Tao menatap Yixing dengan pandangan heran. “Jangan bilang hyung menunggu gadis yang pernah hyung ceritakan padaku itu,” tebaknya.

Yixing menatap Tao tanpa ekspresi, seperti yang sering ia lakukan pada semua orang. Tapi kemudian ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

“Mungkin,” ia menjawab jujur.

Tao menatapnya serius, “Hyung sudah tahu siapa namanya?”

Yixing menggeleng, Tao menanggapinya dengan memukul meja pelan.

“Yang benar saja!” Tao menatap Yixing tidak percaya.

Yixing hanya mengangkat bahu dan kembali menyeruput kopi.

“Aku masih belum berani mengajaknya berkenalan,” akunya pelan.

“Mau kubantu?”

Yixing melipat tangannya di dada, tanda tidak setuju. “Rasanya tidak perlu.”

“’Halo, aku Tao. Boleh aku tahu siapa namamu? Kamu lihat pria di pojok sana? Namanya Yixing. Ia ingin berkenalan denganmu, tapi tidak punya keberanian—‘”

Kalimat Tao berhenti saat Yixing mempelototinya.