nqkqkqkql

Description

"Yixing gantikan tugasku mewawancarai Kim Joonmyun hari ini ya?" "Tidak mau." "Yixing~ please~" "Aku tidak mau." "Xing~ tidak ada yang free lagi selain dirimu~" "Kenapa harus aku?" Pria dengan kemeja abu-abu berpandankan skinny jeans hitam itu menggerutu pada seseorang diseberang sana, satu tangannya ia gunakan untuk menyangga ponselnya ke telinga, sementara tangannya yang bebas mencengkram backpack yang ia sampirkan di bahu. Sepasang kakinya yang terbalut sneaker putih melangkah, menyusuri dan membelah pejalan kaki yang hilir mudik dengan urusan mereka sendiri. Di lehernya terkalung sebuah name tag bertuliskan 'Zhang Yixing-reporter' tersemat di sana. "Oh ayolah Xing, aku kan sudah bilang padamu kalau Victoria sedang sakit. Siapa yang akan menjaganya kalau aku tidak ada? Bagaimana kalau nanti ia kenapa-kenapa?" Nada merengek yang meluncur dari speaker ponselnya membuat bola mata Yixing berputar skeptis. "Luhan, Victoria akan baik-baik saja---" "Sok tahu! Victoria membutuhkanku Xingxing. Aku tidak bisa meninggalkan Victoria sendirian. Dia perempuan dan dia sedang hamil, Xing--" "Demi Tuhan, Lu. Victoria itu cuma kucing!" Yixing tak bisa menahan desisan keluar dari belah bibirnya. Sungguh, temannya ini benar-benar berlebihan jika sudah menyangkut kucing peliharannya. "Dia hanya sakit oke? Dan dia kucing. Aku yakin dia akan baik-baik saja. Kau mengkhawatirkannya seolah kau adalah suaminya saja." "Sungguh, Xing, kau... itu..." Luhan memotong kalimat, yang kemudian diikuti oleh suara isakan yang jelas dibuat-buat dan sengaja dikeras-keraskan. "Hiks... kau tega sekali...Victoria memang kucing tapi dia makhluk hidup juga. Kau jahat sekali. HIKS..." Yixing memutar mata untuk kedua kalinya, ia membawa tubuhnya berhenti dibawah lampu rambu lalu lintas untuk menunggu giliran bagi pejalan kaki untuk menyebrang. Yixing berusaha menutup kuping rapat-rapat, diam-diam ia menjauhkan ponselnya dari telinga dan menutup speakernya dengan satu tangannya. Yixing tahu Luhan masih belum menyerah untuk merengek padanya, jadi ia biarkan saja temannya iti mengoceh hingga mulutnya berbusa. Lampu menyala hijau, Yixing bersama dengan pejalan kaki lain bergegas menggerakan kaki untuk menyebrang jalan. Pria Tiongkok itu kemudian membawa tangannya yang mengenggam ponsel kembali menempel ke telinga saat ia telah berhasil menyebrang ke sisi jalan, berjengit saat suara nyaring Luhan menyapa gendang telinganya detik itu juga, "HEI ZHANG YIXING. APA KAU MENDENGARKANKU?" Yixing berdecak, kesal setengah mati, "Aku mendengarmu, Lu. Dan sudah kubilang berkali-kali, bahwa aku tidak mau mewawancarai Kim Joonmyu--" Yixing menghentikan ucapannya, seleras dengan langkahnya kala matanya terpaku pada sebuah cover majalah yang terpajang di salah satu stand di sisi jalan. Rahangnya terkatup, tubuhnya diam tak bergerak, orbsnya tak sekalipun dari sana, dan tanpa sadar genggamannya pada tubuh ponsel pun mengerat seiring detik demi detik berlalu. Ia membuka mulut, suaranya mengalun pelan, namun tegas, kepada Luhan di seberang "Tarik kembali ucapanku, Lu. Aku yang akan mewawancarai Kim Joonmyun." - "Apa masih lama?" Yixing bertanya untuk yang kesekian kalinya pada Kangin yang duduk di sisinya, sebuah camera ENG yang tengah ia bersihkan lensanya berada di pangkuannya. Memang Kangin hari ini bertugas menjadi cameramen bersama Luhan, namun karena Luhan harus mengurusi Victoria, kucing betinanya yang sedang sakit dan hamil besar jadilah Yixing yang menggantikan. Ia sudah memberitahu Kangin mengenai perihal ini, dan Kangin sama sekali tidak keberatan bekerja dengan Yixing hari ini. Kali ini mereka berdua sudah mendudukan diri di sofa yang berada di sudut cafe yang terletak di rooftop gedung agensi Kim Joonmyun bernaung. Sudah hampir dua jam keterlembatan dari jadwal yang sudah disepakati sebelumnya, dan Yixing maupun Kangin sama sekali tidak melihat batang hidung si aktor muda yang sedang naik daun itu dimanapun juga. Teh hangat yang dipesan Yixing sudah mendingin sedari tadi, bahkan lemon squash pesanan Kangin pun sudah tandas di atas meja. Kesabaran Yixing sudah hampir menipis, walah disebelahnya Kangin tampak begitu santai dan tenang. Yeah well, Yixing bisa memahami itu karena ia tahu kalau bukan sekali ini seniornya itu menjadi cameramen di sesi wawancara dengan aktor Kim Joonmyun. Kedua kaki Yixing bergantian mengetuk tanah semakin intens dan keras. Satu tangannya mencengkram lutut, sebelum kemudian erangan keras meluncur dari bibirnya. "Persetan! Ini benar benar keterlaluan," Yixing berdiri dari tempatnya, kedua tangan terlempar ke udara, "Inilah sebabnya aku tidak mau mewawancarai aktor menyebalkan itu! Mana dia tidak professional, banyak gosip, sok sok an, pendek pula--" "Ehem." Suara deheman itu membuat Yixing berbalik badan, danKangin berdiri dari kursinya. Pria itu edikit membungkukan badan setrlahmha, "Ah, Kim Joonmyun-ssi sudah datang." Ia mengulurkan tangan untuk menarik lengan Yixing dan membawa pria itu ke sisinya, memberi kode baginya untuk menyapa ramah bintang tamu mereka. Yixing memutar mata namun ia tetap menuruti perintah seniornya itu. "Selamat datang Kim Joonmyun-ssi." Lelaki yang sedari tadi mereka tunggu-tunggu itu balas membungkuk kecil, dan tanpa sedikit pun rasa bersalah ia berujar, "Maaf aku terlambat, kalian tahulah. Jadwalku sibuk sekali." "Yah, kami juga begitu kan Kangin hyung? Kami sibuk sekali sampai kami rela menunggu selama 2 jam disini," Yixing membalas dengan nada ceria dan senyum mengejek yang terpatri di sudut bibirnya. Kangin menyikut perutnya agak keras. Ia menghiraukan protes 'aduh'dari Yixing dan beralih pada Joonmyun dengan seulas senyum canggung. "Perkenalkan Joonmyun-ssi. Dia reporter baru kami. Dia baru bergabung dengan perusahaan kami tiga bulan belakangan ini." Yixing mengulurkan tangan kanan dengan gestur yang sama sekali tidak niat setelah diberi kode keras oleh Kangin agar bersikap sopan. "Saya--" "Bisa kita percepat saja wawancaranya? Aku tidak punya banyak waktu." Joonmyun melengos begitu saja melewati tangan Yixing yang terulur di udara, dan mendudukan dirinya di single seat yang tersedia. Yixing berkedip, sedetik dua detik. Telapak tangannya yang terulur tadi ia lipat patah-patah menjadi sebuah kepalan, nafasnya terengah menahan emosi yang membuncah. Ini adalah sekian alasan kenapa ia menolak mewawancarai Kim Joonmyun. Yixing beberapa kali mendengar dari teman-teman wartawan mengenai peringai menyebalkan aktor yang dipuja-puja kaum hawa (dan adam) itu. Hanya orang-orang yang berada dibalik layarlah yang mengetahui sifat asli Kim Joonmyun yang hanya angelic di luar, tapi devil di dalam. Ia menutup kelopak mata, dan bergumam pada dirinya sendiri 'Sabar. Sabar'. Lelaki itu kemudian berbalik dan melempar bokongnya di kursinya kembali dengan keras secara sengaja, yang sama sekali tidak dihiraukan oleh Joonmyun yang sibuk memainkan ponsel pintarnya. Kangin bersiap dengan camera dan segala tetek bengeknya, sementara Yixing menyiapkan sebuah kertas yang dipermukaannya telah tertulis deretan pertanyaan yang hendak diajukan. "Nah, sudah siap," kata Kangin dengan camera yang telah tersangga di tangannya. Ia melempar Yixing dan Joonmyun sebuah kode siap dengan ibu jarinya. Joonmyun memasukan ponselnya ke dalam saku lalu meraih mikrofon berkabel yang telah disediakan di meja dan mendekatkannya ke dada, sedangkan Yixing menegakkan tubuh, tangan kanan mengenggam sebuah kertas kecil. Kangin memberi aba-aba setelahnya, "Baik, 3, 2, 1, mulai..." Yixing secara paksa mengulas sebuah senyum hangat kepada Kim Joonmyun di seberang sofa, nada yang tak kalah hangat mewarnai kalimatnya, "Selamat siang Kim Joonmyun-ssi, bagaimana kabar Anda hari ini?" Joonmyun di seberang tak mau kalah, ia juga ikut memasang senyum lebar yang terkesan ramah, begitu kontras dengan sikapnya tadi. "Ah... aku baik-baik saja, terima kasih. Para penggemar selalu mengingatkanku untuk menjaga kesehatan, jadi tentu saja, aku baik-baik saja," Bahkan nadanya sangat berbeda dari nada yang ia gunakan ketika berbicara dengan Yixing dan Kangin. Hah, munafik, Yixing mencibir. Ia menunduk untuk melihat kertas di tangannya lalu mendongakan kepala, "Kami senang sekali Anda mau meluangkan waktu bagi kami untuk mewawancarai Anda. Kami tahu sebagai aktor yang sedang naik daun, Anda pasti sibuk sekali, benar?" Tanya Yixing dengan nada penuh sarkasme. "Ah tidak apa-apa, sungguh. Dengan senang hati aku meluangkan waktu untuk kalian," jawab Suho, masih dengan kehangatan yang sarat, namun Yixing menangkap binar-binar misterius terpancar dari kedua bola mata jelaga Joonmyun dari seberanh sana. Yixing menahan geraman, tidak heran kalau dia itu adalah aktor berbakat. "Baiklah, Joonmyun-ssi Kira-kira apa kesibukanmu saat ini?" "Ah ya," Joonmyun memulai, senyum pasti terpoles di bibirnya, "Setelah proses syuting film akhirnya selesai, aku lebih sering disibukan oleh kegiatan promosi, iklan iklan atau pemotretan di beberapa majalah. Terkadang ada juga acara jumpa fans atau talkshow yang harus aku hadiri. Well yeah, aku tidak ingin mengecewakan para penggemar yang telah banyak mendukungku," Yixing menimpali, "Anda pasti sangat mencintai fans Anda ya?" "Tentu saja, mereka yang selama ini selalu ada untukku," Joonmyun menganggukan kepala dan melempar senyum angelic ke kamera. "Bicara mengenai fans, bagaimana kira-kira tanggapan mereka terhadap film yang Anda bintangi?" "Well, mereka merespon dengan baik, bahkan aku dengar mereka rela memenuhi bioskop untuk menonton filmku," Joonmyun tertawa kecil dan malu-malu, sangat berbeda dengan kesan arogan yang menguar darinya di balik layar. "Aku ucapkan terima kasih banyak kepada para penggemar. Aku dan para rekan bintang dan crew sangat berterima kasih," Lanjutnya. "Yah dan dedikasi fans Anda dibuktikan dengan penjualan tiket yang fantastis bahkan di hari pertama penayangan, aku ucapkan selamat pada Anda dan rekan-rekan yang lain," timpal Yixing dengan nada yang dibuat seantusias mungkin. Meski sebenarnya sassy, namun Yixing berusaha menjaga keprofesionalannya sebaik-baiknya. "Ah, dan bicara mengenai film Anda, apakah ada cerita-cerita menarik dari behind the scene yang bisa Anda bagi untuk kami?" Yixing tersenyum, "Atau apakah Anda menemui kesulitan-kesulitan dalam berakting scene-scene tertentu, mengingat ini adalah film action pertama yang Anda bintangi?" Joonmyun tertawa renyah hingga kedua matanya tenggelam membentuk segaris lurus. Ia terlihat begitu tampan jika tertawa seperti itu, Yixing berpikir. Yixing hanya mengangguk-anggukan kepala, setengah mendengarkan, setengah tidak pada Joonmyun yang bercerita mengenai kesulitan yang ia temui selama ia memerankan perannya di film laga pertama yang ia bintangi. Bagaimana ia harus menyesuaikan karakternya yang bad boy, berlatih bela diri, hingga rela work-out dan diet untuk mendapatkan body shape sesuai yang diinginkan oleh sutradara. "Dan mengenai kesuksesan film Anda ini, lawan main Anda juga berpengaruh di dalamnya," Yixing memulai sembari ia membenahi posisi duduknya, "Dan kali ini, Anda berkesempatan dipasangkan dengan seorang aktris cantik, Lee Haerin yang merupakan seorang pendatang baru. Bagaimana tanggapan Anda mengenai Haerin-ssi? Apakah kalian bekerja sama dengan baik?" "Ya, tentu saja," Joonmyun tersenyum lebar, "Ia adalah aktris muda yang berbakat. Aku melihat banyak potensi di dalam dirinya. Ia juga orang yang memiliki semangat untuk belajar. dan terbuka pada kritik. Ia terkadang meminta pendapatku mengenai sesuatu yang tidak dia mengerti. Lucu sekali melihat dia selalu antusias terhadap hal hal baru. Dia manis sekali," tawa kecil Joonmyun pun turut mengiringi. Yixing balas melempar senyum, "Kalian berdua pasti dekat sekali ya?" "Ya, kami memang dekat," aku Joonmyun, "dan aku menyukainya," "Wah, benarkah?" Yixing bertanya dengan nada girang dibuat-buat, "Apa berarti harapan para penggemar yang menginginkan kalian jadi pasangan di dunia nyata akan terwujud? Para penggemar bilang kalau kalian tampak serasi sekali di fim," "Siapa yang tidak mau dengannya? Dia cantik dan dia juga baik" sudut bibir Joonmyun terungkit membentuk sebuah cengiran jahil, "Oh dan dia juga pencium yang baik." "Tapi Joonmyun-ssi," Yixing meluruhi, ia kembali membenahi posisi duduknya dan meletakan kertasnya ke meja di depannya. Ia pastikan untuk menatap lawan bicaranya itu lekat di mata, "Bukankah ini tidak sekali dua kali Anda dikabarkan dekat dengan seorang aktris? Bagaimana dengan yang sudah sudah? Apakah Anda meninggalkan mereka begitu saja?" Joonmyun di seberang tampak terhenyak dengan pertanyaan Yixing. "Apa--" "Kenapa Anda tidak bisa dikabarkan dengan satu orang saja? Kenapa setiap waktu, rasanya ada saja aktris wanita yang dikabarkan sedang dekat dengan Anda? Itu menunjukan Anda tidak serius dengan mereka," Joonmyun membuka dan menutup mulutnya, sulit berkata-kata. Ia melempar pandangan pada Kangin yang sama terkejutnya dari balik kamera. Kangin yakin rentetan pertanyaan Yixing itu tidak ada dalam skrenario daftar pertanyaan. Sedangkan Yixing masih belum menyerah untuk menyerang Joonmyun yang dibuat speechless di tempat duduknya, "Oh, atau jangan jangan Anda merasa bangga karena mampu mendekati semua wanita? Apa Anda ingin dipandang sebagai badboy yang karismatik dan membuktikan semua wanita mampu Anda taklukan?" Kangin berkeringat dingin. Joonmyun mengerutkan kening dalam-dalam. "Apa Anda tidak memikirkan perasaan mereka?" Nadanya meninggi, "Anda mendekati mereka kemudian membuang mereka begitu saja, kemudian Anda mencari wanita lain lagi untuk didekati, begitu seterusnya. apa Anda tidak merasa Anda telah melukai mereka?" Kangin menggigit meja, inginnya. Ia sudah ketar-ketir melihat Yixing yang entah kenapa tampak begitu emosi pada artis yang mereka wawancarai ini. Matilah ia. "Y-yixing..." "Anda benar-benar lelaki payah yang kerjaannya hanya main wanita saja--" "Aku pikir itu bukan urusan Anda," Joonmyun menyela, nadanya berbahaya. ia menyipitkan mata, tanda bahwa ia merasa tersinggung atas perkataan Yixing, "Tugas Anda disini hanya mewawancarai saya, dan bukan ikut campur urusan pribadi saya. "Ya, Anda benar itu bukan urusan saya." Yixing tersenyum miring, nadanya masam, "Cukup sudah, wawancara selesai," ia menggebrak meja. Kangin berjingit, "Yixing tunggu--" Pria Tiongkok itu mengabaikannya, emosi yang ia pendam sedari tadi meluap sudah. Ia bangkit berdiri dan hendak beranjak pergi, kalau saja tidak ada tangan tegas yang menahan lengannya. Bukan, itu bukan tangan Kangin. Itu tangan Kim Joonmyun. Dan tangan yang sama itulah yang membawanya ke pangkuan sang aktor. Belum sempat Yixing mengutarakan protes apapun, bibirnya sudah terlanjur di klaim oleh bibir Joonmyun. Semua seolah diputar dalam gerakan slow motion. Kangin hanya dapat membulatkan mata, samar ia mendengar suara pekikan gadis-gadis dari belakang punggungnya. Namun ia terpaku di tempat, terlalu terkejut dengan adegan yang tersaji persis depan matanya. Joonmyun dan Yixing yang menyatukan bibir satu sama lain. Awalnya Yixing berniat meronta namun kedua tangan Joonmyun yang sigap menahan pinggulnya membuatnya luluh dalam dekapnya. Kedua bibir itu bergulat, saling mencicip, menggigit dan menyesap tak kalah antusias, saling berebut dominasi. Tangan Yixing merambat ke bahu Joonmyun, kemudian naik hingga bertengger di rambut, menarik-nariknya dengan gerakan seduktif. Ujung telinga Kangin memerah, pipinya bersemu ketika Yixing yang berada dipangkuan Joonmyun melenguh disela kecipak air yang samar terdengar, kala Joonmyun memiringkan kepala untuk mendapat akses lebih luas untuk mengeksplorasi bibir Yixing. Joonmyun membuka sedikit bibirnya, membiarkan lidahnya menyapu bibir plump bagian bawah Yixing, menggodanya supaya bersedia membuka untuk melesakan lidah. Lidah Joonmyun kini bebas menjelajahi apa yang ada di balik bibir indah Yixing. Yixing mendesah, lagi.  Kangin mencengkram sofa kuat-kuat, sementara jeritan di belakang punggung Kangin pun makin menjadi. Kedua bibir itu masih menyatu bahkan hingga beberapa detik berlalu. Karena kebutuhan oksigen yang mendesak, mereka melepaskan kontak bibir, menyisakan diri dengan nafas terengah dan bibir memerah delima. Joonmyeon mendekatkan kepala Yixing dan menempelkan dahinya dengan pria itu, nafasnya yang hangat menyapu wajah Yixing yang bersemu merah, "Kenapa kau tiba-tiba marah?" Bisik Joonmyeon, "Kau sendiri yang menyuruhku merahasiakan hubungan ini. Aku hanya melakukan apa yang kau minta." Samar-samar mereka mendengar Kangin yang berseru, "HUBUNGAN?" namun mereka sama-sama menghiraukannya. Yixing menghela nafas, ia meraih dagu Joonmyeon dan mengecup bibir lelaki itu sekali lagi, "Maafkan aku, kurasa aku kelepasan. Aku hanya merasa..." "Cemburu?" "Bukan cemburu! Aku tidak suka kau terlalu dekat dengan lawan-lawan mainmu," "Itu namanya cemburu," "Aku tidak cemburu!" Joonmyun tertawa renyah, "Terserah kau, baobei" Kangin menyela momen mereka berdua, "Tunggu-tunggu sebenarnya ada apa diantara kalian? Aku merasa jadi manusia paling bodoh saat ini," Joonmyun melirik Yixing yang masih duduk dipangkuannya, seolah meminta ijin. Yixing hanya menggidikan dagu, Joonmyun menghadap Kangin tampak kebingungan. Dengan nadanya yang tenang, Joonmyun menjelaskan,"Jadi kami ini sebenarnya sudah menikah, Kangin-ssi." "MENIKAH?" "Dan kami sudah punya 5 anak," "LIMA ANAK?" Kangin menatap kedua orang itu tak percaya, kedua matanya beralih dari Yixing ke Joonmyun, Joonmyun ke Yixing, begitu seterusnya. Kangin menggelengkan kepala, nada takjub melingkupi kalimatnya "Joonmyun-ssi, kau super sekali..." gumamnya, "Jadi kalian menikah diam diam?" "Yah, Yixing sendiri yang meminta untuk menyembunyikan hubungan dan pernikahan kami selama ini. Dan lucunya dia sendiri yang akhirnya kelepasan," Joonmyun terkekeh. Yixing memutar mata dan bangkit dari pangkuan Joonmyun pada akhirnya, "Jangan bilang pada siapapun tentang hal ini. Oh dan potong bagian yang terakhir tadi, oke?" perintahnya pada Kangin. "Tapi Yixing yang tadi itu hot sekali, sayang kalau dibuang," rengek Kangin. Yixing memberinya delikan tajam, Kangin menegak ludah. "Kalau untuk koleksi pribadi, boleh ya?" Pria itu mencoba bernegosiasi. Namun delikan yang terlempar padanya masih sama tajamnya. "Potong. Bagian. Terakhir. Mengerti?" "B-b-baik," Yixing berjalan mendahului mereka dengan berjalan menuju lift. Sementara Kangin berdiri, sembari ia membereskan cameranya, ia menatap Suho dan berbisik, "Bagaimana kau bisa tahan dengannya yang mengerikan seperti itu?" Joonmyun nyengir, "Luarnya saja mengerikan, tapi begitu kau berhasil membawanya ke ranjang--" "Aku mendengarmu, Kim Joonmyun!" Joonmyun hanya mengedipkan mata, dan berser, "Tunggu aku,cinta~" "Jangan panggil aku begitu, geli tahu!" Kangin hanya bisa menggeleng gelengkan kepala pasrah. "Dasar pasangan idiot"

Foreword

Najakakba

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet