai, Raekyo pun bergabung dengan yang lain di pinggir kolam. Melihat kedatangan dirinya, Yura segera memanggil Raekyo untuk duduk di sebelahnya. Tidak punya pilihan lain, Raekyo pun menurut. Sepanjang malam itu Yura terus perhatian pada dirinya, menawarkan jaket, cemilan dan mengajaknya berbicara. Semua di sana terutama Leeteuk merasa senang melihat keakraban dua wanita di sampingnya. Mereka senang Raekyo akhirnya mendapatkan teman sesama wanita setelah bertahun-tahun hidup di antara lelaki.

            Namun di sisi lain, Raekyo tidak lagi menikmati perhatian dari Yura. Dirinya masih bertanya-tanya sebenarnya apa yang sedang terjadi. Ia sadar dirinya jadi lebih pendiam, namun semua oppanya tidak menyadarinya. Mereka semua terlalu terhipnotis dengan sosok Yura yang memang pintar mengambil hati semua orang. Tapi berbeda dengan Kyuhyun, dirinya yang memang terbiasa memperhatikan tingkah laku Raekyo, menyadari gadis itu lebih murung dari biasanya. Raekyo masih ceria dan bawel seperti biasanya saat acara tadi, namun sikapnya berubah setelah mencuci piring. Raekyo yang merasa diperhatikan melihat balik ke arah dirinya. Kyuhyun menatap dengan pandangan bertanya, namun gadis itu melirik cepat sekilas ke arah Yura yang memang kini menatap Kyuhyun dan Raekyo bergantian, kemudian secara otomatis senyuman mengembang di wajah Raekyo. Dengan isyarat bibir Raekyo mengatakan bahwa ia baik-baik saja hanya sedikit lelah. Kyuhyun tidak percaya namun perhatian Raekyo sudah teralih dengan Yura yang tiba-tiba mengajak gadis itu mengobrol.

            “Noona, ini sudah malam, noona menginap saja di sini.” Heechul menawarkan yang disambut anggukan antusias dari yang lainnya.

            “Heechul benar, chagi. Kamu menginap saja, kamu bisa tidur sama Raekyo.”

            “Wah, terima kasih tawarannya. Aku bersedia bila Raekyo mengijinkan.” Yura menggenggam tangan Raekyo. Semua nampak begitu hangat namun Raekyo menunjukkan reaksi berbeda. Gadis itu menepis tangan Yura sedikit kasar. Semua mata terbelaklak melihat kelakuan Raekyo. “Ah, sepertinya Raekyo tidak mengijinkan oppa. Aku pulang saja.”

            “Rae! Kamu itu kenapa?” Leeteuk bertanya heran.

            “Rae! Kamu itu ya, sopan sedikit. Yura itu calon kakak ipar kamu. Kenapa sih kamu dari tadi? Cemberut terus.” Yesung dan yang lainnya menimpali memarahi Raekyo. Melihat reaksi semua oppa-nya, Raekyo hanya diam. Ia tidak tahu harus berkata apa.

            “Rae, mianhe kalau eonni punya salah. Kamu tidak suka ya sama eonni?” Yura menatap Raekyo berkaca-kaca. Melihat hal itu, Leeteuk merangkul kekasihnya sambil menatap kesal pada Raekyo.

            “Ah, ani.. Eonni mianhe. Aku hanya terkejut tadi. Eonni boleh kok nginep di sini, di kamarku.” Suara Raekyo terdengar tercekat. Kyuhyun mengerutkan keningnya bingung. Sebenarnya ada apa dengan adiknya itu?

            “Jongmal? Gomawo, Rae-ah.” Yura memeluk Raekyo erat. Semua yang di sana memandang pemandangan di depan mereka sambil tersenyum. Mereka pun memutuskan untuk menyudahi acara pesta malam ini. Satu per satu mereka pamit mengucapkan selamat malam dan pergi ke kamar masing-masing. Begitupun dengan Raekyo dan Yura. Raekyo jalan di depan memandu Yura ke arah kamarnya, diam-diam ia melihat ke punggung tangannya yang tadi digenggam oleh Yura, di sana terdapat goresan luka tempat kuku Yura ditancapkan ke dalam tangannya.

            “Kenapa, Rae?” Yura menyusul Raekyo sambil merangkul gadis itu.

            “Ah, tidak kenapa-napa eonni.” Dengan cepat ia sembunyikan tangannya ke dalam saku. Yura melihat namun tidak mengatakan apa-apa.

            Mereka berdua pun masuk ke dalam kamar Raekyo. Yura dengan santai berkeliling kamar memperhatikan barang-barang milik Raekyo sementara sang empunya kamar hanya duduk di kasur memperhatikan. Dirinya bimbang antara bertanya apa maksud sikap Yura tadi atau membiarkannya saja. Apakah Leeteuk tahu sifat Yura yang sebenarnya? Apakah ia harus mengadu pada semua oppanya? Tapi tidak ada bukti, bagaimana cara agar mereka percaya?

            “Rae?” tiba-tiba seseorang mengetuk pintu kamar Raekyo. Pintu pun dibuka dan muncullah Kyuhyun yang sudah berganti pakaian. Pemuda itu tersenyum sekilas pada Yura sebelum menghampiri adiknya. “Kamu kenapa? Tidak kambuh lagi kan?”

            “Ani oppa. Aku baik-baik saja.”

            “Mungkin Raekyo hanya kelelahan, Kyuhyun-ah. Makanya ia harus cepat tidur supaya besok kembali segar. Ya kan Rae?” Yura ikut menjawab yang ditanggapi Raekyo dengan anggukan.

            “Ya sudah, tidurlah. Kamu mau tidur di kamarku?” Kyuhyun menawarkan.

            “Tidak apa-apa Raekyo di sini. Lagipula ini waktu bagi kami para gadis untuk bisa saling cerita dan mendekatkan diri. Sudah malam kau tidurlah, Kyu, dan biarkan juga adikmu istirahat.” Yura berkata sambil merangkul Raekyo. Gadis itu hanya diam saja.

            “Eh, arasso. Selamat malam eonni, Rae.” Kyuhyun mengelus kepala adiknya lalu keluar kamar. Begitu Kyuhyun keluar, Yura berjalan ke pintu kamar dan mengunci pintu. Melihat itu Raekyo memandang bingung. Kemudian Yura menyalakan AC padahal udara malam itu cukup sejuk.

            “Eonni? Kenapa ACnya dinyalakan?”

            “Aku tidak bisa tidur kalau tidak pakai AC. Kau tidak keberatan kan? Nah, ayo kita tidur, tuh kau tidur di situ ya.” Yura melemparkan bantal ke lantai. Raekyo tentu kaget, ia yang pemilik kamar namun kenapa ia harus tidur di lantai?

            “Eonni, kasurnya kan muat untuk 2 orang. Kenapa aku harus di lantai? Sebenarnya aku punya salah apa sama eonni? Dari tadi eonni terus saja berganti muka di hadapan oppa dan aku.” Raekyo tidak tahan lagi.

            “Tentu saja kamu harus tidur di lantai. Aku tidak mau sekasur sama anak haram sepertimu.”

            “Anak haram? Apa maksudnya?” Raekyo tidak habis pikir. Apa lagi yang dibicarakan oleh kekasih Leeteuk ini.

            “Ups, aku keceplosan. Mian.” Yura dengan tampang polosnya menutupi mulutnya seolah-olah memang keceplosan. Raekyo pun mendekati Yura.

            “Apa maksudnya, eonni?”

            “Baiklah kalau kamu memaksa. Kamu tahu kan mendiang ayahku adalah rekan bisnis ayahmu. Setelah ayahku meninggal otomatis saham rumah sakit jatuh ke tanganku, saat rapat direksi aku mendengar banyak gossip. Katanya kamu itu bukan anak kandung appamu. Eomma-mu berselingkuh dengan salah satu dokter di rumah sakit. Pada saat kau lahir, semua terbongkar. Awalnya eomma-mu minta maaf dan menyesal hingga appa-mu pun mau menerima eomma dan juga membesarkan kamu. Tapi rupanya setelah itu hubungan keduanya tidak lagi harmonis. Eomma-mu memutuskan untuk meninggalkan appa-mu untuk kembali pada selingkuhannya sambil membawa kamu. Appa-mu yang memang cinta mati sama istrinya tidak terima, maka terjadilah insiden yang merenggut nyawa keduanya. Kau pikir mereka meninggal karena kecelakaan? Saat itu appa-mu memutuskan untuk bunuh diri bersama eomma-mu di saat status mereka masih sebagai suami istri. Jadi, dengan kata lain kau itu anak haram, Rae-ah. Dan karena kamu juga semua oppa-mu kehilangan orangtua. Semua ini salahmu. Duh, kalau aku jadi kamu, apa yang harus kuperbuat untuk bertanggung jawab? Untuk menebus kesalahan?” Yura menatap sinis Raekyo yang kini terduduk di lantai dengan kaget.

            “Ini… Eonni bohong kan? Tidak mungkin, eomma dan appa, mereka kecelakaan. Ini semua bohong kan?” Suara Raekyo tercekat, air mata mulai menggenangi matanya.

            “Buat apa aku bohong? Kau itu bodoh sekali. Sudah aku mau tidur, tidur sana di sana, jangan bicara padaku lagi. Oh iya, kalau kau berani mengadukanku pada oppa-mu, kamu tahu kan apa yang akan terjadi? Kamu mau semua oppa-mu tahu yang sebenarnya?” Yura merebahkan dirinya di kasur Raekyo. Wanita itu menarik selimut ke atas tubuhnya lalu menutup mata.

            Raekyo masih diam di tempatnya. Ia berusaha mencerna semua informasi yang baru ia dapat. Apakah semuanya benar? Ia memandang pada sosok Yura yang mulai terlelap, air matanya tidak berhenti mengalir. Sekuat tenaga ia tahan isakannya, ia tidak mau Yura tahu dirinya menangis. Perlahan, Raekyo merebahkan diri di lantai, ia meringkuk kedinginan, rupanya AC di kamarnya disetel dengan derajat paling rendah.

            Masih sambil menangis, Raekyo teringat semua oppa-nya, bagaimana mereka begitu menyayanginya. Bagaimana kalau semua itu benar? Benarkah ia bukan bagian dari keluarga ini? Apa yang akan terjadi bila semua oppa-nya tahu? Akankah mereka membencinya?

            “Ukh.. Eomma.. Appa..” Raekyo mengelus-elus dadanya yang mulai sakit karena kedinginan dan akibat ia menangis. Gadis itu mencoba menarik dan mengeluarkan nafas perlahan-lahan, berharap dengan begitu nafasnya akan kembali normal. Dadanya memang sakit tapi hatinya lebih sakit lagi. Saat tetesan air mata terakhir mengalir di pipinya, Raekyo jatuh dalam kegelapan.

 

* * *

 

            Keesokan harinya semua sudah berkumpul di ruang makan untuk sarapan termasuk Yura yang juga sudah mandi sambil meminjam baju Raekyo, namun gadis itu belum juga turun dari kamarnya.

            “Bagaimana malam kalian, chagi? Kau dan Raekyo bercerita apa saja?” Leeteuk memandang kekasihnya tersenyum.

            “Seru sekali. Kami bercerita banyak hal.” Yura balas tersenyum.

            “ngomong-ngomong Raekyo di mana? Jangan ngomong dia belum bangun.” Yesung berkata sambil menyuap nasi gorengnya.

            “Haish anak itu. Mentang-mentang akhir minggu jadi pemalas.” Heechul geleng-geleng kepala.

            “Aku akan bangunkan dia.” Siwon beranjak dari kursinya.

            “Ani.. itu.. em, saat aku bangun tadi Raekyo sudah tidak ada di kasur. Ia menitipkan pesan padaku mau pergi bersama temannya pagi-pagi.” Yura menahan Siwon yang sudah mulai berjalan ke kamar Raekyo.

            “benarkah noona? Kok dia tidak ijin sama kita sih?” Eunhyuk memandang yang lain bingung.

            “Raekyo sebenarnya kenapa sih, dari kemarin dia agak aneh. Hyung sadar tidak?” Kyuhyun bertanya pada semua hyungnya. Semua di sana menggeleng, karena memang tidak ada yang sadar.

            “Memang Raekyo aneh apanya, Kyu?” Donghae bertanya penasaran.

            “Dia jadi lebih pendiam dari biasanya. Apa dia kambuh lagi ya hyung?” Kyu mulai khawatir.

            “Apa kita jemput saja dia?” Kibum sudah siap-siap berdiri. Namun tiba-tiba terdengar suara tangisan dari arah sebelah Leeteuk. Semua sontak menoleh, dilihatnya Yura sedang menutup mulut untuk menahan isak tangisnya. Otomatis Leeteuk langsung berdiri dan menghampiri kekasihnya itu.

            “Chagi, kau kenapa?” Yura yang ditanya hanya menggelengkan kepalanya.

            “Noona, kau kenapa? Ceritakan pada kami.” Heechul membantu Leeteuk membujuk Yura agar wanita itu mau bercerita. Yura pun mengangkat kepalanya memandang semua orang yang ada di sana.

            “A..aku.. tapi, aku sebenarnya tidak mau cerita. Tapi… tapi kalian janji tidak akan marah.” Yura memandang memohon pada semuanya di sana yang mengangguk kepadanya. Terlihat Kibum dan Kyuhyun sudah ingin segera mencari Raekyo namun mereka penasaran juga pada apa yang akan Yura sampaikan. “Sebenarnya… Tadi malam, aku dan Raekyo tidak saling bercerita. Tadi malam, Raekyo marah-marah padaku, mengatakan bahwa aku mengambil perhatian kalian semua sebagai oppa-nya. Dia.. hiks.. dia menyuruhku tidur di lantai hanya dengan sebuah bantal. Aku.. aku sungguh tidak apa-apa tapi apakah kepergiannya pagi ini benar-benar karena aku? Kalau iya, aku minta maaf, jongmal mianhe, aku pergi saja dari sini.”

            “MWO??” Semua berteriak tidak percaya.

            “Apakah benar itu, chagi?” Leeteuk bertanya sambil menahan Yura yang sudah beranjak berdiri, “Jangan pergi, jebal. “

            “Noona benarkah itu?” Sungmin bertanya.

            “Terserah kalau kalian menganggapku bohong. Tapi.. untuk apa aku berbohong? Kalian lihat sendiri saat Heechul menawari menginap dan tidur bersama Raekyo, Rae menepis tanganku kan? Kalian lihat dengan mata kepala sendiri kan? Aku sedih sekali, Raekyo tidak suka padaku. Padahal Teuki oppa sudah bilang bahwa ia ingin wanita yang mendampinginya harus sayang pada semua dongsaengnya terutama Raekyo, nampaknya aku tidak pantas untukmu, oppa.”

            “Jangan bilang seperti itu, Yura-ya. Kamu yang terbaik untukku. Mungkin ini salah kami semua oppa-nya terlalu memanjakan Raekyo jadi ia seperti itu. Jongmal mianhe, ne? Jangan pergi Yura-ya. Aku janji akan memperbaiki semua ini dan mendisiplinkan Raekyo.” Leeteuk berkata sambil memeluk Yura, sisanya hanya memandang masih dengan tatapan terkejut. Yura mengangguk perlahan sambil masih menangis.

            “Hyung, tapi Raekyo bukan orang yang seperti itu, hyung. Mungkin.. Mungkin terjadi sesuatu kesalahan?” Kyuhyun masih tidak percaya adiknya mampu berbuat sejauh itu. Semalam ia ingat ekspresi Raekyo, malah gadis itu yang terlihat ketakutan.

            “Iya, hyung. Masa sih Raekyo sampai berbuat seperti itu?” Kibum ikut menimpali Kyuhyun.

            “Ini semua gara-gara kalian sih terlalu memanjakan dia, terutama kamu, Kyu.” Heechul menyilangkan tangannya di dada.

            “Hyung sendiri juga sangat memanjakan Raekyo. Ngaku deh Hyung.” Ryeowook membela Kyuhyun yang sukses dihadiahi tatapan tajam dari Heechul.

            “CUKUP!! Kalian malah bertengkar sendiri malah membuat Yura makin merasa bersalah kan!” bentakan Leeteuk membuat semua terdiam, ia memeluk Yura yang kembali memnangis, “Sekarang kalian cari Raekyo sampe ketemu. Kemudian kita tanya langsung padanya.”

            Mereka pun bubar seketika sambil memikirkan di mana si bungsu berada sekarang. Kyuhyun memutuskan mencari bersama hyung esnya. Rupanya hanya mereka berdua yang tidak percaya pada apa yang Yura katakan sebelumnya. Kibum dan Kyuhyun memutar otak mencoba mencari di mana Raekyo kira-kira berada sekarang. Benar atau tidaknya ucapan Yura, mereka berdua memutuskan untuk mencari gadis itu terlebih dahulu dan memastikan Raekyo baik-baik saja.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
putripdian #1
Chapter 10: Please update
Taeyeon_ssJH
#2
Daebak!!!!!♡♡♡♡♡