Tiga

Our Little Sister

Siang itu keluarga Cho sedang menikmati hari libur mereka dengan bercengkrama di ruang keluarga. Hari ini cuaca cukup mendung, nampaknya nanti sore akan turun hujan. Ditemani selusin gelas teh hangat dan biskuit cokelat yang baru matang dimasak Ryeowook, Raekyo dan kakak-kakaknya menghabiskan waktu dengan bermalas-malasan. Tiba-tiba handphone milik Raekyo berbunyi.

“Yeoboseyo? ......... iya benar ini Raekyo, ini siapa ya?............ hah? Siapa?......... kau kan….. ke mana saja kau selama ini?....... ne, ne…. arasso, tunggu aku ya.” Raekyo kini menatap kakak sulungnya, Leeteuk, “Oppa. Teuki oppa, aku pergi dulu sebentar ya.”

“Kau mau ke mana Rae? Ini sudah mendung, sebentar lagi hujan.” Leeteuk yang tengah membaca koran menatap si bungsu.

“Aku akan bawa payung, oppa. Lagipula aku tidak akan lama. Cuma ke taman dekat halte sebentar. Oke?” Sementara berbicara Raekyo sudah mulai mencari-cari payung lipatnya.

“Kamu mau ketemu siapa? Siapa tadi yang menelepon?” Donghae menyipitkan matanya curiga.

“Ada deh, oppa mau tahu aja. Sudah ya, dadah oppa semua.” Raekyo berlari menuju ke pintu depan, tidak menghiraukan panggilan dan pertanyaan semua oppanya.

“Raekyo sepertinya mau kencan, hyung. Tadi yang nelepon suara namja.” Shindong berkata sambil memenuhi mulutnya dengan biskuit, Persis seperti tupai menyimpan makanan di mulutnya.

“Mwo?? Namja? Kok dia tidak jujur sama kita sih.” Leeteuk menyingkirkan korannya dan menatap Shindong bingung. Sementara yang lain mulai memberikan perhatian pada percakapan si sulung dan Shindong.

“Kalau beneran Raekyo kencan gimana, hyung? Dia kan masih kecil. Mereka ke taman berdua, nanti pegangan tangan, kalau namja itu mencium Raekyo gimana? Hyaaa.” Donghae mulai panik sendiri. Sementara Heechul berdiri dan berjalan ke arah pintu depan.

“Heechul hyung! Hyung mau ke mana?” Ryeowook memanggil Heechul bingung.

“Tentu saja menyusul Raekyo, aku mau lihat siapa namja yang berani-berani ngajak ketemuan adik kita. Tidak sopan, kok gak ngomong sama kita dulu sih. Kalian mau ikut tidak?”

“Tapi kalau ketauan Rae pasti marah sama kita, hyung.” Sungmin mencoba menahan yang lain. Ia tahu pasti Raekyo akan marah bila ketahuan diikuti.

“Tenang saja Minnie hyung, kita nyumput jadi gak ketauan. Ayo cepat.” Siwon sudah tidak sabar untuk segera menyusul adiknya. Akhirnya mereka semua pergi menyusul ke tempat adik mereka dicurigai sedang berkencan. Namun karena terburu-buru, tentu saja mereka lupa mengajak Kyuhyun yang memang sedang asik bermain komputer menggunakan headsetnya.

 

AT TAMAN HALTE

            Raekyo berjalan dengan semangat, langkah kakinya nampak ringan sambil bersenandung gembira. Ini semua karena telepon dari seseorang yang ia juga tidak menyangka akan ia terima. Cuaca memang mendung dan angin yang berhembus cukup dingin, namun tidak menyurutkan niatnya untuk segera sampai di tempat. Raekyo membayangkan apa yang akan ia katakan bila bertemu nanti, menahan rasa bersemangatnya, Raekyo mempercepat jalannya.

            Tidak lama kemudian, ia telah sampai di tempat tujuan. Keadaan taman cukup sepi, tentu saja orang-orang sudah mencari tempat lain untuk menghabiskan waktu daripada terlanjur kehujanan di taman. Raekyo menoleh ke kanan kiri mencari sesosok manusia yang ia harapkan masih bisa ia kenali.  Namun ternyata nihil, tampaknya orang yang ditunggu belum datang. Raekyo memilih untuk duduk di ayunan yang sambil menunggu orang tersebut. Lima menit telah berlalu, Raekyo mulai bosan, ia menimang-nimang handphonenya apakah ia harus menelepon kembali atau lebih baik menunggu saja.

            “Aku kangen kamu, Rae-ah.” Tiba-tiba Raekyo dipeluk dari belakang. Pemilik suara tersebut menaruh dagunya di puncak kepala Raekyo sambil terus memeluk wanita di hadapannya. Raekyo yang awal semula kaget, kini tersenyum lebar. Wajahnya cerah seketika. Ia pun berbalik menghadap pemuda jangkung di hadapannya.

            “Yak! Kau ke mana saja hah? Aku menunggumu tau, kapan kau kembali? Kenapa tidak pernah menghubungiku, eoh? Aku kira kamu sudah lupa padaku. Kamu jahat! Hiks.” Air mata Raekyo mengalir seiring ucapan yang keluar dari mulutnya. Tangannya memukul-mukul pelan dada pemuda di depannya. Yang dipukul hanya meringis menahan, sebelah tangannya menghapus air mata wanita di depannya.

            “Sejak kapan Raekyo yang itu gampang menangis, eoh? Kamu gak kangen ya? Kemarilah.” Pemuda itu menarik Raekyo ke dalam pelukannya. Raekyo yang dipeluk makin menangis kencang, namun tangannya juga memeluk erat pemuda yang sudah sangat dirindukannya itu.

            Di sisi lain taman, sembilan pemuda nampak menahan seorang pemuda cantik yang mulai mengamuk. Siapa lagi bila bukan Heechul. Dirinya marah melihat pemandangan di hadapan mereka. Berani sekali pemuda tidak dikenal itu memeluk adiknya dengan mesra seperti itu. Namun yang lebih membuatnya kesal, seberapa penting pemuda itu untuk Raekyo dan apa yang telah dilakukannya hingga membuat Raekyo menangis. Padahal gadis itu jarang sekali menangis. Sembilan pemuda lainnya memang kesal juga, namun mereka lebih takut si bungsu ngamuk karena merasa diikuti.

            “Chullie-ah, sabar sedikit. Kita semua juga penasaran, tapi kalau ketauan bisa gawat.” Leeteuk mencoba menenangkan Heechul yang sudah seperti kebakaran jenggot.

            “Hyung tidak lihat itu Raekyo menangis? Aku mau ke sana! Akan kuhajar pemuda itu!”

            “Hya~! Chullie hyung! Tunggu!” si evil nomor satu Cho Heechul akhirnya berhasil melepaskan diri dari para penahannya. Ia segera berlari menuju Raekyo diikuti sembilan orang lainnya yang merasa was-was.

            “YAK! SIAPA KAU? LEPASKAN ADIKKU SEKARANG JUGA!” Heechul memisahkan paksa Raekyo dan pemuda di hadapannya. Mereka berdua terlalu kaget untuk merespon. “KAU INI SIAPA HAH? BERANI-BERANINYA MELUK WANITA SEMBARANGAN??”

            “Heechul! Tenanglah sedikit. Tapi memang benar, kau ini siapa?” Leeteuk menyilangkan tangannya di dada, memandang pemuda itu diikuti sembilan orang lainnya. Tanpa disangka-sangka pemuda itu tertawa.

            “Hahaha. Kalian memang tidak berubah ya. Anyeong hyung-deul. Lama kita tidak bertemu.” Pemuda itu membungkukkan badannya sambil masih tersenyum lebar ke kumpulan pemuda yang masih menatap marah dirinya.

            “Oppa! Apa yang kalian lakukan di sini? Jangan bilang kalian membuntutiku?!” Kini Raekyo yang menyilangkan tangannya di depan dada, memandang kesal ke semua kakaknya.

            “Kita hanya khawatir padamu, Rae. Jangan marah.” Sahut Eunhyuk yang hanya ditanggapi Raekyo dengan menggerutu.

            “Jadi, dia itu siapa? Pacarmu?” Heechul menunjuk pemuda yang masih tersenyum geli itu.

            “Wah, jadi hyung-deul tidak ingat padaku? Aigo, kalian jahat sekali, padahal aku cuma pergi sebentar.”

            “Yak, kau, bicara yang sopan, memangnya kau siapa berani memanggil kami hyung.” Siwon mengerutkan keningnya tidak suka.

            “Oppa-deul…. Ini Sungjae, masa tidak ingat sih. Itu loh tetangga rumah kita yang pindah ke Jepang.” Raekyo menunjuk sahabat masa kecilnya. Dan pecahlah keributan karena semua kakak Raekyo kini berebut berbicara pada Sungjae.

            “Kau Sungjae? Sungjae yang ingusan itu?”

            “Sungjae? Hyaaa, kau sudah besar sekarang. Dulu padahal kau buntet sekali.”

            “Kau beneran Sungjae? Sungjae yang dulu kecebur got sama Kyuhyun?”

            “Hyung! Kenapa memori tentangku semuanya yang memalukan sih?” Sungjae menggerutu kesal. Raekyo hanya tertawa menatap pemandangan di depannya. Padahal baru saja beberapa detik yang lalu semua kakaknya datang dengan aura membunuh, kini lihatlah mereka malah nampak sangat bersahabat. Eh, ngomong-ngomong tentang kecebur got, di mana oppa evilnya itu ya? Raekyo mengedarkan pandangannya mengamati semua kakaknya, benar saja Kyuhyun tidak ada.

            “Yesung oppa, Kyu oppa mana?” Raekyo menarik baju Yesung, membuat Yesung berpaling padanya.

            “Dia... ah benar juga.” Yesung menatap berkeliling namun tidak mendapati Kyuhyun, “Sepertinya saat kami semua menyusulmu, kami lupa mengajak dia, Rae. Kau kan tau sendiri bila dia sedang bermain game.” Raekyo mengangguk-angguk mengerti. Oppa evilnya itu memang susah diganggu bila sudah menyangkut game. Memutuskan tidak peduli, Raekyo menghampiri Sungjae yang masih dikerumuni kakak-kakaknya.

            “Kau pindah lagi ke sini?” Raekyo bertanya penasaran.

            “Tidak, sebenarnya hari ini juga aku harus pulang lagi ke Jepang. Tapi aku kangen pada kalian, jadi aku memutuskan untuk menemuimu dahulu baru hyung-deul.”

            “Mwo? Kenapa sebentar sekali? Kita kan sudah tidak bertemu hampir 10 tahun. Pertemuan macam apa ini, hanya ketemu di taman.” Raekyo merengut kesal.

            “Mianhe, Rae-ah. Nanti saat liburan aku janji akan berlibur bersamamu di sini. Sekarang aku hanya datang karena ada beberapa dokumen yang harus diurus di sini.”

            “Janji? Ingat ya kau berjanji padaku.” Raekyo menyodorkan kelingkingnya pada Sungjae yang segera disambut pemuda itu.

            “Iya, janji. Nah, sepertinya aku harus segera pergi, tunggu aku liburan mendatang ya.” Sungjae mengacak rambut Raekyo dengan sayang, “Hyung-deul aku pamit dulu ya, senang bertemu kalian.” Ucapan perpisahan pun terdengar di sana sini. Sebenarnya Raekyo sedih, namun ia menghibur diri mengingat liburan mendatang sahabat kecilnya itu berjanji datang. Seteleh Sungjae pergi, Raekyo dan kakak-kakaknya pun kembali ke rumah mereka.

 

* * *

 

 

* * *

 

BEBERAPA HARI KEMUDIAN

            “Teuki oppa, aku ada permintaan. Bisakah oppa mengabulkan sekali ini saja?” Raekyo berbicara saat mereka semua sedang makan malam. Leeteuk yang duduk di ujung meja berseberangan dengan Raekyo menatap dongsaengnya itu.

            “Memangnya kau mau apa, hm?”

            “Tapi janji dulu oppa bakal mengabulkan. Janji?” Raekyo meluncurkan puppy-eyes yang ia pelajari dari Kyu-oppanya.

            “Permintaanmu apa dulu? Kalau oppa sanggup, oppa akan belikan.”

            “Kau itu berbelit-belit sekali sih. Tinggal sebutin mau dibeliin apa. Biasa juga langsung minta.” Kyuhyun memukul kepala dongsaengnya menggunakan sendok.

            “Bukan gitu oppaaaa. Ini bukan barang yang bisa dibeli. Aku cuma butuh tanda tangan Teuki oppa.” Raekyo mengelurkan selembar kertas dari bawah meja. Sedari tadi kertas itu ia sembunyikan di pangkuannya. Sejak pulang sekolah tadi Raekyo sudah uring-uringan. Minggu depan klub pecinta alam di sekolahnya akan mengadakan camp di gunung, sahabat Raekyo merupakan ketua klub tersebut dan ia sudah terlanjur janji akan ikut. Lagipula ia memang dari dulu ingin ikut kegiatan klub itu. Tapi sekolahnya butuh tanda tangan persetujuan orangtua atau wali siswa, dan itu yang mengkhawatirkan Raekyo. Ia tahu semua kakak-kakaknya pasti tidak akan mengijinkan. Apalagi sebentar lagi musim gugur sudah akan tergantikan oleh musim dingin. Alasan kesehatan pasti yang digunakan semua kakaknya untuk melarangnya ikut.

            “Kertas apa itu? Coba oppa lihat.” Leeteuk mengulurkan tangannya. Dilihatnya Raekyo ragu sejenak sebelum beranjak ke arahnya. Leeteuk membaca kertas itu seksama, semua yang lain di meja mulai memperhatikan dengan penasaran, sementara Raekyo berdiri di sebelah Leeteuk dengan gelisah. Selesai membaca, Leeteuk mengalihkan pandangan pada dongsaengnya itu, Raekyo yang melihat ekpresi kakaknya hanya menghela nafas lemas.

            “Oppa, hanya sekali ini saja. Jebaaaal. Aku janji akan menjaga diri. Aku juga sudah rajin minum vitamin.” Raekyo berbicara sambil tetap menundukkan kepala dengan suara pelan namun masih bisa terdengar oleh Leeteuk.

            “Hyung, itu surat apa sih?” Heechul merebut surat dari tangan Leeteuk. Matanya dengan cepat membaca setiap kalimat yang tertera di sana, “Mwo?? Surat ijin mendaki gunung? Apa tidak salah nih? Tidak boleh!”

            “Iya, tidak boleh, Rae-ah. Apalagi ini sudah memasuki musim dingin. Bagaimana kalau kamu sakit di sana?” Yesung mengutarakan persetujuannya diiringi anggukan yang lainnya.

            “Oppa, jebaaaaalll. Sekali ini aja, ne? ne?” Raekyo menangkupkan tangannya memohon pada semua oppanya yang tentu saja masih menggeleng. Perjuangan kali ini akan terasa berat.

            “Yak Cho Raekyo, kamu itu jangan nekat. Cuaca sedang tidak baik. Sudah tidak usah ikut yang ini ya, nanti akhir pekan kita pergi saja sendiri untuk camping. Oppa janji acaranya akan lebih menyenangkan daripada acara ini. Oke?” Siwon mencoba membujuk Raekyo. Namun gadis itu menggeleng.

            “Ga mau. Oppa itu kenapa sih. Bisa tidak sekali saja perlakukan aku seperti anak yang normal. Aku bukannya cacat atau apa kan.” Suara Raekyo mulai terdengar kesal.

            “Bukan begitu Rae-ah. Kami cuma mengkhawatirkan kamu. Kami cuma tidak pengen ada apa-apa yang terjadi sama kamu.” Ryeowook mencoba meredam kekesalan dongsaengnya.

            “Memang apa yang bakal terjadi oppa? Di sana kan banyak orang, tempatnya juga bukan tempat terpencil, lagipula ada guru-guru yang ikut juga kok. Jebal oppa. Sekali ini saja.”

            “Huuft. Baiklah, kali ini kamu boleh ikut.” Jawaban Leeteuk disambut pekikan kegirangan dari Raekyo dan protesan keras dari yang lainnya.

            “Teuki hyung! Kenapa malah diijinkan? Hyung itu gimana sih.” Donghae mulai protes sementara Raekyo sudah sibuk memeluk oppa tertuanya itu.

            “Bukan begitu, Hae-ah. Benar apa kata Raekyo, kita harus mulai percaya padanya. Kapan dia bisa mandiri kalau kita kekang terus. Lagipula dia yang paling tahu kondisi tubuhnya kan. Kita harus memberikan dia kesempatan. Nah sudah, jangan ada yang protes lagi, kita lanjutkan saja makan malam kita.” Masih banyak tatapan tidak setuju dari semua namun mereka tidak berani membantah. Toh yang diucapkan Leeteuk ada benarnya juga. Raekyo yang kegirangan kini duduk di kursinya masih tersenyum. Iapun mulai menyantap makan malamnya.

            Sementara itu Kyuhyun melirik pada dongsaengnya. Ia sebenarnya tidak setuju juga, namun ia juga pernah merasakan hal yang sama dulu. Semua hyungnya selalu melarangnya untuk melakukan sesuatu dengan alasan kesehatan. Jadi ia tahu seberapa besar keberanian Raekyo untuk meminta ijin. Ia menghela nafas, kini setelah berada di posisi hyungnya, Kyuhyun mengerti apa yang hyungnya rasakan dulu. Ia juga tidak bisa menyalahkan Leeteuk, hyung tertuanya itu juga pasti berat memberikan ijin. Kini, Kyuhyun hanya bisa berdoa semoga tidak terjadi apa-apa pada adiknya itu.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
putripdian #1
Chapter 10: Please update
Taeyeon_ssJH
#2
Daebak!!!!!♡♡♡♡♡